Membangun Mimpi

Usai sudah gelaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK Negeri tahun pelajaran 2021/2022.  Tahun ini SMKN 1 Tuntang melesat jumlah pendaftar lulusan SMP. Dibanding setahun yang lalu terjadi peningkatan hampir 100%. Sebuah prestasi yang membuat saya bahagia. Hal ini tidak lepas dari perjuangan dalam membangun sekolah ini.

Kembali teringat tiga tahun yang lalu, ketika datang pertama kali di sekolah ini, hujan menerima saya dengan riangnya. Sampai-sampai jalan menuju sekolah kelebihan air hujan dan tidak bisa dilewati. Tidak ada papan nama yang menunjukkan keberadaan sekolah, dan jalan bekas banjir sehari sebelumnya masih menyisakan genangan air.

Menyusuri lingkungan sekolah semakin mengerutkan dahi saya. Ruang kelas yang terpampang di depan dengan kondisi yang jauh dari apa yang saya pikirkan. Kelas-kelas yang tersekat papan, ruang guru yang sempit dan ruang kepala sekolah yang layak disebut gudang. Tidak ada ruang praktek, dan peralatan pendukung praktek. Segudang catatan yang tertulis di pikiran saya ditutup dengan tanda tanya.

Melihat kondisi sekolah yang akan menjadi tanggung jawab saya, mimpi menjadi modal awal. Sebagai manusia, kita pasti punya impian yang ingin dicapai. Kita rela bersusah payah untuk menggapai mimpi itu, bahkan mengorbankan waktu, tenaga, dan harta yang dimiliki asalkan mimpi itu dapat tercapai.Dari sinilah yang bertekad untuk membangun mimpi. Kenapa kita harus berani bermimpi, karena dengan mimpi kita punya harapan dan harapan itulah yang akan mampu memberi motivasi dalam diri saya untuk mewujudkannya. Kemampuan manusia dimulai dari kemauan yang dimilikinya, karena melalui kemauan akan memberikan motivasi pada kita. Keberadaan motivasi yang dimiliki seseorang akan memunculkan energi. Bukankah hidup manusia dimulai dengan apa yang namanya energi, yang mempunyai maha energi,yaitu tuhan yang maha kuasa menghidupkan manusia juga dimulai dengan energi–Nya, maka sumber energi manusia ada dan terletak didalam hatinya dan itu namanya motivasi.

Apa yang saya lakukan agar mimpi membangun SMKN 1 Satu Atap Tuntang menjadi nyata? Saya bedah satu persatu sebagai bahan bacaan bagi teman-teman yang punya mimpi seperti saya. Langkah membangun impian saya adalah : yang pertama menulis mimpimu di atas kertas. Catat semua mimpi-mimpi yang ingin dicapai itu. Selain sebagai pengingat, catatan ini akan membuatku tetap bersemangat saat mengalami kegagalan dalam meraihnya. Berdasarkan penelitian, 75 dari 100 orang yang menuliskan mimpinya di atas kertas berhasil meraih apa yang dia inginkan.

Lakukan analisis SWOT yang meliputi kekuatan dan kelemahan dari sisi internal disamping juga peluang dan tantangan di sisi eksternal. Analisis yang tajam akan membuat kita mudah membuat perencanaan. Dalam prakteknya catatan di atas kerja ini dibuat dalam format Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) untuk durasi empat tahun dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk durasi satu tahun.

Langkah yang kedua adalah pilih mimpi yang Jadi prioritas untuk dicapai. Menentukan mimpi mana yang jadi prioritas memang tidak mudah. Mengingat sudah sewajarnya setiap orang dapat menggapai semua yang diinginkan. Hal ini terkadang sangat sulit, terutama bagi mereka yang tidak mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik. Maka kunci yang saya pegang adalah kenali potensi dan masalah sekolah ini dengan baik. Berbekal visi yang saya usung meliputi tahun pertama merintis sekolah mandiri (RSKM = Rintisan Sekolah Kategori Mandiri), lanjut tahun kedua dengan menjadikan sekolah mandiri (SKM = Sekolah Kategori Mandiri), dan di tahun ketiga menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Sementara target di tahun keempat adalah Sekolah Standar Nasional Plus (SSN Plus). Skala prioritas berdasarkan tahun, semakin mendesak kebutuhan akan dilaksanakan di tahun pertama dan terus bergerak di tahun selanjutnya.

Langkah ketiga adalah tingkatkan rasa percaya diri. Awalnya siapa yang mengenal sekolah ini? Yang pasti sedikit dan stigmanya kurang bagus. Dengan kondisi yang jauh dari ideal, sangat tidak punya kekuatan untuk unjuk gigi mengenalkan pada khalayak ramai. Tapi saya percaya dengan berpikir seperti orang sukses, bangun mental seperti orang sukses dan kelilingi diriku dengan orang-orang sukses maka energi positif dari mereka memengaruhi pola pikir dan tindakanku sehari-hari. Saya pacu mental guru-guru saya untuk percaya diri. Sering saya kobarkan semangat “walaupun kita sekolah mewah (mepet sawah), suatu ketika sekolah ini akan jadi tempat kunjungan banyak sekolah yang lebih besar”.

Tiga langkah sudah dilakukan. Masuk langkah keempat adalah lakukan evaluasi pada diri sendiri secara berkala. Kegagalan yang menimpa dalam mengeksekusi program bukanlah sesuatu yang harus disesali. Bangkitlah dari kegagalan dan segera lakukan evaluasi diri untuk mengetahui berbagai hal yang menghambat perjalanan program tersebut. Setelah menemukan kesalahan tersebut, saatnya menyusun strategi baru dalam mengeksekusi program.

Langkah kelima adalah abaikan pikiran dan perkataan negatif. Perjalanan membangun sekolah memang tidak akan pernah berjalan mulus-mulus saja. Seringkali muncul sesuatu yang menjadi hambatan. Mirisnya lagi, hambatan tersebut sering kali datang dari orang-orang yang pernah terlibat dalam pembangunan sekolah. Maka bagi saya abaikan perkataan orang lain yang belum tentu benar dan fokus pada apa yang menjadi visi sekolah.

Keenam langkah sudah dilakukan, maka kembalikan semua pada pemilik kuasa. Dibalik usaha, kerja keras, dan pengorbanan yang kita lakukan, jangan lupa untuk senantiasa berdoa. Minta restu pada Sang Pencipta agar usaha kita tidak sia-sia, melainkan bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Lagipula, Tuhan adalah pemilik segalanya, termasuk takdir hidup kita. Untuk itu, serahkan diri pada Tuhan agar upaya untuk meraih impian tidak hanya sebatas khayalan, melainkan benar-benar ada dan bisa dirasakan di kehidupan nyata. Saya percaya semua indah pada waktunya dengan upaya yang nyata.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 1 Tuntang