Istilah ”dekengane pusat’ saat ini benar-benar viral di Indonesia melalui sosial media. Istilah itu populer berkat pendiri Majelis Sabilu Taubah (ST) di Kediri. Beliau sering menggunakan istilah “Dekengane Pusat” saat menguatkan mental jamaah dan diucapkan dengan logat Jawa Timuran yang kental dan kocak sehingga membawa suasana yang akrab dan bersahabat. Tetapi bagaimana makna dekengane pusat ini sesungguhnya?
Dekengan, merupakan salah satu. kata yang ada dalam Bahasa Jawa. Kata dekengan, berasal dari bahasa Belanda, yaitu dekking yang diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi beking. Istilah ‘beking’ kita cuplik dari kata Inggris ‘backing’, sedangkan istilah ’deking’, dari kata Belanda, ‘dekking’. Kata ‘dekengan’, di bahasa Jawa memiliki arti perlindungan atau dukungan. Kata ‘pusat’ yang mengikutinya diartikan Allah Subhanahu wa ta’ala (Tuhan Yang Maha Esa).
Bagaimana kaitannya kata “dekengan” dengan dunia Pendidikan ? Akhir-akhir ini, banyak kasus yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik. Mulai dari tindak kekerasan fisik maupun verbal, bullying, dan pelecehan seksual menjadi keprihatinan bersama dalam dunia pendidikan.
Guru merupakan poros dan pelaku utama dalam dunia pendidikan. Peranan guru dalam mengemban amanah pendidikan sangat penting. Guru berperan secara langsung atau tidak langsung dalam membentuk peserta didik menjadi agen pembangunan dan pembaharuan/ perubahan untuk dipersiapkan menghadapi era globalilasi dan persaingan bebas ini. Generasi yang religius, bermoral terpuji, kuat mental, cerdas, terampil, ahli dan berkharakter menjadi cita-cita bersama melalui guru. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan guru dekengane pusat karena guru merupakan utusan Tuhan yang memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan berilmu. Guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Dalam ajaran agama, pendidikan merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan. Guru yang mendidik peserta didik dengan baik berarti telah menjalankan ibadah kepada Tuhan. Guru juga dapat dikatakan sebagai utusan Tuhan karena guru berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral kepada peserta didik.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa guru dapat dikatakan sebagai utusan Tuhan:
- Guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Guru berperan dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya, baik dari segi akademik, non-akademik, maupun spiritual.
- Guru berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral merupakan bekal bagi peserta didik untuk menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.
- Guru berperan dalam membentuk karakter peserta didik agar menjadi manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur. Karakter yang baik merupakan modal bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang sukses di dunia dan di akhirat.
Guru yang menyadari bahwa dirinya adalah utusan Tuhan akan menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi. Guru akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menjadi utusan Tuhan yang baik:
- Memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iman dan takwa merupakan landasan bagi guru untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
- Memiliki dedikasi dan semangat yang tinggi dalam mendidik peserta didik. Guru harus selalu bersemangat untuk mendidik peserta didik, bahkan di saat menghadapi tantangan.
- Memiliki kompetensi yang baik dalam bidangnya. Guru harus memiliki kompetensi yang baik agar dapat memberikan pengajaran yang berkualitas.
- Memiliki hubungan yang baik dengan peserta didik dan orang tua. Guru harus dapat membangun hubungan yang baik dengan peserta didik dan orang tua agar dapat bekerja sama dalam mendidik peserta didik.
Guru yang menjadi utusan Tuhan mempunyai ‘dekengan pusat’ akan menjadi teladan bagi peserta didik. Guru akan menjadi panutan bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan berilmu.
Penulis : Sri Widayati, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.
Editor : Annisa Erwindani, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.
.
Komentar Pengunjung