
Dalam rangka memberi penguatan bagi Bapak Ibu Guru dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka pasca pandemi Covid-19, Yayasan Marsudirini Perwakilan Bangkong, Semarang mengadakan rekoleksi sehari di aula komplek Gedangan, Senin (31/1/2022).
Rekoleksi yang dikoordoinir oleh Bp. Arianto dan Bp.Jarot Suryo Legowo ini diikuti oleh 96 guru yang terdiri 34 guru SMP Maria Mediatrix, 45 guru SMA Sedes Sapientiae, dan 17 guru SMK St.Fransiskus dengan narasumber Romo Thomas Surya Awangga Budiono,SJ. Rekoleksi mengambil tema Tranformasi Pembelajaran Tatap Muka Pasca Pandemi Covid-19 Betolak Dari Spirit Ki Hajar Dewantara Dan Injil.
Sebelum rekoleksi dimulai Sr.Susana,OSF selaku ketua Yayasan Marsudirini Perwakilan Bangkong menyampaikan agar Bapak Ibu Guru melepaskan sejenak kepenatan, kelelahan, rutinitas, dan kesibukan harian melaksanakan perutusan Tuhan sebagai pendidik di sekolah Marsudirini Bangkong. Sr. Susana juga menyampaikan rekoleksi ini bertujuan untuk “mengecas” kembali bagi Bapak Ibu Guru agar mampu membuka hati dengan rahmat Tuhan agar mampu mendidik dengan peran hati dan jernih hati. “Bapak Ibu marilah kita senantiasa mohon berkat Tuhan dan bersama-sama mengerahkan dan mencurahkan energi dalam mendampingi para siswa agar dapat tumbuh secara utuh, kehadiran kita dalam proses pembelajaran sungguh – sungguh bisa dirasakan oleh para siswa” ajakan Sr.Susana.
Dalam rekoleksi ini Rm. Awangga mengajak Bapak Ibu Guru berdinamika secara santai dan tidak perlu tegang. Rekoleksi diawali dengan pertanyaan refleksi bagaimana perasaan kita hari ini dan apa berkat yang kurasakan belakangan ini. Kegiatan refleksi dilanjutkan dengan menonton vidio motivasi, lalu Rm. Awangga menyampaiakan 3 pesan kepada Bapak Ibu Guru yaitu jangan lupa belajar caranya bahagia, selalu mengembangkan diri kita, dan belajar terus menerus seumur hidup.
Dalam paparannya, Rm. Awangga menyampaiakn ada kemiripan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro dengan Gereja yaitu pendidikan yang memerdekakan, agar anak mampu mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan semboyan Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Dan Tut Wuri Handayani” sama dengan Pedagogi Yesus yaitu “Di Depan Memberi Teladan, Di Tengah Memberi Inspirasi, Dan Di Belakang Memberi Dorongan.” Selain itu Tri sentra pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantoro yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat juga sama dengan yang dialami Yesus Kristus yaitu Keluarga Kudus Nasaret, Torah/Sinagoga, dan Yahudi/Romawi/12 Rasul. “Bapak Ibu saat ini juga harus memperhatikan adanya krisis nilai yaitu kebiasaan berperilaku otomatis, mentalitas what – next, cara kerja copy and paste, dan tidak memiliki ketrampilan mengenali dinamika batin.” penjelasan Romo.
Dalam sesi sharing tentang penurunan (degradasi) yang dialami dalam Tri Pusat Pendidikan Primasan dari SMA Sedes menyampaikan saat ini dalam keluarga hanya mementingkan bagaimana cara anak mendapatkan nilai baik dengan mengabaikan bagaimana proses mendapatkannya. Sementara kekawatiran PTM 100%, Krisantus dari SMP Maria Mediatrix menyampaikan: “Saat PJJ nilai anak sangat tinggi karena ada kemudahan mencari bantuan entah itu dari keluarga atau dengan googling, setelah PTM nilai jatuh, beranikah sekolah tidak menaikkan siswa?” Sedangkan Yohana dari SMK St,Fransiskus mengalami kesulitan mengkondisikan anak dalam sikap dan kedisiplinan setelah peralihan belajar online ke PTM. Sementara itu Jarot dari SMA Sedes menyampaikan gagasannya ”Saat PTM apakah Bapak Ibu Guru bisa meneladani Yesus dalam pengajarannya, Yesus selalu memulai pengajaran saat Ia sudah menjadi pusat perhatian dari para pengikutnya, mari kita mulai mengajar dengan mengkondisikan para siswa sungguh- sungguh sudah siap, tidak mudah memang.”
Dalam sesi sharing refleksi juga disepakati peserta rekoleksi, sumber semangat sebagai guru yang disampaiakn oleh bapak ibu guru adalah, keluarga, siswa, rekan guru, dan Sang Guru Sejati Yesus Kristus.
Rekoleksi ditutup dengan misa syukur di Kapel Susteran Gedangan. Dalam homilinya Rm.Awangga mengajak Bapak Ibu Guru melakukan pengajaran dengan riang gembira, senantiasa bersyukur, dan setia dengan panggilannya menjadi pendidik di sekolah Marsudirini. “Bapak Ibu harus menunjukkan menjadi pengikut Kristus dengan melakukan dan mempraktekkan sesuatu dalam nama Yresus agar mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan, setia dalam imam dan injil.” Pesan Romo Awangga.
Penulis: Yohanes Sudarna, S.Pd,M.M. SMK Santo Fransiskus Semarang
Komentar Pengunjung