Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah dipengaruhi oleh keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh berbagai komponen yang mendukung dan saling berkaitan satu sama lain, yaitu guru, siswa, media, dan metode pembelajaran. Di antara komponen tersebut masing-masing mempunyai peranan yang mempengaruhi optimalnya proses pembelajaran. Seorang guru dikatakan berhasil jika dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini diuraikan oleh James (dalam Elida Prayitno, 1989: 1)
Berkaitan dengan proses belajar, motivasi belajar sangat diperlukan. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berusaha untuk belajar dengan baik dan tekun. Jika siswa tidak memiliki ciri-ciri tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Elida Prayitno (1989: 10) yang mengemukakan bahwa siswa yang memiliki motivasi rendah, akan menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Apabila siswa memiliki motivasi yang rendah, akan berdampak pada proses pembelajaran yang berlangsung dengan tidak optimal (Elida Prayitno, 1989: 8). Berdasarkan pendapat tersebut, jika pembelajaran tidak berlangsung dengan optimal maka akan menimbulkan kerugian bagi siswa itu sendiri. Salah satu kerugiannya adalah siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga menimbulkan permasalahan pada disiplin dalam belajar. Untuk itu, motivasi yang kuat dalam belajar sangat dibutuhkan. Dilihat dari jenisnya, motivasi ada dua yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa, contohnya adanya pujian, kondisi tempat atau lingkungan belajar. Sedangkan motivasi intrinsik berasal dari dalam diri siswa, seperti kesadaran diri sendiri.
SMA Negeri 6 Semarang merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berbasis kependudukan di Provinsi Jawa Tengah. Siswa yang bersekolah di sini merupakan warga sekitar sekolah dengan kemampuan belajar dan motivasi yang berbeda-beda. Berkaitan dengan SMAN 6 Semarang sebagai Sekolah Siaga Kependudukan di Provinsi Jawa Tengah, penulis mencoba untuk menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga kependudukan atau Snake and Ladder Population Game, pada materi Dinamika Masalah Kependudukan di kelas XI peminatan IPS. Permainan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran tatap muka atau setelah pandemi Covid-19 berakhir, sebagai sarana bagi siswa untuk mengerjakan evaluasi pada materi pembelajaran geografi, khususnya materi dinamika masalah kependudukan. Dengan game ini, guru ingin mengajak siswa belajar tentang materi dinamika masalah kependudukan sambil bermain.
Snake and Ladder Population Game merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang tepat dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Pemilihan media yang tepat diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran di kelas. Permainan ular tangga dibuat menjadi media pembelajaran yang efektif karena sifat permainan yang sederhana dan mengasyikkan, membuat siswa antusias dalam bermain (M. Husna A, 2009: 143). Berdasarkan alasan tersebut maka permainan ular tangga kependudukan dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. Permainan tersebut juga cocok digunakan sebagai media pembelajaran materi dinamika masalah kependudukan, karena terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam hal ini siswa memahami materi tidak hanya menghafal, tetapi melalui permainan ular tangga kependudukan, sehingga mereka tertarik untuk mencari mencari dan memecahkan masalah soal-soal kependudukan.
Penulis: Jaenal Abidin, S.Pd., Guru SMAN 6 Semarang
Editor: Nurul Rahmawati E., M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung