Memahami Aturan Mengemudi dan Melayarkan  Kapal  Dengan Metode Problem Based Learning Yang Menantang dan Menyenangkan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Laut-laut yang berada diantara pulau-pulau dalam wilayah Indonesia bukanlah faktor pemisah, melainkan faktor pemersatu dalam mewujudkan seluruh wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan politik, sosial-budaya, ekonomi dan pertahanan-keamanan, yang realisasinya dapat diwujudkan dalam kegiatan pelayaran. Laut tidak dapat dipisahkan dari daratan, laut dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh. Maka dibutuhkan moda transportasi yang menjamin keselamatan dan menjamin keberlangsungan  kegiatannya dengan aman.

Keselamatan transportasi adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Keselamatan ini meliputi moda transportasi darat, kereta api, udara dan laut. Keselamatan transportasi laut untuk selanjutnya disebut keselamatan pelayaran diatur dalam International Safety Management Code (ISM) Code bab IX. ISM Code menyatakan bahwa keselamatan pelayaran setidaknya harus memenuhi 2 kriteria yaitu layak laut dan layak layar. Data kecelakaan kapal yang telah didapat selama periode 2014 hingga 2016 selanjutnya ditabulasikan untuk menentukan faktor dominan penyebab kecelakaan kapal, faktor alam yang menyebabkan kecelakaan kapal terbanyak disebabkan oleh cuaca buruk. Penyebab kecelakaan kapal selanjutnya yang terbanyak disebabkan oleh faktor lainnya/ faktor teknis. Jika dilihat jenis faktor lainnya ini cukup beragam, dapat disimpulkan bahwa faktor ini lebih bersifat hal – hal teknis. Sedangkan dari faktor kelalaian manusia (human error) juga terdiri dari beberapa penyebab. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa kelalaian ini disebabkan karena kurang hati-hati dan kurangnya pengawasan terhadap awak kapal. Dari 3 faktor penyebab kecelakaan kapal tesebut jika dihubungkan dengan 16 kriteria keselamatan pelayaran seperti yang tertuang dalam ISM Code disimpulkan bahwa 3 faktor penyebab kecelakaan kapal tesebut berkaitan dengan 12 kriteria yang berhubungan dengan keselamatan diatas kapal/layak laut. (Penentuan Faktor Dominan Penyebab Kecelakaan Kapal Di Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok oleh Harnoli Rahman, Arif Satria, Budhi Hascaryo Iskandar, Deni Achmad Soeboer).

Pendidikan kejuruan sebagai pranata utama penyiapan SDM kejuruan, dihadapkan pada berbagai perubahan karakteristik dunia kerja yang begitu cepat dan beragam. Perubahan karakteristik dunia kerja tersebut tidak hanya menuntut angkatan kerja yang memiliki kemampuan dasar yang semakin kuat (Hard Competence), tetapi juga menuntut kemampuan mendemonstrasikan penguasaan kognitif yang lebih tinggi, disamping kemampuan memecahkan masalah dan ketrampilan sosial untuk berinteraksi dan bekerjasama (Soft Competence). Dengan demikian perubahan karakteristik dunia kerja mendatang memerlukan SDM yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah dan bekerja kolaboratif. Dalam kondisi dunia kerja yang penuh 2 ketidakpastian, kemampuan seseorang untuk mengkonstruksi dan mengadaptasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki dan konteks yang dihadapi menjadi amat sangat vital. Memahami dengan metode Problem-based Learning merupakan pendekatan yang berorientasi pada pandangan konstruktivistik yang memuat karakteristik kontekstual, kolaboratif, berpikir metakognisi, dan memfasilitasi pemecahan masalah. Siswa dimungkinkan belajar secara bermakna yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui pemecahan masalah. Pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman akan makna, meningkatkan kemandirian, meningkatkan pengembangan skill berpikir tingkat tinggi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi relasi antar siswa dan meningkatkan skill dalam membangun teamwork  http://(http://edweb.sdsu.edu/clrit/learningtree/PBL/PBLadvantages. htm)

Belajar menjadi seorang pelaut yang handal tidaklah mudah. Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang aturan dan teknik yang terlibat dalam mengemudi atau melayarkan kapal untuk menghindari terjadinya kecelakaan kapal yang disebabkan human error. Namun, pembelajaran tidak harus membosankan dan monoton. Dalam pembelajaran aturan mengemudi dan melayarkan kapal yang ada pada Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972 , siswa Kompetensi Keahlian Nautika Kapal Niaga SMK Negeri 10 Semarang pada fase F belajar dengan  menjelajahi metode pembelajaran yang menantang dan menyenangkan, yaitu Problem Based Learning (PBL), yang dapat membantu siswa mempelajari aturan mengemudi dan melayarkan kapal dengan cara yang lebih kreatif.

PBL adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah nyata. Dalam konteks belajar aturan mengemudi, misalnya, siswa akan diberikan skenario atau situasi yang melibatkan berbagai aspek aturan lalu lintas. Mereka akan diminta untuk menganalisis situasi tersebut, mengidentifikasi aturan yang terkait, dan mencari solusi yang sesuai. Dalam pembelajaran melayarkan kapal, siswa akan dihadapkan pada situasi di laut yang memerlukan penerapan pengetahuan navigasi dan aturan pelayaran.

PBL memiliki beberapa keunggulan dalam pembelajaran aturan mengemudi dan melayarkan kapal. Pertama, metode ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang aturan dan teknik yang terlibat. Dengan menganalisis dan mencari solusi untuk masalah yang nyata, siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan memiliki pemahaman yang lebih kuat tentang materi.

Selain itu, PBL juga melibatkan kerja tim dan kolaborasi. Dalam grup kecil, siswa dapat berdiskusi, berbagi ide, dan bekerja sama untuk mencari solusi yang terbaik. Ini tidak hanya meningkatkan kemampuan kerja tim siswa, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar mereka melalui perspektif dan pendekatan yang berbeda. Selama proses PBL, siswa juga akan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang kritis. Mereka akan belajar bagaimana mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis situasi, dan mencari solusi yang tepat. Keterampilan ini akan sangat berguna dalam kehidupan nyata, baik sebagai pengemudi yang bertanggung jawab atau pelaut yang terlatih.

Tentu saja, dalam menggunakan metode PBL, peran guru atau fasilitator sangat penting. Mereka harus dapat menciptakan skenario dan situasi yang menantang, memfasilitasi diskusi dan kolaborasi, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Dengan bimbingan yang tepat, siswa akan dapat mengambil manfaat maksimal dari pengalaman PBL.

Untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan, siswa dapat menggunakan berbagai sumber daya yang menarik seperti permainan simulasi, video interaktif, atau kegiatan praktis di lapangan. Misalnya, siswa dapat berpartisipasi dalam permainan simulasi mengemudi atau melakukan praktek langsung di kapal untuk mengasah keterampilan mereka. Dengan mendekati pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, siswa akan lebih termotivasi dan bersemangat untuk belajar aturan mengemudi dan melayarkan kapal.

Dalam belajar aturan mengemudi dan melayarkan kapal dengan metode Problem Based Learning, penting untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Dengan memberikan umpan balik yang jelas dan terarah, siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Selain itu, kolaborasi antara siswa juga dapat ditingkatkan dengan mengadakan diskusi kelompok atau proyek tim, di mana mereka dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka.

“SMK Bisa, SMK Hebat… Vokasi Kuat, Menguatkan Indonesia”

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: T. Harry Sulistianto, S.Pd., M.Si., Guru Mapel Produktif dan K3 NKN

Editor: Tim Humas