Suasana hening atau dalam bahasa Latin disebut silentium, jarang dirasakan oleh orang-orang. Para peserta didik lebih memilih suasana yang ramai di lingkungan sekolah maupun di rumah. Bila terjebak dalam keheningan, kebanyakan orang memilih keluar dan mencari keramaian. Padahal, di dalam keheningan dan diam, setiap pribadi dapat bertemu dengan dirinya sendiri, bahkan Penciptanya. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, situasi hening sangat penting. Peserta didik diam untuk merefleksikan pengalaman hidupnya, kemudian mengomunikasikannya sebagai salah satu unsur yang membantu perkembangan imannya sendiri, maupun sesama. Oleh karenanya, bukan hal yang mudah bagi peserta didik untuk merefleksikan pengalaman serta mengomunikasikannya (sharing). Hal ini menjadi latar belakang terselenggaranya kegiatan Retret Pelajar Katolik SMA Negeri 16 Semarang dengan tema Aku Reflektif dan Komunikatif yang diselenggarakan pada tanggal 17 sampai 18 Maret 2023 di Rumah Retret dan Pertapaan Rawaseneng, Kabupaten Temanggung.
Pertapaan Rawaseneng merupakan tempat yang tepat untuk mengalami suasana hening atau silentium, karena rumah retret ini masih satu kompleks dengan biara bagi para rahib yang membatasi diri dalam berbicara. Selain itu, kompleks pertapaan Rawaseneng terdiri dari bangunan gereja, taman doa, peternakan sapi perah, perkebunan kopi, museum, serta industri pengolahan makanan seperti roti, susu, keju, anggur, dan makanan ringan lain. Tempatnya yang istimewa, menjadi salah satu faktor pendukung bahwa kegiatan retret ini bukan hanya sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan namun juga kegiatan yang menarik bagi para peserta.
Peserta retret terdiri dari para pelajar SMA Negeri 16 Semarang yang beragama Katolik berjumlah 7 (tujuh) orang. Kegiatan retret ini mendapatkan bantuan dana dari Panitia APP (Aksi Puasa Pembangunan) Kevikepan Semarang, Keuskupan Agung Semarang. Melalui kegiatan ini, Gereja Keuskupan Agung Semarang hadir dengan kasih keprihatinan serta bantuan yang istimewa bagi para peserta didik yang menempuh studi di sekolah-sekolah yang bukan katolik. Dalam kegiatan ini pula, pendamping dan peserta retret berharap agar iman Katolik dapat bertumbuh, setidaknya secara berkelanjutan sebagai peserta didik dapat menjadi pribadi yang reflektif dan komunikatif.
Pendamping dan peserta retret merancang sesi-sesi untuk mencapai tujuan retret, di antaranya sesi penjelasan tentang silensium yakni menemukan Allah dalam keheningan. Kemudian ada pula sesi ibadat sabda dengan petugas pelayanan dari para peserta retret sendiri. Pada pagi hari, peserta retret berkumpul untuk mengikuti sesi belajar dari alam, mengamati kompleks sekitar pertapaan dan menempuh perjalanan sampai hutan pinus Rawaseneng. Dalam perjalanan, peserta retret diminta mengamati dan belajar dari tumbuhan atau pepohonan yang mereka lihat bagaimana bentuknya, apa yang menarik, apa kesamaan yang dapat ditemukan antara diri sendiri dan tanaman tersebut, serta mereka diminta untuk merangkai kata-kata untuk disharingkan.
“Saya belajar dari pohon pinus, ia tumbuh tinggi dan lurus ke atas, meskipun angin di daerah Rawaseneng ini kencang, tapi ia tidak mudah tumbang. Daun-daunnya yang gugur tinggal di bawah, menyatu dengan tanah dan menjadi pupuk agar dirinya sendiri menjadi lebih subur. Jadi, saya banyak belajar, kalau banyak terpaan dalam hidup kita, entah itu dari teman, masalah lain atau lingkungan di sekitar kita, bila memang kita kuat dari akar, teguh dan mau bertumbuh, tidak akan ada yang sia-sia,” salah satu ungkapan peserta retret kala sesi refleksi dan komunikasi, setelah melakukan sesi belajar dari alam dengan berjalan-jalan di daerah Rawaseneng, mengamati tumbuhan atau pepohonan yang menginspirasi. Pada akhir kegiatan, pendamping dan peserta retret berharap agar semakin banyak kesempatan untuk bertumbuh dalam iman Katolik. Dengan kegiatan-kegiatan semacam ini, peserta didik juga merasa diperhatikan dan diberikan fasilitas yang cukup untuk bertemu dengan teman-teman dalam kegiatan berbasis pendidikan agama.
Penulis : Sesilia Adhi W.U., S.Pd., Guru SMAN 16 Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung