Bahagia Ketika Kolaborasi & Empati Terus Tumbuh

“Ini adalah hasil rekap kegiatan Widhi, Ola dan Nuno dari awal sampai akhir acara amal anak-anak panti asuhan. Acara yang kita siapkan selama 2 bulan sudah cukup besar, ada 40 panitia dan ada support yang cukup besar juga, dari Rumah Sakit Telogorejo, Tentrem, Alfalink dan lain-lain. Widhi dan Ola selama 2 minggu terakhir sebelum acara kita ajarkan untuk bekerjasama membuat design backdrop MMT besar untuk acara, jadi kita benar-benar latih untuk tanggung jawab besar bersama team. Siapa tahu bisa menjadi nilai tambah untuk Nuno, Widhi dan Ola,” ungkap Mas Fino melalui WhatsApp juga memberikan link Instagram berikut https://www.instagram.com/reel/Cq0QNlGM85_/?igshid=YmMyMTA2M2Y= tentang kegiatan yang mereka lakukan.

Rasa bahagia saya rasakan, ketika mendapatkan informasi yang disampaikan oleh Mas Fino sebagai founder Iclarity Semarang, yang menunjukkan adanya perkembangan semakin baik tentang kolaborasi yang dilakukan siswa kelas XI Animasi karena keterlibatannya dalam kegiatan event amal untuk anak-anak  yatim piatu. Dari laporan yang disampaikan oleh Mas Fino (stake holder) juga menggambarkan bahwa mereka bukan sekedar berkolaborasi, namun tumbuh pula jiwa-jiwa empatinya. Kolaborasi dan empati merupakan kemampuan dasar sebagai manusia yang perlu dipupuk sehingga tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi berkarakter unggul.

Dari informasi yang disampaikan Mas Fino, ada satu pesan yang sangat menggelitik untuk dunia pendididikan yaitu terkait dengan nilai tambah ketika siswa sukses melaksanakan event-event dengan melaksanakan kolaborasi yang menarik, apalagi kegiatan tersebut merupakan projek sosial untuk memberikan kebahagiaan bagi orang lain seperti anak-anak di panti asuhan. Apa yang diharapkan Mas Fino tersebut sangat sesuai dengan salah satu pesan mas Mas Menteri kepada guru yaitu cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan siswa. Ketika masyarakat saja mengapresiasi apa yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan-kegiatan projek sosial, apa yang harus diragukan oleh para guru ketika harus memberikan tambahan penilaian terhadap siswa yang mampu melakukan hal tersebut di masyarakat. Nilai bukan sekedar dari penilaian formatif dan penilaian sumatif yang terbiasa diukur dari soal-soal di atas kertas, namun lebih bermakna ketika mereka mampu memecahkan permasalahan di masyarakat yang keterlibatannya akan memperkuat kemampuan kolaborasi dan jiwa empatinya.

 

Penulis            : Diyarko, SMKN 11 Semarang

Editor             : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang