Memantik Kemampuan Science Reasoning Siswa Melalui PAP

Pendidikan berkualitas akan mencetak SDM yang juga berkualitas, tetapi pada kenyataannya kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Kualitas SDM dapat dilihat dari kemampuan berpikir dan keterampilan mengakses teknologi karena melalui kemampuan berpikir dan keterampilan mengakses teknologi beragam hal dapat dilakukan, khususnya di masa pandemi Covid-19. Teknologi sangat vital digunakan terutama dalam menunjang proses belajar mengajar yang dilakukan secara daring (on-line). Biologi merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang SMA yang mempelajari makhluk hidup dan proses kehidupannya. Konsep-konsep abstrak dan penalaran harus dipahamkan kepada siswa beserta fenomena-fenomena alam yang terjadi secara kontekstual. Sesuai Kompetensi Dasar (KD) 3.3 Menjelaskan prinsip-prinsip klasifikasi makhluk hidup dalam lima kingdom. Pada KD tersebut siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bernalar dan mengemukakan pendapat (science reasoning) untuk menjelaskan berbagai fenomena alam, kemudian menyelesaikan permasalahan tersebut dengan berpikir secara logis.

Salah satu kesulitan utama para siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 11 Semarang dalam mempelajari materi klasifikasi makhluk hidup khususnya 5 kingdom dan 6 kingdom adalah karena banyak hafalan juga pemahaman atau penalaran konsep ilmiah yang bersifat abstrak apabila disampaikan secara lisan. Siswa sulit menalar dan memberikan ide atau gagasan dari konsep yang dipelajari, serta kondisi kelas yang pasif karena didominasi guru. Rata-rata siswa dapat mengenali fakta dan konsep dasar, tetapi belum mampu mengkomunikasikan serta mengaitkan berbagai topik sains (biologi) dan menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Menurut Delors (1996:2) pembelajaran dalam konteks mempersiapkan SDM abad 21 harus lebih mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan UNESCO dalam wujud “the four pillars of education” yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar melakukan sesuatu (learning to do), belajar hidup bersama dan gotong royong dalam kehidupan (learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa meliputi keterampilan terkait informasi komunikasi, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan interpersonal diri yang dikerucutkan dalam kemampuan science reasoning.

Penulis yang juga sebagai guru Biologi di SMA Negeri 11 Semarang, mencoba menerapkan inovasi dalam pembelajaran agar menjadikan pembelajaran menyenangkan, lebih bermakna dan tidak membosankan. Guru diharuskan lebih kreatif dan siswa harus lebih adaptif dan proaktif sehingga timbul interaksi yang baik antara guru dan siswa. PAP merupakan akronim dari Picture and Picture merupakan metode pembelajaran yang penulis terapkan pada pembelajaran biologi materi klasifikasi 5 kingdom. Menurut Shoimin (2014: 122) model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar yang dipasangkan secara logis, jadi guru harus menyiapkan media gambar yang menjadi media utama dalam pembelajaran ini. Beberapa gambar juga disajikan dalam model example non-example, agar proses interaksi guru dan siswa dapat terjalin secara komunikatif. Pembelajaran Picture and Picture termasuk dalam teori belajar kognitif, dikarenakan dalam proses pembelajarannya banyak melibatkan siswa, terutama dalam mengidentifikasi gambar yang tersaji. Tidak hanya guru yang aktif, melainkan siswa juga aktif. Pembelajaran didesain menjadi sebuah game yang kompetitif dan menyenangkan walau dilakukan secara daring. Pembelajaran biologi materi klasifikasi 5 kingdom dengan  model pembelajaran Picture and Picture adalah salah satu contoh aplikasi pembelajaran yang dapat diterapkan pada masa pandemi untuk mengemukakan pendapat dan mengasah kualitas kemampuan bernalar (science reasoning) siswa menjadi optimal.

Model pembelajaran Picture and Picture mengupayakan siswa untuk belajar secara aktif, berangkat dari pengalaman siswa dan mengajak siswa untuk berpikir kritis. Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan kartu atau carta dalam ukuran besar. Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional karena selain merupakan media yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi lebih luas, jelas dan tidak mudah dilupakan. Model kooperatif tipe picture and picture ini menggunakan pendekatan kontekstual yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, kemampuan science reasoning juga mulai nampak dari jawaban yang diberikan siswa sehingga hasil belajar juga akan meningkat.

 

Penulis            : Johan Tri Bayuntoro, M.Pd., Guru SMAN 11 Semarang

Editor             : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang