Tulisan kali ini saya mulai dari kisah tentang Ibu dan Rusa. Pernah suatu hari, terdapat seorang ibu yang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan bersama dengan anaknya yang masih kecil. Pada suatu waktu, si anak sedang bermain di halaman rumah ketika datanglah seekor rusa yang berusaha memasukkan tanduknya ke dalam pakaian si anak. Sang anak pun merasa ketakutan dan menangis sambil memanggil ibunya.
Ibu tersebut keluar rumah dan melihat anaknya sudah dibawa pergi oleh rusa ke dalam hutan. Ia segera mengejar rusa tersebut dan berhasil menemukan anaknya berada di sebuah rerumputan yang luas. Mereka kembali ke rumah, namun sayangnya rumah tersebut sudah tertimpa oleh pohon besar dan hancur berantakan.
Ibu tersebut kemudian mengingat saat ia menyelamatkan anak rusa dari para pemburu beberapa tahun lalu. Ia menutupi anak rusa dengan kain agar tidak ketahuan oleh para pemburu dan kemudian melepaskan anak rusa itu ke dalam hutan ketika para pemburu sudah pergi.
Ternyata, rusa yang membawa anaknya tadi adalah anak rusa yang pernah ia selamatkan dahulu. Anak rusa itu seakan-akan mencoba mengucapkan terima kasih dengan membawa anak ibu ke tempat yang aman dari bahaya pohon tumbang.
Dari kejadian ini, ibu tersebut mengajarkan kepada anaknya bahwa membantu makhluk Tuhan, sekecil apapun, akan selalu berbalik pada diri kita di kemudian hari. Kita harus belajar untuk selalu membantu sesama tanpa memandang apapun, karena kebaikan yang kita tanamkan akan selalu berbuah baik di masa depan.
Kisah di atas menjadi pembuka tulisan saya tentang satu kata yaitu memberi. Konsep memberi tidak hanya terbatas pada memberikan uang atau benda material, namun juga dapat berupa memberikan waktu, perhatian, dan kasih sayang kepada orang lain. Memberikan waktu dapat berupa dengan menemani teman yang sedang kesepian, membantu orang yang membutuhkan bantuan dalam kegiatan sehari-hari, atau menghabiskan waktu bersama keluarga untuk mempererat ikatan.
Memberikan perhatian dapat berupa dengan mendengarkan curhatan teman atau keluarga, memberikan semangat dan dukungan pada saat yang sulit, atau memberikan penghargaan dan apresiasi pada prestasi seseorang. Sementara memberikan kasih sayang dapat berupa dengan memeluk orang yang membutuhkan kehangatan, memberikan senyuman dan kebaikan pada orang yang sedang mengalami kesulitan, atau berbagi cinta dan kebahagiaan kepada orang yang kita sayangi.
Dalam memberi, tidak hanya orang yang menerima yang merasakan manfaatnya, namun juga orang yang memberi. Memberikan dengan ikhlas dan tulus hati dapat memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan tersendiri, serta dapat meningkatkan empati dan kepedulian terhadap orang lain.
Oleh karena itu, memberi bukan hanya tentang memberikan uang atau benda material, namun juga dapat berupa memberikan waktu, perhatian, dan kasih sayang kepada orang lain dengan ikhlas dan tulus hati. Hal ini dapat membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan menjadi bagian dari kebaikan yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang.
Mengapa kita perlu belajar untuk memberi? Kita perlu belajar untuk memberi karena memberi dapat membawa banyak manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Pertama-tama, memberi dapat meningkatkan kebahagiaan kita. Dalam psikologi, terdapat konsep yang disebut “kebahagiaan yang berkelanjutan”, yaitu kebahagiaan yang dapat bertahan lama. Salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan adalah dengan memberi. Saat kita memberi, kita merasa berguna dan bermanfaat bagi orang lain, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perasaan positif dan kebahagiaan kita sendiri.
Kedua, memberi membuat kita lebih baik sebagai manusia. Memberi mengajarkan kita untuk berempati dan memahami kebutuhan orang lain, sehingga kita dapat belajar untuk lebih memahami dan menghargai keberagaman manusia. Selain itu, memberi juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperkuat rasa saling percaya antara individu dan masyarakat.
Ketiga, memberi memperkuat hubungan sosial kita. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan sosial sangat penting untuk membangun koneksi dan jaringan yang kuat. Saat kita memberi, kita dapat memperkuat hubungan sosial kita dengan orang lain, sehingga dapat membuka pintu-pintu baru untuk pertemanan, peluang karir, dan banyak hal lainnya.
Terakhir, memberi memberikan manfaat bagi yang menerima. Banyak orang yang membutuhkan bantuan, baik secara finansial maupun non-finansial. Dengan memberikan bantuan kepada mereka, kita dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka dan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan.
Secara keseluruhan, belajar untuk memberi dapat membawa banyak manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Saat kita memberi, kita dapat meningkatkan kebahagiaan, menjadi lebih baik sebagai manusia, memperkuat hubungan sosial, dan memberikan manfaat bagi yang menerima. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk memberi dan menjadikan memberi sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari.
Belajar untuk memberi adalah suatu proses yang memerlukan kesabaran, tekad, dan perhatian. Bagaimana caranya? Pertama, membuka pikiran dan hati. Memberi bukan hanya tentang memberikan bantuan fisik atau materi, namun juga tentang memberikan perhatian dan kebaikan hati kepada orang lain. Oleh karena itu, membuka pikiran dan hati dapat membantu kita lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan dapat membantu memperluas pandangan kita tentang berbagai hal.
Kedua, mengamati orang-orang yang memberi dengan baik. Orang-orang yang memberi dengan baik seringkali dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi kita. Dengan mengamati mereka, kita dapat belajar tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memberi, serta cara-cara yang dapat digunakan untuk memberi dengan baik.
Ketiga, melakukan aksi kecil-kecilan. Memberi tidak harus selalu dalam bentuk yang besar dan kompleks. Aksi kecil-kecilan seperti memberikan senyuman, membagikan makanan, atau mengunjungi orang yang sakit dapat memiliki dampak yang besar bagi orang lain dan dapat membantu kita belajar untuk memberi dengan tulus hati.
Keempat, menumbuhkan rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain. Dengan menumbuhkan rasa empati, kita dapat belajar untuk memahami kebutuhan dan harapan orang lain, dan dapat membantu kita dalam memberi dengan cara yang lebih baik dan bermakna.
Terakhir, mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Saat memberi, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan orang lain dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain, kita dapat membantu mereka dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat.
Saya tutup tulisan ini dengan mengutip pendapat bijak dari Iwan Fals, “Ada benarnya nasehat orang orang suci, memberi itu terangkan hati seperti matahari Yang menyinari bumi.
Selamat belajar memberi.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan
Komentar Pengunjung