Semarang – Sekolah menjadi salah satu tempat yang sangat penting bagi tumbuh kembang murid dalam proses pengembangan dirinya. Tidak hanya dalam bidang akademik, prestasi non akademik pun memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung prestasi dan pencapaian masa depan murid sesuai dengan kodratnya.
Selama proses pembelajaran di satuan pendidikan, khususnya pendidikan vokasi, murid dituntut memiliki kompetensi yang selaras dengan standar industri serta mampu mengembangkan karakternya yang unggul. Hal tersebut bagai dua mata uang yang tak terpisahkan yang melekat dalam diri murid, dan akan bermanfaat saat lulus dan mewujudkan jenjang karirnya, baik bekerja, berwirausaha, maupun melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Bagaimana peran sekolah untuk mendukung murid sesuai dengan harapan di atas?
Salah satu peran dan fungsi yang dapat sekolah lakukan adalah menciptakan atmosfer bertumbuhnya budaya disiplin positif di lingkungan sekolah. Pertanyaan pemantik untuk kita jawab bersama, yaitu: (1) Jika murid bisa disiplin, mereka bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Apakah benar? (2) Mendisiplinkan murid adalah bagian yang menantang dari pekerjaan sebagai guru. Apakah benar?
“Dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan ‘self discipline’, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.” (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).
Kutipan Bapak KHD tersebut menyadarkan kita bahwa setiap pribadi yang merdeka bukan berarti bisa melakukan tindakan dan sikap sebebas-bebasnya, namun harus mampu membangun dirinya dengan perilaku yang disiplin dan bertangungjawab. Kedisiplinan merupakan karakter yang terbentuk melalui proses yang berkesinambungan dan terus-menerus, hingga disiplin menjadi bagian dari dirinya sendiri.
Untuk menumbuhkan budaya disiplin positif di lingkungan sekolah, tidak mungkin bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja, melainkan kolaborasi dan kerjasama oleh seluruh warga sekolah. Peraturan dan keyakinan kelas/sekolah antara guru dan murid menjadi salah satu bagian penting dalam proses bersama-sama dalam menumbuhkan budaya disiplin positif. Sehingga, perilaku disiplin positif akan menjadi motivasi intrinsik yang tumbuh dari dalam diri setiap warga sekolah, bukan karena untuk menghindari hukuman atau mendapatkan imbalan.
Penulis merupakan Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11, yang telah memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam menumbuhkan budaya disiplin positif di kelas maupun sekolah. Dengan manfaat yang telah diperoleh tersebut, penulis melakukan diseminasi bersama beberapa guru dan murid untuk bersama-sama belajar dan berdiskusi dalam memahami disiplin positif.
Dengan semangat “membangun sekolah inspiratif melalui budaya disiplin positif”, diseminasi dilaksanakan pada hari Senin, 26 Agustus 2024 di ruang pertemuan Majelis Sekolah SMK Negeri 10 Semarang. Peserta yang terdiri dari guru dan murid, mengikuti kegiatan diseminasi dengan sangat antusias pada setiap materi yang dipelajari, yaitu: (1) disiplin positif dan nilai-nilai universal, (2) teori motivasi, human dan penghargaan, restitusi, (3) keyakinan kelas, (4) kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, dan (5) restitusi: 5 posisi kontrol dan segitiga restitusi.
Antusias seluruh peserta ditunjukkan dengan refleksi yang disampaikan oleh peserta pada setiap materi yang telah disampaikan oleh penulis selaku narasumber. Bahkan, guru memberikan kesan yang positif terhadap diseminasi tersebut karena memberikan cara pandang yang baru mengenai peraturan dan keyakinan kelas sebagai bagian untuk membentuk disiplin positif pada murid.
Berikut adalah video kegiatan diseminasi tersebut:
- Link YouTube: https://youtu.be/ThZEsywBQOU
- Link PMM: https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/761257?from=save-video
Penulis optimis bahwa dengan kolaborasi dan kerjasama seluruh warga sekolah, budaya displin positif dapat terwujud di kelas maupun sekolah, dalam rangka layanan pendidikan yang menuntun dan berpihak kepada murid.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Arimurti Asmoro, S.Pd., M.Pd., Calon Guru Penggerak Angkatan 11
Editor: Tim Humas dan Literasi
Komentar Pengunjung