Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang konsep dasarnya harus dipahami betul oleh peserta didik dengan bantuan penguatan konsep dan bimbingan dari guru. Pada masa pandemi seperti sekarang ini, pembelajaran yang dirasa cukup ideal adalah pembelajaran daring (online). Pembelajaran daring dianggap lebih efektif untuk mengurangi penyebaran virus covid 19. Selain itu, pembelajaran daring ini membawa perubahan yang cukup besar dalam dunia pendidikan.
Guru mau tidak mau harus bisa melakukan pembelajaran secara daring dengan berbagai aplikasi dan platform pembelajaran yang ada. Namun, adanya perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan seperti dua sisi mata uang yang memiliki positif dan negatif. Salah satu sisi positifnya yaitu guru dan peserta didik menjadi melek teknologi dalam melaksanakan pembelajaran.
Tetapi, karena terlalu lama siswa ikut pembelajaran daring dikhawatirkan bakal terjadi learning loss. Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik. Atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu. Kondisi tersebut, antara lain adalah periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus sekolah yang dialami siswa karena kemiskinan, hingga ditutupnya sekolah tatap muka karena pandemi.
Yang mengakibatkan anak atau peserta didik akan mengalami kemunduran akademis dan non akademis karena peserta didik tidak memperoleh pembelajaran yang optimal.
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji dalam Webinar GREDU ft. ClassIn, Kamis (2/9/2021) mengatakan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap muka. “Learning loss justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021). Di situasi ini, guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.
Berikut ini cara menyiasati learning loss menurut Indra Charismiadji, yang pertama punya pemikiran bertumbuh. Pendidik harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai keberlangsungan zaman. Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat dari waktu ke waktu.
Kedua terapkan kelas modern. Pendidik mulai menerapkan kelas modern atau Flipped Classroom, yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara efektif. Pada tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring. Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini. Lalu di tahap synchronous, pertemuan di dalam kelas baik secara daring maupun luring digunakan untuk aktivitas kolaborasi aktif dari masing-masing siswa yang mendorong penalaran tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan cara project based learning, antara lain melalui presentasi, diskusi, dan bedah kasus.
Maka di SMK Negeri H. Moenadi sejak bulan April-Mei 2021 dilaksanakan Uji Coba PTM Terbatas, sebagai bentuk usaha kita meminimalisir leraning loss akibat pandemi yang berkepanjangan, dengan tidak mengabaikan Protokol Kesehatan yang ketat. Antusias dari peserta didik yang saat itu kita pilih dari kelas X sangatlah di luar dugaan kita, mereka sangat bersemangat berangkat ke sekolah. Namun sayangnya gelombang kedua lonjakan pandemi Covid terjadi. Praktis pembelajaran kembali dengan metode daring atau belajar dari rumah.
Sejak Agustus 2021, persiapan PTM Terbatas didorong di Wilayah PPKM Level 3 dan 2 kita terapkan di SMK Negeri H. Moenadi Ungaran, yaitu mulai tanggal 30 Agustus 2021 kita mengadakan PTM Terbatas (bukan PTM Uji Coba) yang mengahadirkan kelas XII untuk belajar secara langsung dengan menerapkan 50 % dari jumlah rombel, jadi di tiap kelas 50% datang ke sekolah, sedangkan 50% sisanya belajar secara daring, ini dikenal dengan metode Blended Learning. Nah untuk pekan berikutnya, ditukar yang sudah seminggu ini berangkat ke sekolah untuk PTM minggu berikutnya bergilir mereka akan belajar secara daring.
Agar peserta didik merata dapat merasakan PTM, maka ketika ada PTS (Penilaian Tengah Semester) Gasal tanggal 27 September 2021, yang berangkat ke sekolah adalah kelas XI dengan kapasitas ruangan terisi 50% dari jumlah seluruh siswa.
Dengan kita melaksanakan PTM yang tetap memprioritaskan keselamatan insan pendidikan dan mengedepankan kehati-hatian dan protokol kesehatan yang ketat, serta SMK Negeri H. Moenadi Ungaran juga harus memenuhi syarat SKB 4 Menteri tentang Pembelajaran di Tengah Pandemi, kita semua berharap risiko Learning Loss dapat kita minimalisir karena pemulihannya bisa memakan waktu hingga 9 tahun lamanya.
Penulis : Wendy Puspitasari, S.Si., Guru Matematika SMK Negeri H. Moenadi Ungaran
Komentar Pengunjung