Ide Cerdas Mendikbud Atasi Kekurangan Guru dengan Marketplace

Guru honorer di Indonesia telah lama menghadapi berbagai permasalahan yang belum bisa terselesaikan dengan baik. Masalah-masalah tersebut menghambat perkembangan pendidikan dan kesejahteraan para guru honorer. Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), terdapat tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh guru honorer di Indonesia.

Pertama, guru honorer dianggap sebagai pekerja di sekolah-sekolah yang memiliki risiko tinggi untuk pindah, berhenti, pensiun, atau bahkan meninggal dunia. Hal ini menjadi masalah karena sekolah tidak dapat langsung menggantikan guru honorer yang berhenti atau meninggalkan pekerjaannya. Pergantian guru honorer membutuhkan waktu yang lama karena perekrutan guru ASN (Aparatur Sipil Negara) dilakukan secara terpusat oleh pemerintah.

Kedua, perekrutan guru ASN dilakukan secara terpusat karena adanya kekhawatiran bahwa jumlah dan kompetensi guru tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan melakukan perekrutan terpusat, pemerintah berupaya untuk menjaga kualitas dan kuantitas guru yang masuk ke dalam sistem pendidikan. Namun, hal ini juga menjadi kendala bagi guru honorer yang berpotensi memiliki kualitas dan kompetensi yang baik, namun tidak dapat segera bergabung menjadi guru ASN.

Ketiga, pemerintah daerah tidak mengajukan formasi guru ASN sesuai dengan kebutuhan sekolah atau data yang diberikan oleh pemerintah pusat. Akibatnya, terdapat ketidaksesuaian antara jumlah guru yang dibutuhkan dengan jumlah guru ASN yang direkrut. Hal ini menyebabkan ketimpangan dalam penempatan guru di berbagai wilayah, terutama di daerah-daerah terpencil atau terluar.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Pusat telah mengusulkan tiga sistem yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Salah satunya adalah konsep marketplace untuk guru. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menjelaskan bahwa konsep marketplace untuk guru akan menciptakan tempat bagi semua guru yang dapat mengajar untuk masuk ke dalam database yang dapat diakses oleh semua sekolah di Indonesia.

Guru honorer yang telah lulus seleksi menjadi calon guru ASN dan lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) pra-jabatan atau guru baru yang sudah lulus PPG akan dapat masuk ke dalam marketplace untuk guru. Dengan adanya marketplace ini, calon guru akan memiliki fleksibilitas lebih dalam mendaftar dan memilih lokasi mengajar tanpa harus menunggu proses perekrutan guru secara terpusat.

Ide marketplace untuk guru yang diusulkan oleh Mendikbudristek ini mendapatkan dukungan penulis. Konsep ini memberikan ruang bagi sekolah untuk menyeleksi guru terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka. Seleksi dapat dilakukan kapan saja untuk mengurangi kekurangan guru di sekolah-sekolah. Selain itu, konsep ini juga dapat memotong birokrasi yang panjang dalam pemenuhan kebutuhan guru dan memberikan keleluasaan kepada guru honorer untuk mengembangkan karirnya.

Diharapkan dengan implementasi sistem marketplace untuk guru dan upaya pembenahan lainnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh guru honorer di Indonesia dapat terselesaikan dengan lebih baik. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru honorer menjadi tujuan yang harus terus diupayakan oleh pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan.

Selain masalah di atas yang bisa diselesaikan dengan ide marketplace, adalah satu masalah lagi terkait dengan ketersediaan guru untuk mata pelajaran khusus. Di SMKN 10 Semarang, sebuah sekolah menengah kejuruan yang memiliki jurusan khusus di bidang kemaritiman, masalah lain yang dihadapi adalah kebutuhan guru untuk mata pelajaran khusus. Jurusan seperti Konstruksi Kapal Baja, Teknik Permesinan Kapal, dan Nautika Kapal Niaga memerlukan guru-guru yang memiliki kompetensi dan keahlian khusus dalam bidang tersebut.

Dalam dunia pendidikan kejuruan, penting bagi siswa-siswa untuk mendapatkan pengajaran yang berkualitas dan relevan dengan bidang yang mereka tekuni. Guru yang memiliki pemahaman mendalam dan pengalaman praktis dalam jurusan kemaritiman ini dapat memberikan pembelajaran yang lebih efektif dan mendukung pengembangan keterampilan siswa.

Namun, memenuhi kebutuhan guru untuk mata pelajaran khusus ini seringkali menjadi tantangan. Ketersediaan guru dengan kompetensi dan keahlian khusus dalam bidang konstruksi kapal baja, teknik permesinan kapal, dan nautika kapal niaga sering kali terbatas. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah guru yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang tersebut.

Akibatnya, SMKN 10 Semarang mungkin mengalami kesulitan dalam mencari guru yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik jurusan-jurusan kemaritiman tersebut. Guru yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang yang diajarkan dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa-siswa.

Untuk mengatasi kekurangan guru produktif di bidang-bidang khusus, seperti yang terjadi di SMKN 10 Semarang yang memiliki jurusan kemaritiman, salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang berminat untuk menjadi guru.

Dengan menyediakan beasiswa khusus, pemerintah dapat mendorong mahasiswa yang memiliki minat dan potensi dalam bidang konstruksi kapal baja, teknik permesinan kapal, dan nautika kapal niaga untuk memilih jalur pendidikan yang mengarah pada profesi sebagai guru. Beasiswa tersebut dapat mencakup biaya pendidikan, biaya hidup, dan tunjangan lainnya yang diperlukan oleh mahasiswa selama proses studi mereka.

Melalui program beasiswa ini, pemerintah dapat menciptakan insentif bagi para mahasiswa untuk memilih jalur pendidikan yang mempersiapkan mereka menjadi guru di jurusan-jurusan khusus tersebut. Dengan demikian, akan ada pasokan guru yang lebih memadai dengan kompetensi dan keahlian khusus yang dibutuhkan oleh SMKN 10 Semarang dan sekolah-sekolah serupa.

Selain itu, program beasiswa ini juga dapat meminimalisir beban finansial yang seringkali menjadi hambatan bagi mahasiswa yang ingin mengambil jurusan khusus. Dengan adanya dukungan finansial, mahasiswa yang berbakat dan berpotensi akan lebih termotivasi untuk mengejar pendidikan di bidang-bidang tersebut tanpa harus terbebani oleh biaya yang tinggi.

Namun, penting bagi pemerintah untuk melakukan seleksi ketat dalam pemberian beasiswa ini. Mahasiswa yang menerima beasiswa harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan, seperti memiliki minat dan komitmen yang kuat untuk menjadi guru di jurusan khusus tersebut. Dengan demikian, program beasiswa dapat efektif dalam menciptakan guru-guru berkualitas yang dibutuhkan oleh SMKN 10 Semarang dan sekolah-sekolah lainnya.

Dengan adanya program beasiswa untuk mahasiswa pada jurusan khusus tersebut, pemerintah dapat membantu memenuhi kebutuhan guru produktif yang kompeten dalam bidang-bidang spesifik. Ini akan berdampak positif pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa-siswa, memperkuat hubungan antara pendidikan kejuruan dengan dunia industri, serta mempersiapkan tenaga kerja yang handal dan siap bersaing di sektor yang relevan.

Sebagai pengelola sekolah, tidak dapat dipungkiri bahwa menunggu ide marketplace guru dari Mendikbudristek hingga tahun depan terasa cukup lama. Keinginan untuk segera mengatasi kebutuhan guru di sekolah adalah hal yang wajar dan bisa menjadi prioritas utama bagi pengelola sekolah.

Ketika kebutuhan guru tidak terpenuhi, hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa-siswa. Keterlambatan dalam penempatan guru yang sesuai dengan kebutuhan dapat menghambat proses pembelajaran dan mempengaruhi perkembangan siswa.

Memahami keinginan pengelola sekolah untuk segera mendapatkan solusi, adalah penting bagi pemerintah dan Mendikbudristek untuk melakukan upaya yang lebih cepat dalam mengimplementasikan ide marketplace guru. Birokrasi yang panjang dan berbelit-belit harus diatasi agar proses rekrutmen guru menjadi lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan sekolah.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan.