Sebelum membahas tentang moderasi beragama, ada baiknya kita memahami apa yang dimaksud dengan sekolah umum atau biasa disebut sekolah reguler. Lembaga pendidikan di Indonesia ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah umum dan sekolah madrasah. Umumnya sekolah umum lebih menekankan pendekatan umum saja, berbeda dengan lembaga pendidikan madrasah pendalamannya lebih kegamaan. Adapun sekolah kejuruan digolongkan kepada sekolah umum. Secara garis besar sekolah umum merupakan unit penyelenggara pendidikan dan pelaksana pendidikan yang tujuannya secara khusus mengambil ilmu pengetahuan umum berbasis (non agama). Yang ketentuan dan peraturannya sesuai Undang-Undang Republik Indonesia di mana siswa, guru, dan tenaga pendidiknya terbuka untuk umum yang tentunya sangat beraneka ragam keyakinan beragama di dalamnya. Oleh karena itu penting sekali memberikan pemahaman tentang moderasi beragama pada para siswa di sekolah umum. Agar siswa dapat bersikap moderat atau mengambil jalan tengah. Hal itu dilakukan agar siswa dapat bersikap moderat atau mengambil jalan tengah dalam mengimplementasikan ajaran-ajaran agama yang menjadi keyakinan mereka masing-masing.
Apa yang dimaksud dengan moderasi beragama? Moderasi beragama yaitu proses memahami agama sekaligus mengimplementasikan ajaran agama secara seimbang dan adil. Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari perilaku yang terlalu berlebih-lebihan dalam beragama atau dalam istilah lain yaitu perilaku ekstrem. Contoh dari perilaku ekstrem dan perilaku berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran agama yaitu terlalu mudah mengafirkan kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dengan kelompok mereka. Demikian itu tentu tidak boleh dilakukan karena hanya Allah Swt yang dapat menentukan seseorang tersebut pantas dikatakan kafir atau tidak. Contoh lain yaitu merasa paling benar, merasa paling suci dan menganggap orang lain adalah keliru. Seseorang juga bisa dikatakan ekstrem dan berlebih-lebihan dalam beragama yaitu di saat mereka berani menghina atau merendahkan ajaran agama dan kepercayaan orang lain serta menghina simbol-simbol yang dianggap suci oleh keyakinan agama tertentu. Selain itu seseorang juga dapat dikatakan berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran agamanya jika melanggar tiga prinsip yaitu melakukan pelanggaran pada tatanan nilai kemanusiaan, melanggar kesepakatan bersama, serta melakukan pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum.
Lantas siapakah yang bertanggung jawab dalam memberikan pemahaman tentang moderasi beragama kepada siswa? Sejatinya moderasi beragama tentu perlu adanya keterlibatan semua pihak, baik sifatnya perorangan maupun instansi atau lembaga. Namun jika dikhususkan pada siswa yang sekolah di sekolah umum tentunya harus selalu dikawal dan menjadi tanggung jawab para guru yang mengajar di instansi atau lembaga tersebut, terkhusus guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama, namun tetap dengan prosedur atau pantauan dari instansi terkait. Harapan dari pemberian pemahaman terkait moderasi beragama ini kepada para siswa ialah supaya cara beragama mereka di sekolah dapat diimplementasikan dengan cara mengambil jalan tengah atau moderat, tidak mudah mengotak-ngotakkan kelompok, dan yang paling utama tidak mudah mengkafirkan orang lain. Oleh karenanya dengan memberikan pemahaman terkait moderasi beragama siswa tidak berlebih-lebihan dan ekstrim ketika menjalani ajaran atau tuntunan agama yang dianutnya.
Penulis : Reni Widiastuti, S.Pd.I., Guru SMKN 1 Kaliwungu
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung