Pola pendidikan yang nyaman dan aman menjadi salah satu indikator dalam menghasilkan output manusia pembelajar yang diharapkan dari undang-undang di atas. Namun kenyataannya, kita masih sering mendapatkan informasi dari beberapa media bahwa kasus kekerasan dalam dunia pendidikan belum hilang. Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Tindakan kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan istilah bullying.
Selain melakukan bullying, terdapat sebuah fenomena yang kurang mencerminkan sikap seorang siswa yaitu melakukan tawuran. Seperti yang terlihat terutama dalam kasus pelajar SMK dan SMA melakukan demo yang berujung ricuh dan melakukan tindakan-tindakan perusakan fasilitas umum. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena tugas pelajar adalah belajar di satuan pendidikan masing-masing, bukan berdemo yang kemungkinan tidak tahu maksud dan tujuannya. Dari fenomena ini dinilai kurang etis karena di sekolah siswa diajarkan untuk saling toleran. Bentuk tindakan intoleransi verbal atau nonverbal, ada sebuah peristiwa yang ditemukan Kemendikbud tentang adanya sekolah negeri yang mayoritas siswanya menolak ketua OSIS beragama non-muslim. Hal ini menunjukan bahwa perilaku intoleransi masih menyelimuti para siswa tersebut.
Sikap toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Misalnya perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat dan lain sebagainya. Dengan perbedaan tersebut diharapkan manusia bisa mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok masyarakat, dan kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Salah satu upaya untuk menekan sikap dan perilaku intoleransi tersebut dengan cara pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. PAI dibutuhkan untuk lebih menekankan pada sikap saling menghargai, saling menghormati sesama suku maupun berbeda suku, seagama maupun berbeda dalam keyakinan beragama. Institusi pendidikan dalam hal ini sekolah perlu memfasilitasi siswa dalam memahami nilai toleransi.
Sekolah sebagai tempat paling strategis dan paling tepat menanamkan kebersamaan dalam perbedaan. Siswa, cepat atau lambat akan menuju situasi dan kondisi masyarakat yang semakin kompleks dan heterogen. Mereka akan dengan pasti berada di tengah-tengah lingkungan yang beraneka ragam latar belakang. PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman dan pengalaman siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah sikap toleransi yang harus dibina dan dikembangkan oleh guru PAI kepada siswa. PAI memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, Islam sebagai agama yang rahmatanlil alamin, memberikan perhatian serius terhadap perkembangan pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan dan pembelajaran menjadi perhatian serius seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Maka pendidikan dan pembelajaran harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Bentuk terobosan pada penggunaan media pembelajaran yang dikembangkan oleh guru PAI SMA Negeri 11 Semarang yaitu penggunaan Media Remik atau religi dalam komik. Upaya ini meningkatkan sikap toleransi pada peserta didik. Selain itu, dalam upaya pengembangan toleransi siswa, pihak sekolah sudah mencanangkan pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh semua mata guru pelajaran terutama Guru PAI kepada siswa pembacaan asmaul husna setiap pagi, infaq setiap Jumat untuk semua warga sekolah, selalu menyapa dan memberikan salam sapa kepada semua warga sekolah dengan tujuan untuk menjaga kerukunan dan keakraban semua warga agar sikap toleransi terus berkembang.
Penggunaan media Remik diharapkan siswa tidak akan merasa jenuh dengan pembelajaran PAI. Karena siswa akan lebih bisa mengekspresikan apa yang ada dalam diri siswa dari pengalaman kehidupan siswa sehari-hari dan akan tercipta kreativitas siswa. Sehingga materi yang telah diajarkan guru setelah pembelajaran PAI dapat diterapkan dan diaplikasikan dengan baik oleh siswa dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran dengan menggunakan media tersebut merupakan salah satu langkah terciptanya pembelajaran yang menarik perhatian siswa, karena media ini mengaitkan materi yang ada dengan kehidupan nyata siswa. Terdapat materi Toleransi dan menjauhi tindakan Kekerasan pada kelas XI (sebelas). Dengan menggunakan media Remik diharapkan proses pembelajaran dapat menarik serta peserta didik menyerap materi dengan baik, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuannya tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ini penulis ingin mengeksplore penggunaan media Remik dalam pembelajaran PAI di SMAN 11 Semarang dalam meningkatkan pengetahuan toleransi.
Penulis : Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd., Guru SMAN 11 Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, S.Pd., M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung