Inovasi Ulangan Digital Tanpa Kuota Internet

Saya masih ingat jaman sekolah dulu, ketika suka dengan cewek maka siapkan kertas, berpikir kalimat yang romantis dan segera kasak-kusuk kayak intelejen cari informasi alamat rumah cewek yang ditaksir. Dengan semangat 45 saya tulis kalimat demi kalimat menjadi sebuah surat cinta. Berpindahlah surat itu lewat jasa Pak Pos. Cerita saya ini mungkin akan diamini oleh teman-teman generasi 80 dan 90an. Surat dan Pak Pos menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan cinta kita.

Ketika era digital seperti saat ini, nasib surat dan Pak Pos berbalik 180 derajat. Serbuan Whatsapp, Instagram, mesengger, Facebook, Twitter, line, Kakao dan aplikasi digital lainnya menggerus secara dalam peran surat. Bagaimana dengan nasib PT Pos? . Mereka harus mati-matian memutar strategi bisnis agar tak mati digerus kemajuan teknologi. Tak terkecuali perusahaan pos dari negara adidaya Amerika Serikat (AS), United States Postal Service (USPS). Kinerja mereka terus memburuk mulai 2006. Sejak saat itu, kerugian terus mendera USPS. Pada 2014, kerugiannya mencapai 5,5 miliar dolar.

Bagaimana dengan PT Pos Indonesia? Periode 2000-2008 merupakan masa paling suram dari bisnis PT Pos Indonesia. Bisnis surat pos pada periode itu menurun drastis. Maraknya layanan pesan singkat (SMS) melalui ponsel dan internet telah menggantikan peran “Pak Pos”.

Namun, kenyataan berbalik. PT Pos Indonesia dengan ciri khas warna orange masih terbukti mampu bertahan. Pada 2009, PT Pos mulai meraup untung. Ini merupakan titik balik BUMN pos yang sedang diuji zaman. “Pak Pos” yang sempat berteduh karena “badai” pun siap melanjutkan misinya.

Tahun 2008 dapat dikatakan sebagai titik nadir PT Pos. Nasib BUMN ini mulai berubah setelah adanya liberalisasi bisnis pos melalui hadirnya UU No 38 tahun 2009, tentang Pos. Sejak itu, PT Pos Indonesia mulai bangun dari tidurnya. Transformasi dilakukan PT Pos antara lain dengan membentuk holding company, revitalisasi bisnis inti, dan mengembangkan bisnis-bisnis baru.

PT Pos bisa bertahan karena manajemen mampu melakukan inovasi. Dari Wikipedia, inovasi (bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial). Berkaca dari kasus PT. Pos, sekolah juga harus bisa melakukan inovasi. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh warga sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya. Cara-cara itu antara lain yang pertama konstruktif, dimana kepala sekolah mendorong setiap guru berkembang secara optimal. Cara yang kedua adalah kreatif, dimana kepala sekolah berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Delegatif menjadi cara ketiga kepala sekolah sebagai inovator. Dalam hal ini kepala sekolah mendelegasikan tugas kepada guru-gurunya sesuai dengan deksripsi tugas, jabatan dan kemampuannya.  Sementara cara keempat kepala sekolah sebagai inovator adalah integratif. Cara ini dilakukan dengan mengintegrasikan semua kegiatan untuk menghasilkan sinergi guna mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

Menjalankan kemudi sekolah SMKN 10 Semarang memang luar biasa tantangannya. Tapi kondisi ini menjadi ladang eksperimen inovasi saya. Berkat SMKN 10 Semarang, aliran darah di otak saya mengalir dengan kencang. Seperti mengalami Hukum II Newton dimana ada aksi akan muncul reaksi maka sinyal-sinyal neuron di otak memperkuat sisi keinovasian saya.

Salah satunya adalah melaksanakan Ulangan menggunakan handphone. Pertama kali saya menemukan masalah ini adalah besarnya uang yang keluar untuk menyelenggarakan ulangan. Baik itu PTS, PAS, USBN dan ulangan harian. Muncul ide saya untuk mengubah adat istiadat ulangan pakai kertas menjadi tanpa kertas. Pengubahan ini memerlukan perjuangan yang luar biasa. Guru yang terbiasa menulis soal menggunakan kertas saya “paksa” untuk belajar cara baru dalam menulis soal.

Awalnya memang dirasa ribet dan tidak praktis, tetapi cara konstruktif saya terapkan pelan-pelan. Hasilnya luar biasa, guru-guru saya mulai bisa menerima apa yang saya inginkan. Apakah masalahnya selesai? Oh belum, kali ini muncul dari siswa. Mengerjakan soal secara mudah dengan memberi jawaban silang di kertas lembar jawaban harus diganti dengan sistem login dan kode akses. Permasalahan di siswa ini bukan lagi saya yang harus turun tangan. Cara delegatif saya gunakan dengan memberdayakan guru mengajari siswa menggunakan sistem ulangan baru. Kepercayaan saya yang tinggi kepada guru-guru dibayar dengan tuntas. PAS Genap tahun pelajaran 2021/2022 menjadi ajang ujicoba sekolah menggunakan sistem online. Ujicoba ini berlangsung sukses.

Pada awalnya, konsep ulangan digital tanpa memerlukan kuota internet hanya dianggap sebagai inovasi daring biasa. Namun, ketika ide tersebut diimplementasikan hingga hari ini, tepatnya dalam pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS) tahun pelajaran 2023/2024, keberhasilannya membuka pintu bagi banyak sekolah di Jawa Tengah.

Aplikasi tersebut, yang awalnya dikembangkan sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan akses internet, ternyata berhasil menarik minat sekolah-sekolah lain. Kelebihan utamanya adalah kemampuan untuk menyelenggarakan ulangan digital tanpa membutuhkan kuota internet yang besar. Hal ini tentu menjadi solusi yang efektif, terutama di daerah-daerah yang masih mengalami kendala konektivitas.

Ketertarikan sekolah-sekolah lain pun tidak berlangsung sia-sia. Banyak sekolah di Jawa Tengah yang melihat potensi positif dari aplikasi tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam melaksanakan PAS. Dengan demikian, ulangan digital tanpa kuota internet bukan lagi sekadar alternatif, melainkan sudah menjadi pilihan utama di sejumlah sekolah di wilayah tersebut.

Perubahan ini membuktikan bahwa inovasi teknologi dalam dunia pendidikan dapat memberikan solusi nyata untuk permasalahan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di berbagai daerah. Dengan adopsi teknologi ulangan digital tanpa kuota internet, banyak sekolah di Jawa Tengah kini dapat melaksanakan evaluasi akademik secara efisien tanpa harus khawatir tentang keterbatasan akses internet.

Menutup tulisan ini, saya kutip kata motivasi dari motivator Tung Desem Waringin. Beliau menuliskan kalimat berikut : ” Milikilah keinginan untuk membuat keputusan. Itu adalah kualitas terpenting dari seorang pemimpin yang baik”. Dan saya sudah membuat keputusan, bagaimana dengan Anda?

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Biasa Menjadi Luar Biasa