Jatuh Cinta, Jantung atau Hati yang Merasakan?

Hati merupakan salah satu organ vital bagi semua makhluk hidup. Itulah sebabnya diberi nama liver (pemberi kehidupan). Fungsi hati untuk menyaring bahan yang tidak bisa dimetabolisme dan detoksifikasi racun dalam tubuh. Organ vital lainnya adalah jantung (heart) yang berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Para peserta didik di fase F Kurikulum Merdeka akan belajar morfologi, anatomi, dan fisiologi kedua organ ini. Hati dipelajari dalam sistem pencernaan, sedangkan jantung dalam sistem peredaran darah. Nah, sekarang kita tinggalkan fungsi kedua organ tersebut secara biologi. Sekarang kita beralih ke fungsi secara psikologi. Muncul pertanyaan, yang berperan dalam merasakan sesuatu itu hati atau jantung ya?

Pada zaman dahulu, para pakar Sumerian Assyrian menganggap manusia berpikir dan berperasaan menggunakan organ hati (liver). Namun hal ini dibantah oleh Aristoteles yang beranggapan bahwa untuk berpikir dan berperasaan, manusia menggunakan jantung (heart). Kedua pendapat ini membawa pengikut masing-masing sehingga penggunaan istilah liver berkembang ke daerah Selatan, terutama Asia. Sedangkan heart berkembang ke Utara, khususnya Eropa1.

Yang terjadi kemudian, penduduk belahan bumi Selatan mengungkapkan perasaannya (“hatiku sangat senang”, “sungguh menyesakkan hati”) sambil menyentuh daerah hati atau liver. Sementara penduduk belahan bumi utara menyentuh daerah jantung (“I love you with all my heart”, “My heart was broke”).

Namun dalam Perkembangannya kemudian semakin rancu, terutama di negeri kita. Heart yang dimaksudkan sebagai jantung diterjemahkan menjadi “hati”. Maka ketika mengatakan “Kau selalu di dalam hatiku” (You are always in my heart), yang selalu kita raba adalah daerah jantung (di dada), bukan hati (di ulu hati).

Pertanyaannya adalah, betulkah organ hati yang yang merasakan sesuatu seperti contoh di atas? Jawabannya adalah tidak. Jantunglah yang merasakan apa yang otak pikirkan. Ketika kita merasa takut, jantunglah yang berdebar, bukan hati. Ketika pikiran Anda kacau atau stress (marah, cemas, dan sebagainya), maka pola irama jantung Anda menjadi tidak normal dan bahkan bisa berakibat pada kesehatan fisik Anda1.

Sebagai bahan tambahan wawasan kita, terkait dengan qalbu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda “ ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia ada sepotong organ yang jika is sehat, maka seluruh tubuhnya sehat. Tetapi jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya terganggu. Ketahuilah bahwa organ itu adalah qalbu”.

Sebagian besar dari kita memahami qalbu dari hadits di atas adalah hati. Namun, Imam al Ghazali menjelaskan bahwa makna qalbu secara fisik adalah segumpal daging berbentuk bulat panjang yang terletak di dada sebelah kiri, yang memiliki fungsi-fungsi tertentu, dan didalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. Merujuk dari penjelasan tersebut, maka ia adalah jantung (heart) yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh2. Apabila jantung kita sehat, maka seluruh tubuh juga akan sehat. Insya Allah 

Referensi : 

  1. Sentanu, Erbe. Quantum Ikhlas. Jakarta. Media Elex Komputindo. 2015 
  2. Ghazali, Imam. Ihya Ulumiddin Jilid 4 Keajaiban Qalbu. Jakarta. Republika Penerbit. 2012

Penulis : Muwahidin, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.

Editor : Annisa Erwindani, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.