Kolaborasi Guru Bersama Guru BK tentang “Ketrampilan Mengelola Stress“

Kepribadian seorang pendidik merupakan faktor yang sangat penting bagi individu dalam menghadapi dan mengelola kejadian yang menekannya. Tidak optimalnya karakteristik kepribadian yang terlihat dari harga diri yang rendah, serba tergantung, dan tidak tahan banting, sehingga menyebabkan individu yang bersangkutan rentan terhadap gangguan mental atau gejala stres, misalnya somatisasi. Somatisasi adalah salah satu contoh gangguan yang representatif dalam menjelaskan ketidakmampuan individu dalam menghadapi tekanan kehidupan.

Melalui somatisasi, individu mernilih sakit sebagai jalan lari dari masalah, karena dengan sakit orang tersebut mendapatkan beberapa keuntungan (Hadjam.,2003). Salah satu langkah dalam menangani somatisasi adalah dengan kearifan lokal melalui sumber nilai-nilai yang membawa kelangsungan hidup yang beretika. Hidup dalam keragaman, damai, toleran, penuh maaf dan pengertian, harmoni dengan lingkungan, rukun, bermoral, serta saling asah, asih, dan asuh, Kearifan seperti inilah yang tumbuh dari dalam lubuk hati masyarakat. Jika nilai mulia kearifan lokal tersebut hanya menjadi jargon dan semboyan belaka yang tidak teroptimalisasi dalam pribadi individu, maka tidak akan menjadi patokan dalam berpikir, bertindak dan berprilaku.

Permasalahan di atas adalah beberapa contoh mulai pudamya kearifan lokal yaitu menipisnya rasa tepa selira, rasa malu dan kebersamaan khususnya di lingkungan sekolah. Dengan maraknya budaya materialisme, tidak heran jika korupsi pun marak berkembang disetiap instansi. Orang yang materialis tidak memiliki kesadaran bahwa sumber daya alam adalah terbatas serta kesadaran hidup dalam kebersamaan.

Fasilitas alam yang langka tak seharusnya diperebutkan dengan mengorbankan pihak lain atau dihamburkan untuk memanjakan nafsu, melainkan untuk dimanfaatkan seefisien mungkin demi kelestarian hidup bersama. Budaya konsumtif merupakan bentuk penipuan terhadap diri sendiri melalui sejumlah metode eskapisme atau pelarian diri. Indikator individu yang konsumtif antara lain meletakkan uang dalam urutan tertinggi tujuan hidupnya, suka membelanjakan uang di luar keperluan serta menemukan kebahagiaan hanya dari perolehan instrinsik. Budaya konsumtif merupakan bentuk kekalahan mental manusia, kekalahan dalam pertarungan melawan tekanan kehidupan. Budaya konsumtif sudah bukan lagi didominasi oleh kelas tertentu akan tetapi sudah bersifat populis yang menjadi milik semua lapisan masyarakat.

Keterampilan psikologis dalam menghadapi kehidupan merupakan keterampilan-kecakapan yang mendukung individu dalam mengatasi tantangan kehidupan dengan mandiri (Potgieter, 1998) dan kecakapan individu untuk menentukan keputusan yang efektif dalam meningkatkan kualitas hidup (Uys, 1995). Keterampilan psikologis didasari pada asumsi bahwa individu adalah makhluk yang bertanggung jawab terhadap kualitas hidupnya. Kedua pengertian tersebut menyiratkan peran tanggung jawab pribadi untuk memberdayakan diri dalam meningkatkan kualitas hidup.

Istilah keterampilan psikologis dalam menghadapi kehidupan pada awalnya menjelaskan tentang kompetensi psikososial yang bersifat esensial yang memuat kemampuan individu dalam mengatasi tantangan kehidupan (WHO, 1993). Seorang Guru perlu memiliki keterampilan psikologis dengan tujuannya untuk membantu potensi individu Guru berkembang sehingga kehidupan pribadi dan sosial mereka berjalan dengan menyenangkan. Beberapa istilah telah dipakai oleh para ahli untuk menjelaskan konsep yang sejajar dengan keterampilan psikologis, misalnya life skills, psychosocial skills atau self helping skills (Potgieter, 1998).

Filosofi keterampilan psikologis dalam menghadapi kehidupan salah satunya dengan pemberdayaan diri secara mandiri (self empowering) yang didasari keyakinan bahwa ketrampilan mengelola stres dapat dipelajari dan disesuaikan dengan tantangan kehidupan. Kata empowerment dapat diadopsi untuk menjelaskan kapabilitas individu untuk memperoleh informasi tentang mengelola stress. Keterampilan mengelola stress psikologis individu dalam menghadapi kehidupan sebagai unsur pemberdayaan diri didasari oleh keyakinan bahwa tekanan yang terjadi pada diri individu selalu menawarkan jalan altematif penyelesaian. 

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Elmina Ita Kusumawardani, S.Pd, M.Si., Guru BK

Editor: Tim Humas