Guru Penggerak, Menginspirasi TU Penggerak

Guru Penggerak merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Permendikbudristek nomor 40 tahun 2021. Selain untuk meningkatkan prestasi peserta didik berdasar aspek profil Pelajar Pancasila, guru penggerak juga sebagai model guru-guru yang lain.

Guru penggerak merupakan guru-guru terpilih dan terbaik di bangsa ini yang melalui proses seleksi jadi guru penggerak. Terinspirasi oleh Bapak Setyo Haryono, M.Pd., kami melakukan wawancara dengan Guru Penggerak yang ada di SMA Negeri 16 Semarang. Simak kebersamaan kami sebagai berikut.

Menurut Bapak Setyo Haryono, M.Pd., guru penggerak sama saja dengan guru yang lainnya, hanya guru penggerak mengikuti sebuah kegiatan tambahan materi serta diklat-diklat terkait dengan pembelajaran. Guru penggerak itu diupayakan menjadi sosok guru yang bisa melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, memiliki ide-ide, serta kreativitas dalam pembelajaran. Tujuan adanya guru penggerak untuk  membentuk karakter siswa lebih berkualitas.


Seperti yang dijelaskan mas Menteri Nadiem Makarim, guru penggerak dalam pembelajaran berbeda dengan guru-guru yang lainnya yang hanya menjelaskan sesuai materi dari awal sampai akhir tentang materipelajaran saja, tetapi guru penggerak itu harus bisa menginovasi, menjadikan suasana kelasitu menjadi senang dan nyaman, siswa diajak diskusi serta menemukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda tidak hanya materi saja. Siswa dituntut untuk menggali danmengembangkan bakat-bakat mereka.

Saya Shony Suprayogo, Staf TAS SMA Negeri 16 Semarang, menggali informasi lebih dalam lagi, Apakah perbedaan guru penggerak dengan guru yang lain? “Guru penggerak harus mampu menggerakkan guru-guru yang lain untuk bisa aktif, kreatif dan inovatif, dalam artimenggerakkan komunitas. Kita dapat memberi inovasi dalam  pembejaran, targetnya selalubagaimana mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa, apalagi nuansanyayang merdeka belajar diaplikasikan. Tidak hanya sekedar di kelas dengan siswa belajartentang apa,tetapi menggerakkan dengan menggali potensinya. tutur Ayah Tyok, sapaan akrabnya.

Menemukan karakteristik siswa tidak bisa spontanitas secara akademis, harus menggalipotensi-potensi mereka. Tidak banyak guru-guru yang dapat menggali potensi-potensi siswadi SMA Negeri 16 Semarang. Kiat-kiat yang dilakukan siswa SMA Negeri 16 Semarang untuk berkembang lebih baik, yaitu pertama kita sebagai guru harus dekat terlebih dahulu dengan siswa untuk menggali potensi-potensinya. Banyak dari siswa sini yang dari lulusan SMP masih malu dan tidak tahu potensi yang dimiliki, sebagai guru penggerak maka harusbisa membangkitkan potensipotensi mereka dan akhirnya siswa tersebut dilibatkan dalam program yang ada di sekolah. Programnya adalah bagaimana bisa mengembangkan bakat danminat siswa, ujar ayah tyok.

“Di lingkup sekolah ini , SMA Negeri 16 Semarang misalkan ada Staf Tata Usaha (TU)Penggerak, bagaimana setujukah? tanya penulis”. Sangat setuju,” ungkap  Beliau penuh semangat. TU penggerak harus punya program-program baru, misalkan dalam pelayanan pada siswa, menggerakkan teman staf TU yang lain untuk punya ide atau gagasan mengembangkan atmosfer Tata Usaha menjadi lebih baik demi profesionalitas layanankepada masyarakat. Yang intinya dapat meningkatkan pelayanan secara menyeluruh dan berkesinambungan”.

Penulis : Shony Suprayogo, S.Pd., TAS Pranata Kearsipan SMAN 16 Semarang.

Editor   : Annisa Erwindani, S.Pd., Guru SMA Islam Hidayatullah.