Belajar Kemandirian dari Kotiledon

Pada tanaman terutama yang tumbuh dari benih, biji, spora, maupun organ reproduksi lainnya akan mengalami peristiwa yang dinamakan perkecambahan. Perkecambahan adalah awal dari pertumbuhan benih. Sebutir biji yang merupakan bibit tumbuhan berada dalam keadaan dorminasi atau tidur. Untuk membangunkan biji, biji harus direhidrasi atau diberikan air. Ketika dimulainya penyerapan air (imbibisi), laju respirasi akan meningkat dan proses metabolisme yang terhenti selama dorminasi akan dilanjutkan. Dalam proses perkecambahan bagian yang pertama muncul adalah bakal daun atau kotiledon. 

Kotiledon (disebut juga kotil atau daun lembaga) adalah bakal daun yang terbentuk, dan melekat pada embrio dengan hipokotil. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan, sekaligus organ pertama yang dimiliki oleh tumbuhan yang baru saja berkecambah yang tak memiliki klorofil. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati yang terbentuk kemudian. 

Itulah sekelumit materi yang dipelajari paserta didik pada fase F saat belajar materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Saat mempelajari kotiledon, mereka akan semakin paham dengan konsep monokotil dan dikotil. Bahwa ciri utama tumbuhan dimasukkan kelompok monokotil adalah karena hanya memiliki satu kotiledon, sedangkan yang memiliki dua kotiledon adalah kelompok dikotil. Adapun ciri-ciri seperti akar tunggang atau serabut, pertulangan daun menyirip atau sejajar, maka hal itu itu adalah ciri-ciri sekunder. 

Sampai kapankah kotiledon berperan sebagai cadangan makanan bagi biji yang sedang tumbuh? Biji yang baru berkecambah belum memiliki kloroplas sebagai organel fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses tumbuhan membuat makanannya sendiri (autotrof). Selama tumbuhan belum bisa membuat makanan sendiri, maka kotiledon akan setia mensuplai makanan bagi tumbuhan tersebut. Dan pada saatnya kelak ketika tumbuhan sudah memiliki kloroplas, maka peran kotiledon akan berakhir. Ketika tumbuhan sudah mampu melakukan fotosintesis, maka kotiledon akan mereduksi dan tidak lagi menjadi penyuplai nutrisi. 

Saat belajar kotiledon, guru dan peserta didik mendapatkan wawasan tentang nilai kemandirian. Bila kotiledon diibaratkan orang tua dan biji yang baru tumbuh diibaratkan anak yang masih kecil (bayi), maka peran orang tua sebagai penyokong biaya untuk anak tidaklah berlangsung sepanjang hidupnya. Siswa belajar bahwa dirinya harus mempersiapkan diri menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi. Bahwa kelak ketika dirinya sudah mampu memperoleh penghasilan, maka orang tuanya tidak lagi perlu membiayai. Di sisi lain, orang tua juga mendapatkan ibrah dari peran kotiledon. Bahwa bentuk kasih sayang mereka kepada anaknya bukanlah terus berusaha mencukupi segala kebutuhan hidup sampai sang tua. Orang tua juga perlu “tega” membiarkan anak melatih kemandiriannya. Akhirnya, peserta didik SMA yang sudah berusia remaja akan mengatakan “Saya juga bisa mandiri kok, masak saya kalah sama tumbuhan”. 

Maha benar Allah yang telah berfirman di dalam surat Ali ‘Imran ayat 191.  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”. Tidaklah sia-sia kami mempelajari biji yang sedang berkecambah. Ilmu bertambah dan bertekad tidak membuat orang tua susah. 

Referensi :
1. Biologi Campbell Edisi 8 Jilid 2

2.  https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/15/150027369/perkecambahan-pengertian-tipe-dan-prosesnya?page=all.

Penulis : Muwahidin, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.

Editor : Annisa Erwindani, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.