
Semarang-Hujan deras yang mengguyur wilayah SMKN 10 Semarang sejak malam hari, Kamis, 6 Februari 2025, menyebabkan debit air meningkat dan menggenangi halaman sekolah. Meskipun genangan air cukup tinggi, Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, memastikan bahwa air tidak masuk ke ruang kelas, bengkel, laboratorium komputer, ruang guru, atau ruangan lainnya di sekolah.
“Kabar baiknya, genangan hanya terjadi di halaman sekolah. Tidak ada air yang masuk ke ruang kelas atau fasilitas lainnya,” ujar Ardan saat ditemui di lokasi. Ia menjelaskan bahwa genangan air terjadi karena pompa penyedot air tidak mampu memindahkan air keluar sekolah secara maksimal.
Ardan menambahkan bahwa SMKN 10 Semarang memang dikenal sebagai sekolah langganan banjir. Namun, progres penanganan banjir di sekolah ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. “Tahun 2022, banjir menyebabkan air masuk ke ruang kelas, bengkel, dan laboratorium komputer, yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur. Di tahun 2023, banjir hanya masuk ke ruang kelas, dan di tahun 2024, air hanya menggenangi halaman. Termasuk di awal tahun 2025 ini, genangan air hanya terjadi di halaman,” jelasnya.
Kemajuan ini tidak lepas dari program Kawal Banjir yang digagas oleh sekolah. Program ini meliputi pembangunan kanal-kanal air di lingkungan sekolah, pembangunan kolam retensi, dan pembelian pompa untuk membuang air keluar sekolah. Tim Kawal Banjir, yang terdiri dari guru dan staf sekolah, bekerja dengan sigap untuk menangani permasalahan genangan air.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Andhika Wildan Krisnamurti, menjelaskan lebih detail tentang upaya yang dilakukan tim. “Tim Kawal Banjir bertugas membersihkan saluran air dari sampah, merawat pompa, dan mengedukasi warga sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya. Semua ini dilakukan untuk memastikan air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan genangan yang parah,” kata Andhika.
Ia juga menekankan ketuntasan program Kawal Banjir. “Sesuai arahan Kepala Sekolah, Kami targetkan akhir tahun 2025 sekolah sudah bisa bebas banjir,” tambahnya.
Program Kawal Banjir tidak hanya berhasil mengurangi dampak banjir di lingkungan sekolah, tetapi juga menjadi contoh baik bagi sekolah lain dalam menangani permasalahan serupa. “Kami berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain yang memiliki masalah serupa. Penanganan banjir tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari warga sekolah,” ujar Ardan.
Siswa-siswi SMKN 10 Semarang juga merasakan manfaat dari program ini. “Dulu, setiap hujan deras, kami selalu khawatir air akan masuk ke kelas. Sekarang, kami merasa lebih aman karena sekolah sudah memiliki sistem penanganan banjir yang baik,” kata Zaky Ali Syahar siswa kelas XII KKB1.
Meskipun sudah menunjukkan kemajuan, Ardan menyatakan bahwa sekolah akan terus berupaya meningkatkan sistem penanganan banjir. “Kami berencana menambah jumlah pompa dan memperluas kolam retensi. Selain itu, kami juga akan terus mengedukasi warga sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Dengan kerja keras dan kolaborasi yang solid, SMKN 10 Semarang membuktikan bahwa permasalahan banjir dapat diatasi dengan langkah-langkah yang terencana dan berkelanjutan. “Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua warga sekolah,” tutup Ardan.
Keberhasilan program Kawal Banjir ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi SMKN 10 Semarang, tetapi juga menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membangun kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Penulis : Susanti, S.Pd., Guru Bahasa Inggris SMKN 10 Semarang
Komentar Pengunjung