
Semarang – Memasuki bulan suci Ramadan, SMKN 10 Semarang meluncurkan program unggulan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih religius. Program ini dirancang tidak hanya untuk siswa Muslim tetapi juga untuk siswa dari agama lain, seperti Kristiani, sebagai wujud nyata penguatan toleransi umat beragama di kalangan generasi muda. Kamis pagi (05/03/2025), suasana khidmat terasa di seluruh penjuru sekolah saat Sholat Dhuha berjamaah dilaksanakan oleh guru, karyawan, dan siswa. Jamaah putra berkumpul di aula, sementara jamaah putri melaksanakan ibadah di Masjid Baitul Iman. Di ruang Baita Adiguna, siswa Kristiani mengikuti renungan pagi dengan penuh hikmat.
Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya sekolah untuk memperkuat karakter religius siswa. “Kegiatan belajar mengajar selama bulan Ramadan kami fokuskan pada peningkatan nilai-nilai religius siswa. Tidak hanya untuk siswa Muslim, tetapi juga untuk siswa Kristiani. Ini adalah bentuk nyata dari komitmen kami untuk memperkuat toleransi umat beragama,” ujar Ardan saat ditemui usai kegiatan Sholat Dhuha.
Menurutnya, pendidikan karakter tidak hanya dapat ditanamkan melalui pelajaran formal di kelas, tetapi juga melalui kegiatan spiritual yang melibatkan seluruh elemen sekolah. “Kami ingin siswa merasakan bahwa sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu akademik, tetapi juga tempat mereka memperdalam nilai-nilai keagamaan dan moral,” tambahnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Suhermawan, menambahkan bahwa kegiatan belajar mengajar selama Ramadan dimulai lebih awal, yakni pukul 07.30 WIB. “Setiap pagi, siswa Muslim melaksanakan Sholat Dhuha bersama, sementara siswa non-Muslim mengikuti renungan pagi. Setelah itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung hingga pukul 14.45 WIB. Total ada 10 jam pembelajaran dalam sehari,” ungkap Suhermawan.
Meskipun jam belajar lebih panjang, Suhermawan menegaskan bahwa sekolah telah menyesuaikan materi pembelajaran agar tidak memberatkan siswa. “Kami memastikan bahwa materi yang disampaikan tetap relevan dan tidak memberatkan siswa. Selain itu, kami juga menyediakan waktu istirahat yang cukup agar siswa tetap fokus dan semangat dalam belajar,” jelasnya.
Program ini mendapat sambutan positif dari para siswa. Salah satu siswa kelas X, Rakhma Zulaichah Azzahra, mengaku senang dengan adanya kegiatan Sholat Dhuha berjamaah. “Saya merasa lebih tenang dan fokus setelah melaksanakan Sholat Dhuha bersama teman-teman. Ini juga membantu saya untuk lebih dekat dengan Allah di bulan Ramadan,” katanya dengan senyum.
Senada dengan Rakhma, Joel Nissi Ardaniel Asmoro., seorang siswa Kristiani, juga mengapresiasi kegiatan renungan pagi yang rutin dilaksanakan. “Renungan pagi sangat membantu saya untuk merenung dan memulai hari dengan hati yang damai. Saya juga merasa dihargai karena sekolah memberikan perhatian kepada semua siswa, tanpa memandang latar belakang agama,” ucap Joel.
Ardan menambahkan bahwa program ini bukan hanya untuk Ramadan saja, tetapi juga akan menjadi model pembelajaran karakter yang berkelanjutan. “Kami berharap nilai-nilai religius yang ditanamkan selama Ramadan dapat terus dipraktikkan oleh siswa bahkan setelah bulan suci ini berakhir. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan mereka,” tegasnya.
Tidak hanya siswa, guru dan karyawan juga turut ambil bagian dalam program ini. Menurut salah satu guru, Dini Riyani, kegiatan ini memberikan energi positif bagi seluruh warga sekolah. “Melihat siswa-siswa yang begitu antusias mengikuti kegiatan spiritual membuat kami sebagai guru merasa bangga. Ini adalah momen yang sangat berharga bagi kami semua,” ujarnya.
Program religius ini juga mendapat apresiasi dari orang tua siswa. Farista Wahyu Kartiningsih, salah satu wali murid, mengungkapkan bahwa ia merasa lega mengetahui anaknya mendapatkan pendidikan karakter yang baik di sekolah. “Saya sangat senang melihat sekolah tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter anak. Ini adalah hal yang sangat penting di era modern seperti sekarang,” katanya.
Dengan berbagai kegiatan yang telah dirancang, SMKN 10 Semarang berharap dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan religius. “Kami ingin membuktikan bahwa pendidikan karakter dan toleransi bisa berjalan beriringan dengan pendidikan akademik. Ini adalah langkah kecil kami untuk menciptakan generasi muda yang unggul dan berakhlak mulia,” tutup Ardan.
Melalui program ini, SMKN 10 Semarang membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya soal angka dan prestasi akademik, tetapi juga tentang membentuk manusia yang berintegritas, beretika, dan memiliki rasa hormat terhadap sesama. Semoga langkah ini dapat menginspirasi banyak pihak untuk menciptakan pendidikan yang lebih holistik dan berbasis nilai-nilai universal.
Penulis : Susanti, S.Pd., Guru Bahasa Inggris SMKN 10 Semarang
Komentar Pengunjung