Sebagai guru kejuruan teknik pengelasan di SMK N 10 Semarang, saya telah mempelajari modul tentang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid. Modul ini menggarisbawahi pentingnya menyesuaikan pembelajaran agar sejalan dengan kebutuhan individu setiap murid, terutama dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi. Dalam proses tersebut, saya dihadapkan pada beberapa keputusan penting yang tidak hanya menantang, tetapi juga membuka wawasan baru tentang cara terbaik mengelola pembelajaran di kelas dengan keragaman kemampuan, minat, dan profil belajar murid.
Pertama, Tujuan Pembelajaran yang Didefinisikan secara Jelas. Langkah pertama dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah memastikan tujuan pembelajaran didefinisikan dengan jelas. Setiap murid harus memahami apa yang diharapkan dari mereka, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang harus dikuasai. Dalam konteks kurikulum, capaian pembelajaran (CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), dan tujuan pembelajaran (TP), saya mulai melihat betapa pentingnya mendefinisikan setiap elemen ini secara spesifik dan terukur. Dengan demikian, saya bisa membuat rencana pembelajaran yang tidak hanya relevan tetapi juga menantang bagi setiap murid, tanpa mengabaikan perbedaan tingkat kesiapan mereka.
Kedua, Mengetahui dan Merespon Kebutuhan Belajar Murid. Pembelajaran berdiferensiasi menuntut saya untuk lebih peka terhadap kebutuhan belajar murid. Tomlinson (2001) dalam bukunya *How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom* menyebutkan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Kesiapan belajar (readiness) murid mencakup kemampuan mereka untuk menerima dan memahami materi baru. Minat murid merupakan faktor penting dalam menentukan bagaimana materi disampaikan, karena minat yang tinggi dapat meningkatkan motivasi belajar. Sedangkan profil belajar murid memberikan gambaran bagaimana mereka belajar secara efektif dan efisien. Melalui asesmen awal dan pemantauan terus menerus, saya dapat lebih responsif terhadap kebutuhan ini, menyesuaikan strategi pengajaran, materi, dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi setiap murid.
Ketiga, Asesmen Berkelanjutan. Asesmen tidak hanya dilakukan di akhir pembelajaran, tetapi menjadi bagian dari proses belajar itu sendiri. Asesmen berkelanjutan membantu saya untuk terus memantau perkembangan setiap murid, memahami kemajuan mereka, dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Dengan cara ini, saya dapat memastikan bahwa setiap murid mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kesiapan dan minat mereka. Selain itu, asesmen ini juga memungkinkan saya untuk mengidentifikasi kesulitan yang mungkin dihadapi murid lebih awal, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.
Keempat, Lingkungan Belajar yang Mengundang. Menciptakan lingkungan belajar yang mengundang sangat penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. Lingkungan yang positif, aman, dan mendukung akan mendorong murid untuk lebih bersemangat dalam belajar. Di SMK N 10 Semarang, saya berusaha menciptakan suasana kelas yang inklusif, di mana setiap murid merasa dihargai dan didorong untuk mengembangkan potensi mereka. Saya menyadari bahwa lingkungan yang kondusif tidak hanya terbentuk dari fisik ruang kelas, tetapi juga dari hubungan interpersonal antara guru dan murid serta antara murid itu sendiri.
Kelima, Manajemen Kelas yang Efektif. Manajemen kelas yang efektif adalah kunci keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi. Tanpa manajemen yang baik, upaya untuk menerapkan strategi ini akan sia-sia. Saya mengembangkan teknik manajemen kelas yang fleksibel namun tetap terstruktur, sehingga setiap murid dapat belajar dengan cara yang paling sesuai bagi mereka tanpa mengganggu proses belajar yang lain. Dalam hal ini, saya seringkali memanfaatkan teknologi pendidikan untuk membantu mengelola kelas secara lebih efisien, seperti menggunakan aplikasi untuk penugasan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan setiap murid.
Refleksi Pribadi: Apakah Saya Mengubah Pemikiran Saya?
Setelah mempelajari modul ini Pembelajaran Project Based Learning(PjBL) yang saya rancang harus saya sesuaikan untuk memuat pembelajaran berdifferensiasi, baik berupa differensiasi konten, differensiasi proses dan tentu utamanya differensiasi Produk. Pada kegiatan asesmen maka perlu adanya penyesuain terkait asesmen diagnostic guna mengumpulkan data dan mengidentifikasi kebutuhan belajar murid sehingga tujuan utama pembelajaran berpusat pada murid dapat tercapai. Saya menyadari bahwa pendekatan satu ukuran untuk semua tidak lagi relevan dalam pendidikan modern, terutama di SMK. Perubahan pemikiran saya terutama terletak pada pengakuan bahwa setiap murid adalah individu unik dengan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Modul ini mengajarkan saya untuk lebih terbuka dan fleksibel dalam merancang serta mengimplementasikan pembelajaran.
Perubahan pemikiran ini berkontribusi besar terhadap pemahaman saya tentang pembelajaran berdiferensiasi. Saya mulai melihat pembelajaran bukan hanya sebagai proses transfer ilmu, tetapi juga sebagai upaya untuk memberdayakan setiap murid agar mencapai potensi terbaik mereka. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, saya merasa lebih mampu memenuhi kebutuhan individu murid dan memberikan mereka pengalaman belajar yang lebih berarti.
Menjaga Sikap Positif di Tengah Tantangan
Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentu bukan tanpa tantangan. Kesulitan dalam mengelola kelas yang heterogen, keterbatasan waktu, dan kebutuhan untuk terus memperbarui strategi pengajaran adalah beberapa hambatan yang saya hadapi. Namun, saya berusaha tetap positif dengan melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Saya juga selalu mengingat tujuan akhir dari pendidikan, yaitu membantu setiap murid mencapai kesuksesan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Melalui kolaborasi dengan rekan guru dan dukungan dari manajemen sekolah, saya yakin tantangan ini dapat diatasi. Dengan demikian, saya bisa terus memberikan yang terbaik bagi murid-murid saya, mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih cerah.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis : Mohammad Yunan Setyawan, Guru Teknik Pengelasan, CGP Angkatan 11 Kota Semarang
Editor: Tim Humas dan Literasi
Komentar Pengunjung