Semi (2007:14) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Ia juga mengemukakan bahwa secara umum tujuan menulis terbagi menjadi lima, yaitu (1) memberikan arahan, (2) menjelaskan sesuatu, (3) menceritakan kejadian, (4) meringkaskan, dan (5) meyakinkan. Octaviani dan Yulianti (2019:14) menyatakan bahwa menulis juga merupakan pengungkapan tanggapan terhadap sesuatu menggunakan media tulisan. Sementara itu, Tarigan (2008:22) mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kegiatan menulis memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan keterampilan menulis, siswa mampu menuangkan ide-ide dan gagasan dalam kerangka berpikir yang logis dan sistematis.
Adapun keterampilan menulis berita adalah keterampilan yang berupaya mengungkapkan berbagai informasi tentang pertiwa-peristiwa atau kejadian yang aktual, faktual, atau yang hangat terjadi yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Menulis berita akan membawa siswa untuk menghasilkan sebuah karya tulis dalam bentuk berita. Selanjutnya, struktur sebuah berita, yaitu (1) judul berita, (2) teras berita, (3) tubuh berita, dan (4) penutup berita. Keterampilan menulis siswa belum memenuhi syarat berita yang baik jika belum memenuhi struktur berita yang lengkap dan unsur 5W+1H. Menurut Chaer (2010:15-17), berita-berita yang dimuat di surat kabar lazim dibedakan atas (1) berita langsung (straight news), (2) berita ringan (soft news), dan (3) berita kisah (features). Bahasa yang digunakan dalam sebuah berita disebut dengan bahasa jurnalistik. Ermanto (2005:25-37), mengungkapkan bahwa sifat-sifat khas dalam bahasa jurnalistik adalah lugas, singkat, padat, sederhana, lancar, menarik, dan netral. Keterampilan menulis berita tidak terlepas dari bagaimana memahami keterampilan menulis berita itu sendiri. Seseorang yang memiliki pemahaman yang baik terhadap menulis berita maka mudah baginya untuk mengembangkan ide-ide, sehingga menghasilkan sebuah bentuk tulisan berita yang baik. Sebaliknya, semakin kurang pemahaman siswa terhadap menulis berita, maka siswa akan sulit dalam menulis berita. Terdapat berbagai masalah dalam pembelajaran keterampilan menulis yang menyebabkan terjadinya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, siswa masih kesulitan dalam mengembangkan sebuah ide dalam menulis, sehingga siswa malas untuk menulis. Kedua, siswa belum memahami materi menulis berita seperti struktur berita, unsur-unsur berita, dan bahasa berita. Ketiga, siswa belum terampil dalam menulis sehingga kalimat yang sering digunakan siswa seringkali tidak efektif.
Materi menulis berita adalah materi Pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diajarkan pada jenjang kelas XI dalam kurikulum Merdeka belajar. Adapun tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu menulis berita berdasarkan kaidah dan ejaan yang tepat. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam memahami penggunaan kata dan ejaan yang sesuai KBBI atau EYD sehingga guru berinisiatif untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik. Model yang digunakan yaitu Project Based Learning terintegrasi dengan pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL) dengan Teknik Inkuiri. Siswa diminta menulis berita dan mencetaknya dalam bentuk koran ukuran kertas A-1. Sebelumnya siswa sudah dibagi menjadi enam kelompok. Tiap kelompok terdiri atas enam orang dengan peran 2 orang sebagai jurnalis, 2 orang sebagai penulis, 1 orang sebagai editor, dan 1 orang sebagai penata desain dan layout.
Jurnalis bertugas mencari bahan untuk ditulis oleh penulis. Setelah selesai ditulis, akan diserahkan kepada pihak editor untuk menyunting penulisan tersebut berdasarkan ejaan dan tata tulis yang tepat. Terakhir berita tersebut akan didesain tata letak, layout, dan penambahan ornamen lainnya oleh penata desain, lalu dicetak menggunakan kertas A-1. Selama pembelajaran, koran yang sudah dicetak siswa ditempel di tempat yang sudah disediakan. Empat orang tiap kelompok wajib berkeliling mencari kesalahan berbahasa pada koran kelompok lain, sementara sisanya, menunggu stand koran masing-masing. Dalam proses mencari kesalahan, siswa menggunakan stabilo untuk mencoret kesalahan berbahasa dan mencatatnya ke buku masing-masing yang kemudian dibetulkan. Jadi, selain ada penilaian guru, ada juga penilaian dari teman sebaya.
Penulis : Riris Purnamasari, M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 8 Semarang
Komentar Pengunjung