Apa yang Anda yakini tentang siswa dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari Modul 1.1?
Sebelum mempelajari Modul 1.1, saya percaya bahwa siswa yang cerdas adalah siswa yang nilai ujiannya bagus dan siswa perlu mendengarkan apa yang dikatakan guru untuk menjadi pintar. Di kelas biasanya saya menggunakan model pembelajaran kooperatif dimana semua siswa melakukan aktivitas. Saya memperhatikan bahwa selama proses tersebut tidak semua siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok atau presentasi dan sesi tanya jawab. Dengan demikian, hanya sebagian siswa yang aktif dan sebagian lagi menunjukkan sikap pasif.
Saya tidak pernah mengidentifikasi minat dan bakat anak sebelum kelas dimulai karena saya berasumsi bahwa bakat dan minat biasanya diasah dan disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan gotong royong. Saya beranggapan rendahnya hasil belajar siswa hanya dapat diperbaiki dengan tindakan korektif, walaupun nilai benar yang diperoleh lebih rendah dari sebelumnya, namun saya dapat berkontribusi dengan memberikan beberapa tugas kepada anak. Jika tugas yang Anda berikan kepada saya tidak diserahkan tepat waktu, saya akan menghukum Anda dengan menambahkan tugas baru ke tugas awal. Dan saya baru menyadari bahwa apa yang saya lakukan mungkin membuat siswa merasa kewalahan dan kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Apa yang berubah dalam pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul ini, saya baru memahami filosofi pendidikan KHD, menurutnya tujuan pendidikan adalah mengarahkan seluruh fitrah anak sedemikian rupa sehingga mencapai rasa aman dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi. dan sebagai pribadi sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat mengarahkan pertumbuhan atau kehidupan kekuatan alami anak untuk memperbaiki perilakunya (bukan landasannya). Setiap anak mempunyai ciri khasnya masing-masing, proses pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar siswa akan menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Saya memahami zaman telah berubah, siswa kita kini adalah Generasi Z yang hidup di tengah teknologi tinggi. Saya memahami bahwa saya bukan satu-satunya sumber belajar bagi mereka, namun masih banyak sumber belajar lain yang dapat digunakan sesuai minat dan kemampuan siswa. Namun saya selalu berusaha membimbing mereka sebagai tutor dan menempatkan siswa sebagai subjek untuk mencari dan mengembangkan pemahamannya sendiri. Saya tidak perlu fokus hanya pada keterampilan kognitif saja, tetapi saya harus bisa membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial emosionalnya. Memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya mulai membentuk pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri. Sebagai individu yang unik dan berbeda, siswa mempunyai hak untuk menerima pengajaran yang tepat agar siswa dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Apa yang dapat Anda lakukan lebih baik sekarang untuk memastikan kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal yang dapat saya lakukan dengan lebih baik agar kelas saya mencerminkan cara berpikir KHD adalah dengan memahami bahwa setiap siswa adalah individu yang unik dan istimewa. Mereka mempunyai keahlian, bakat, minat dan kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, saya harus bisa mengenali keunikan tersebut sebelum memulai pembelajaran di kelas. Menyadari makna dari semboyan KHD yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (Guru harus memberi teladan yang baik), Ing Madyo Mangun Karso (Guru harus memberi semangat kepada siswa), Tut Wuri Handayani (Guru harus memberi semangat/membuat siswa mandiri), Sebagai seorang guru, saya mencoba membimbing mereka, untuk mencapai kekuatan alaminya sesuai alam dan waktu.
Pembelajaran yang saya lakukan di kelas harus berpihak pada siswa, menjadikan mereka subjek. Ciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dengan memilih perangkat pembelajaran yang berbeda-beda dan selalu menanamkan nilai-nilai moral dalam setiap pembelajaran, sehingga nantinya tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga kompeten secara sosial dan emosional. Saya harus bisa menjadi teladan dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter baik dalam berperilaku maupun bertutur kata dan selalu berusaha untuk selalu menerapkan cara 5S (Senyum, Sapa, Sapa, Sopan dan Sopan) dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi guru yang baik hati, siswa akan meniru untuk menjadi siswa yang lebih baik lagi. Saya harus menjadi guru yang lebih sabar dan ikhlas untuk mengikuti siswanya dan memberikan pelayanan yang terbaik. Jangan memberikan peringatan/hukuman yang keras, cobalah mengakomodasi siswa untuk meningkatkan rasa nyaman, bukan rasa takut. Sebab guru yang baik adalah guru yang dicintai, dihormati dan dihargai, bukan guru yang ditakuti.
Penulis: Dwi Palupi Widyasari, S.Pd., M.Si, CGP Angkatan 11 Tahun 2024
Komentar Pengunjung