Lawan Kejenuhan Belajar Dengan WAG

Sudah satu tahun kita melaksanakan sistem belajar online dari rumah masing-masing sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Beberapa siswa merasa jenuh, bosan, malas dan tidak produktif dengan sistem belajar yang sekarang sedang dijalani. Rasa jenuh dan bosan itu dipicu kurang kreatifnya sistem pembelajaran virtual. Banyak dari siswa yang mengeluh karena selain harus mengerjakan banyak tugas, beban paket kuota juga menjadi persoalan yang dihadapi mereka selanjutnya.

Oleh karena itu agar pembelajaran tidak membosankan, guru pengampu mata pelajaran harus memiliki strategi khusus mengembangkan ide-ide inovatif untuk membangkitkan motivasi. Tidak adil bagi siswa, jika guru hanya menjejali dengan banyak tugas tanpa bimbingan. Guru, dalam hal ini, harus mengemas proses pembelajaran menjadi lebih menarik untuk dipelajari maupun dikerjakan. Mengupayakan agar siswa bergembira menyelesaikan tugasnya, guru harus memfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan serta mengkonfirmasi jawaban mereka.

Merespon hal tersebut, guru bisa memanfaatkan aplikasi google meets, zoommicrosoft teams, webex dan lainnya. Di dalamnya siswa bisa mempresentasikan jawaban soal, guru bisa mengkonfirmasi jawaban tersebut, dan siswa bisa berdiskusi dengan guru maupun antar teman. Namun dengan menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, kuota yang harus disiapkan siswa cukup besar. Jika setiap guru melakukan vicon padahal setiap hari siswa melaksanakan 4 jam pelajaran, tentu kuota akan membengkak; apalagi di beberapa bulan yang lalu bantuan paket data dari pemerintah sempat terhenti.

Sebagai selingan pembelajaran selain vicon, media yang bisa diterapkan adalah  whatsapp group. Umumnya peserta didik menggunakan paket kuota chatting karena harganya lebih ekonomis. Dalam pembelajaran, grup whatsapp tidak kalah menarik dibandingkan dengan google meet atau yang lainnya. Di dalam grup online tersebut, siswa bisa berdiskusi, menjawab pertanyaan guru melalui voice note, atau menampilkan jawaban melalui foto. Guru juga bisa mengkonfirmasi jawaban siswa dengan lebih variatif, bisa melalui voice note, tulisan, maupun foto perbaikan jawaban siswa.

Untuk dapat memanfaatkan grup whatsapp lebih menarik lagi, guru bisa memilih emoji (emoticons) yang ada. Emoticons whatsapp bisa digunakan untuk memberikan penghargaan pada jawaban siswa yang paling benar atau yang tercepat, misalnya menggunakan emoticon angka 100, gambar hati, atau mungkin sekuntum bunga. Penggunaan emoticons tersebut bisa memotivasi siswa untuk lebih giat menjawab soal. Siswa merasa dihargai dan merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Sementara siswa yang lain bisa menyimak jawaban temannya yang sudah benar sebagai konfirmasi jawaban. Emoji bintang dan  pelangi yang ditampilkan berselang-seling juga bisa digunakan untuk mengawali pembelajaran supaya siswa tertarik dan semangat. Begitu juga dengan emoticon tanda seru dan pin dapat digunakan untuk menandai kesimpulan atau pengumuman penting yang harus diperhatikan siswa.

Pembelajaran model seperti itu, dirasa sangat bermanfaat untuk menumbuhkan motivasi siswa belajar. Terbukti beberapa siswa menghubungi penulis sebelum pembelajaran dimulai untuk mengingatkan guru masuk jam pelajaran, alasannya karena sudah tidak sabar ingin segera mengikuti kuisnya. Tidak hanya itu, guru juga bisa memanfaatkan emoji untuk melakukan diagnosis awal pembelajaran. Yang penulis lakukan biasanya meminta siswa untuk presensi kehadiran dengan mengirimkan emoji yang sesuai dengan perasaannya saat ini. Bisa menggunakan emoji senyum, semangat, cinta, atau pun emoji galau dan sedih.

Dengan melakukan diagnosis awal, guru bisa mengetahui kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Jika ada siswa yang mengalami masalah bisa terjadi diskusi dua arah antara guru dan siswa tersebut untuk berempati dan mencarikan solusi. Guru juga bisa bekerjasama degan guru BK untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semoga informasi di atas bisa dijadikan alternatif pembelajaran melalui media aplikasi WhatsApp Group, guna menumbuhkan motivasi peserta didik serta mengurangi kejenuhan mereka.

Penulis : Noer Hudha Ekowati, S.Pd. (Guru Mata Pelajaran Matematika SMA N 14 Semarang)
Editor : Nurul Rahmawati E., M.Pd. (Guru SMKN 1 Tuntang)