Kurikulum merdeka sudah digulirkan oleh kementerian pendidikan sejak awal tahun 2021. Awal peluncuran banyak dari kalangan pendidik masih bingung dalam penerapannya. Dalam penentuan Alur Tujuan Pembelajaran dan menurunkannya menjadi capaian pembelajaran hingga ke modul ajar, bapak ibu guru masih banyak yang kebingungan sehingga perlu adanya sosialisasi dan penajaman secara kontinyu agar pemahaman tentang kurikulum merdeka semakin jelas dan dapat terrealisasi pelaksanaannya di lapangan sesuai ekspektasi Pemerintah Pusat. Ada 4 ciri bahwa kita sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka. Pertama, kita sudah melaksanakan assesment kognitif maupun non kognitif. Kedua, menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi. Ketiga, pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Terakhir, terbentuknya komunitas-komunitas belajar di sekolah. Asesmen diagnostik kognitif dan nonkognitif dilakukan untuk memahami kebutuhan belajar peserta didik. Asesmen dapat dilakukan oleh sekolah dengan seperangkat alat tes yang digunakan. Sekolah juga dapat bekerja sama dengan pihak luar yang concern dalam penyelenggaraan asesmen. Asesmen bisa dikatakan prasyarat sebelum seluruh kegiatan pembelajaran dimulai. Seluruh sekolah yang menggunakan kurikulum merdeka sudah dipastikan melaksanakan asesmen diagnostik. Asesmen menjadi acuan dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi terhadap peserta didik bisa dalam bentuk konten, proses dan produk. Namun, belum sepenuhnya guru memahami cara dan teknik pembelajaran berdiferensiasi.
Hasil asesmen diagnostik tidak benar-benar digunakan untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Selain asesmen diagnostik, guru juga dapat melakukan asesmen formatif dan sumatif. Sebagian guru memang sudah terbiasa dengan memberikan tes atau penilaian di awal maupun di tengah pembelajaran, sebagian lagi belum. Guru yang belum berpegang pada asesmen terbiasa melakukan penilaian subjektif menggunakan indikator yang tidak terstruktur dan tidak terukur. Hasil asesmen belum benar-benar dimanfaatkan untuk menyajikan pembelajaran berdiferensiasi. Alih-alih melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru lebih sering memilah siswa yang unggul dan tertinggal mengikuti alur pembelajaran yang dirancang secara general atau konvensional tanpa memilah konten, proses dan produk yang sesuai dengan kondisi dan kesiapan peserta didik sehingga tidak terwujud praktik pembelajaran terdiferensiasi. Dengan demikian, pembelajaran berdiferensiasi belum utuh terimplementasi.
Oleh dasar itu SMKN 1 Semarang pada tanggal 2 sampai 4 Agustus 2023, menggelar IHT Implementasi Kurikulum Merdeka guna merefresh dan menguatkan pemahaman bapak dan ibu Guru. Materi yang didiskusikan adalah Pembelajaran Berbasis Project (PJBL), Pembelajaran Berdiferensiasi/terdeferensiasi, Pemaksimalan Penggunaan Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang sekarang masuk dalam mapel. Peserta merupakan 105 guru dari SMKN 1 Semarang dan 12 guru dari Sekolah Mitra/Pengimbasan. Narasumber yang hadir adalah seorang guru yang dinobatkan sebagai guru terinspiratif oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan yaitu Nining mariyaningsih Guru dari SMKN 1 Salatiga. Narasumber lain adalah Kepala Seksi SMK Cabang Dinas Wilayah 1 dan Pengawas Pembina SMK Cabang Dinas Wilayah 1. Harapan dari kegiatan ini bapak dan Ibu guru di SMK N 1 Semarang bisa lebih fokus dalam penerapan materi pembelajaran yang berdiferensisai saat pembelajaran di kelas dan Bapak Ibu guru yang mengampu mapel kelas XII bisa lebih faham dalam merangkai CP dan Modul Ajar pada Mata Pelajaran PKL. Sehingga tujuan kementrian tentang PKL diubah menjadi mata pelajaran bisa terrealisasi.
Penulis : Humas SMKN 1 Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Bawen
Komentar Pengunjung