Membangun Warisan Literasi di SMKN 10 Semarang

George Orwell, nama pena dari Eric Arthur Blair, adalah seorang penulis dan jurnalis Inggris yang lahir pada 25 Juni 1903. Kisah hidupnya penuh dengan pengalaman yang memengaruhi karyanya yang terkenal, seperti “1984” dan “Animal Farm.”

Orwell lahir di Motihari, India, yang saat itu merupakan bagian dari India Britania. Keluarganya kembali ke Inggris saat Orwell masih kecil. Di Inggris, Orwell menghadapi tantangan keuangan dan kesehatan. Ayahnya meninggal ketika Orwell berusia 3 tahun, meninggalkan keluarganya dalam situasi keuangan yang sulit. Orwell kemudian mendapatkan beasiswa untuk belajar di sekolah swasta yang bergengsi, tetapi kesulitan keuangan keluarganya memaksa dia meninggalkan sekolah tersebut.

Pada usia 19 tahun, Orwell bergabung dengan Imperial Police di Burma (sekarang Myanmar) sebagai seorang penjajah. Pengalaman ini sangat memengaruhi pandangan politiknya, terutama dalam hal kolonialisme dan penindasan. Setelah lima tahun bertugas di Burma, Orwell meninggalkan pekerjaannya dan kembali ke Inggris, di mana ia mulai menulis.

Karya-karya Orwell sering kali mencerminkan pandangan politik dan sosialnya yang kritis. “Animal Farm,” yang diterbitkan pada tahun 1945, adalah sebuah satira politik yang menggambarkan revolusi oleh hewan-hewan peternakan terhadap manusia pemiliknya, hanya untuk berakhir dengan tirani baru yang dipegang oleh babi. Novel ini secara kritis menggambarkan kekuasaan korup dan bahaya totaliterisme.

Kemudian, Orwell menerbitkan “1984” pada tahun 1949, sebuah novel distopia yang menggambarkan dunia yang dikuasai oleh pemerintahan otoriter yang mengawasi setiap aspek kehidupan warganya dan mengendalikan bahasa melalui konsep Newspeak. “1984” menjadi karya paling terkenal Orwell dan telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak pemikir politik dan sosial.

Selain karya fiksi, Orwell juga menulis esai-esai yang mempertanyakan kekuasaan dan mengadvokasi kebebasan individu. Kritikannya terhadap kapitalisme, sosialisme, dan kolonialisme menjadi bagian integral dari warisan intelektualnya.

Meskipun George Orwell meninggal pada usia yang relatif muda, yaitu 46 tahun, karya-karyanya terus memengaruhi pemikiran politik dan sosial kontemporer, membawa masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam masyarakat modern ke dalam pusat perhatian pembaca.

Menulis adalah seni yang mampu mengabadikan gagasan dan pemikiran seseorang dalam bentuk yang abadi. Kata-kata yang terukir dalam tulisan lebih dari sekadar rangkaian huruf; mereka adalah warisan yang bisa bertahan jauh lebih lama dibandingkan dengan sekadar ucapan lisan. Namun, sebelum tahun 2022, SMKN 10 Semarang belum melahirkan seorang pun penulis dari jajaran guru dan karyawannya.

Rubrik Gagasan di Website Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I, yang biasanya menjadi wadah bagi para pendidik untuk berbagi pemikiran dan pengalaman, tak pernah menerima satu pun tulisan dari guru SMKN 10 Semarang. Kondisi literasi di sekolah ini dapat digambarkan dalam keadaan ‘tiarap’, dengan minimnya kontribusi dalam hal penulisan dan berbagi gagasan.

Namun, seperti matahari yang perlahan namun pasti muncul dari ufuk timur, tahun 2022 menjadi titik balik bagi literasi di SMKN 10 Semarang. Tanpa disadari, potensi terpendam dari guru dan karyawan mulai bermunculan. Tulisan-tulisan karya mereka mulai menyapu keberadaan di ruang digital, mengisi halaman website sekolah dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I dengan ide-ide segar dan inspiratif.

Seiring berjalannya waktu, gelombang tulisan dari para guru dan karyawan SMKN 10 Semarang tak bisa dihentikan. Setiap hari, karya-karya mereka bermunculan di Website Cabdin I, mengalahkan sekolah-sekolah lain dalam hal jumlah dan kualitas tulisan yang dikirimkan. Dari artikel-artikel yang membahas inovasi dalam pembelajaran hingga catatan perjalanan pribadi yang menginspirasi, literasi di SMKN 10 Semarang telah menjadi sorotan, menjadi bukti nyata bahwa setiap orang memiliki suara yang berharga untuk didengar dan cerita yang pantas untuk diceritakan.

Perjalanan ini tidak hanya menciptakan warisan literasi yang berharga bagi sekolah dan komunitas pendidikan, tetapi juga menjadi tonggak bersejarah bagi para guru dan karyawan SMKN 10 Semarang. Mereka telah membuktikan bahwa setiap orang, terlepas dari latar belakang atau profesi, memiliki kemampuan untuk menjadi penulis yang berpengaruh dan mampu meninggalkan jejak yang abadi dalam dunia literasi.

Dengan semangat ini, SMKN 10 Semarang terus berupaya menjadi pusat kegiatan literasi yang kreatif dan produktif, memperkuat ikatan antara guru, siswa, dan masyarakat dalam upaya bersama meningkatkan literasi dan pengetahuan bagi semua. Dan dengan setiap tulisan yang mereka bagi, mereka tidak hanya menyebarkan ide dan pengetahuan, tetapi juga menginspirasi generasi mendatang untuk mengejar mimpi dan mewujudkan potensi mereka dalam dunia penulisan dan literasi.

Dalam semangat yang sama dengan pengaruh George Orwell terhadap pemikiran politik dan sosial kontemporer melalui karyanya, literasi di SMKN 10 Semarang akan terus menjadi bagian integral dari perjalanan sekolah ini dalam jangka waktu yang panjang. Seperti Orwell, yang mampu membawa masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam masyarakat modern ke pusat perhatian pembaca melalui tulisannya, para guru dan karyawan SMKN 10 Semarang juga akan terus menghadirkan gagasan-gagasan yang relevan dan inspiratif melalui karya-karya literasi mereka.

Dengan setiap tulisan yang dihasilkan, mereka tidak hanya menyebarkan ide dan pemikiran, tetapi juga mendorong refleksi dan pembelajaran yang mendalam di kalangan siswa dan komunitas sekolah. Dengan demikian, literasi akan tetap menjadi pilar yang kokoh dalam pengembangan SMKN 10 Semarang, memberikan kontribusi yang berkelanjutan terhadap perkembangan intelektual dan sosial para siswa serta menciptakan lingkungan yang kreatif dan berpikiran terbuka bagi semua yang terlibat dalam proses pendidikan.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang.

Hasil literasi guru dan karyawan SMKN 10 Semarang bisa dibaca disini : https://smk10semarang.sch.id/blog/