Pendididikan merupakan usaha sadar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan sangat penting dalam tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum merdeka lahir sebagai upaya dalam mewujudkan impian besar bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara dalam mencapai kemerdekaan belajar bagi anak-anak. Mereka diberikan keleluasaan dalam meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan minat, bakat dan kesiapan belajarnya. Kurikulum merdeka sangat identik dengan pembelajaran paradigma baru yakni students centered learning, begitu juga dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Guru perlu memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga perlakuan yang diberikan antar peserta didik berbeda.
Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa PPL PPG UNNES Firda Nurhidayati, S.Pd., menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada Selasa, 8 Agustus 2023, di kelas X-4 SMA Negeri 16 Semarang pada mata pelajaran Ekonomi. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dipersiapkan dengan matang beberapa hari sebelum melakukan praktik KBM. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik melalui tes diagnostik baik kognitif maupun non kognitif. Dengan melakukan tes diagnostik sebelum praktik diferensiasi berlangsung kita dapat mengetahui profil peserta didik, gaya belajar peserta didik, minat, dan kesiapan peserta didik. Setelah menganalisis hasil dari tes diagnostik, guru merencanakan strategi diferensiasi terhadap karakteristik peserta didik meliputi komponen konten, proses dan produk.
Pertama, strategi diferensiasi konten disesuaikan degan gaya belajar masing-masing peserta didik. Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori dan audiovisual diberikan sumber belajar dari video sehingga mereka dapat menguasai pengetahuan dan keterampilannya. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar visual diberikan sumber belajar infografis dan e-book agar lebih mudah dibaca kepada peserta didik yang memang masih kesulitan memahami sebuah konsep. Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik diberikan persoalan yang dapat dijawab dengan sebuah gerakan. Kedua, strategi diferensiasi proses diintegrasikan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), peserta didik berdiskusi dengan teman sebangku dalam mengerjakan lembar kerja mengenai fenomena kelangkaan. Peserta didik dapat memilih jenis kelangkaan yang diminati. Ketiga, strategi diferensiasi produk dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menunjukkan hasil diskusinya dalam berbagai bentuk produk seperti PTT, essay, infografis, maupun mind mapping.
Di akhir pembelajaran guru bersama peserta didik melakukan refleksi terkait praktik pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu peserta didik memberikan tanggapan jika pembelajaran yang dilakukan cukup seru namun untuk ke depannya menginginkan adanya game dalam proses pembelajaran. Dengan ini pembelajaran berdiferensiasi memberikan dampak bagi sekolah, kelas, terutama peserta didik. Peserta didik akan lebih mudah mengembangkan potensinya, merasa diberikan fasilitas yang mereka butuhkan, merasa dihargai dan diperhatikan, serta terciptanya keadilan secara nyata.
Penulis : Firda Nurhidayati, S.Pd., Mahasiswa Magang PLP UIN Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Bawen
Komentar Pengunjung