6E: Benang Merah Pemahaman Kritisime Sumber Dalam Penelitian Sejarah Lokal

Sejarah lokal adalah sejarah yang berfokus pada suatu daerah atau wilayah tertentu, yang mencakup perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kepercayaan masyarakat setempat. Juga merupakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di suatu daerah, serta tradisi dan kebudayaan yang unik dari suatu wilayah. Hal-hal tersebut memberikan gambaran yang lebih detail dan kaya tentang kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, serta peran masyarakat dalam mengembangkan daerah tersebut meski kadang tidak tercatat dalam sejarah nasional.

Capaian Pembelajaran (CP) Sejarah Kelas X Semester Gasal dalam Kurikulum Merdeka salah satunya adalah penelitian sejarah. Penelitian diarahkan pada daerah atau wilayah di sekitar siswa yang notabene disebut sejarah lokal. Penelitian sejarah lokal melibatkan pengumpulan dan analisis sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan suatu daerah atau wilayah tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah, budaya, dan kepercayaan masyarakat setempat dengan model pembelajaran sejarah.

Di antara model pembelajaran sejarah yang diterapkan adalah inquiry base learning (IBL), yang dalam hal ini disebut sebagai model pembelajaran inquiri (MPI). MPI yang diadopsi dalam tulisan ini, adalah model 6E. 6E adalah model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan oleh Pedaste et al. (2015:48) dan terdiri dari enam fase atau tahapan, yaitu: (1) engagement: tahap di mana siswa diperkenalkan dengan topik yang akan dipelajari dan dihadapkan dengan masalah atau situasi yang memotivasi untuk belajar; (2) exploration: tahap di mana siswa mengumpulkan data dan informasi yang relevan melalui berbagai sumber dan teknik pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, atau eksperimen; (3) explanation: tahap di mana siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari topik yang dipelajari, serta membuat hubungan antara konsep-konsep tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang sudah ada; (4) elaboration: tahap di mana siswa mengembangkan pemahaman mereka melalui penerapan konsep-konsep yang dipelajari pada situasi atau masalah yang berbeda, atau melalui pengembangan keterampilan-keterampilan yang relevan; (5) evaluation: tahap di mana siswa mengevaluasi kinerja mereka sendiri dan membuat penilaian terhadap hasil belajar yang telah dicapai, serta mengevaluasi solusi-solusi yang telah mereka ajukan untuk masalah atau situasi yang diberikan; (6) extension: tahap di mana siswa mengaitkan pemahaman mereka dengan konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang lebih luas, serta mengembangkan pemahaman mereka tentang implikasi dan dampak dari topik yang dipelajari.

Model 6E ini menekankan pada pembelajaran aktif, kolaboratif, dan reflektif, serta memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi, dan keterampilan mengambil keputusan. Model ini dapat diterapkan pada pembelajaran di berbagai bidang, termasuk dalam pembelajaran sejarah lokal.

Dari 6E tersebut dapat dibuat siklus sebagai berikut; (1) memperoleh pertanyaan: tahap di mana siswa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik yang dipelajari; (2) merencanakan investigasi: tahap di mana siswa merencanakan investigasi atau penjelajahan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka buat; (3) melaksanakan investigasi: tahap di mana siswa melakukan investigasi dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data, serta mempertimbangkan berbagai sumber informasi; dan (4) menyimpulkan hasil investigasi: tahap di mana siswa mempresentasikan hasil investigasi mereka dan membuat kesimpulan-kesimpulan yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka buat.

Dengan fase dan siklus tersebut di atas, siswa melakukan pengumpulan dan analisis sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan suatu daerah atau wilayah tertentu. Pada gilirannya mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah, budaya, dan kepercayaan masyarakat setempat dengan berbagai sumber yang ditemukan.  Beberapa sumber yang dapat digunakan dalam penelitian sejarah lokal antara lain: (1) dokumen sejarah, seperti surat-surat, dokumen resmi, laporan-laporan, dan catatan-catatan; (2) arsip foto dan film, yang dapat memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat setempat pada masa lalu; (3) sumber lisan, seperti wawancara dengan tokoh-tokoh atau penduduk setempat yang telah berusia lanjut; (4) sumber arkeologi, seperti temuan-temuan benda-benda kuno dan situs-situs bersejarah; (5) buku-buku sejarah, monograf, atau jurnal ilmiah yang berkaitan dengan sejarah atau budaya daerah tersebut. Terkait kritisisme sumber, siswa mampu membedakan antara sumber primer dan sekunder.

Setelah sumber-sumber sejarah lokal terkumpulkan, langkah selanjutnya adalah analisis dan interpretasi. Siswa harus melakukan analisis kritis terhadap sumber-sumber tersebut dan membuat kesimpulan yang valid tentang sejarah, budaya, dan kepercayaan masyarakat setempat pada masa lalu.

Penelitian sejarah lokal dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat, karena dapat membantu membangkitkan rasa kebanggaan dan kesadaran akan warisan budaya daerah, serta dapat dijadikan dasar untuk kebijakan pelestarian lingkungan dan budaya. Selain itu, penelitian sejarah lokal juga dapat menjadi kontribusi penting bagi penelitian sejarah nasional atau regional yang lebih luas.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Janto, S.Pd., Guru Mapel Sejarah/Waka. Kurikulum

Editor: Tim Humas