Sudah dua sekolah yang saya kelola. Yang pertama adalah SMKN Satu Atap Tuntang, Kabupaten Semarang, dan yang kedua adalah SMKN 10 Semarang, Kota Semarang. Sebisa mungkin, saya berusaha untuk meninggalkan jejak tulisan dalam setiap langkah membangun sekolah.
Empat tahun berada di SMKN Satu Atap Tuntang, alhamdulillah, saya berhasil menelurkan dua buku, yaitu “Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan” dan “Membangun Sekolah Biasa Menjadi Luar Biasa.” Kedua buku ini merupakan dokumentasi perjalanan dan strategi yang saya terapkan untuk mengembangkan sekolah tersebut.
Kini, setelah dua tahun mengelola SMKN 10 Semarang, saya siap menghadirkan buku ketiga. Buku ini akan berfokus pada strategi-strategi yang saya terapkan untuk mengubah sekolah ini dari penuh masalah menjadi sekolah penuh prestasi. Perjalanan transformasi SMKN 10 Semarang semuanya akan diulas dalam buku tersebut.
Melalui karya-karya ini, saya berharap dapat memberikan inspirasi dan panduan bagi para pengelola sekolah lainnya dalam upaya mereka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Setiap langkah kecil yang kita ambil, jika didokumentasikan dengan baik, dapat menjadi pijakan bagi kemajuan yang lebih besar di masa depan.
Menulis buku memerlukan fokus yang luar biasa, terutama di era transformasi yang telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Kini, kita berada di tengah revolusi industri 4.0, di mana kemajuan teknologi dan inovasi menjadi kunci bagi perusahaan yang ingin bertahan dan bersaing di tengah derasnya perkembangan teknologi.
Di era digital yang serba cepat ini, kita dikelilingi oleh berbagai distraksi yang dapat menghambat fokus dan konsistensi. Notifikasi dari media sosial dan pesan WA yang tiada henti, serta akses mudah ke informasi dan hiburan, membuat kita mudah tergoda untuk berpindah-pindah fokus dan kehilangan arah. Hal ini dapat berdampak negatif pada produktivitas, pencapaian tujuan, dan bahkan kesehatan mental.
Kehadiran teknologi memang telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita, namun juga menghadirkan tantangan yang dapat mengganggu konsistensi. Kita sering kali dihadapkan dengan rasa FOMO (Fear of Missing Out) dan kesulitan untuk fokus dalam jangka panjang karena terbiasa dengan informasi yang instan dan cepat.
Untuk tetap fokus dalam menulis buku, diperlukan disiplin tinggi dan strategi pengelolaan waktu yang efektif. Mengatur waktu khusus untuk menulis, menjauhkan diri dari distraksi digital, serta menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis dapat membantu menjaga konsistensi dan produktivitas. Dengan demikian, kita bisa menghadapi tantangan era digital dan tetap produktif dalam mencapai tujuan besar seperti menulis buku.
Keberhasilan saya menulis buku terinspirasi dari buku Deep Work karya Cal Newport. Buku ini membahas tentang kemampuan seseorang untuk fokus dalam menyelesaikan masalah yang kompleks, sebuah kemampuan yang sangat langka di zaman yang penuh dengan interupsi. Banyak orang terlalu fokus pada sisi negatif era digital karena gangguan yang berlebihan. Namun, buku ini menyoroti cara meningkatkan kemampuan fokus mendalam, yang menariknya, bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi bisa diterapkan oleh semua orang.
Poin penting pertama dari buku ini adalah perbedaan antara Shallow Work dan Deep Work. Kebanyakan orang lupa cara fokus secara mendalam saat bekerja. Pertama, kita harus membedakan antara shallow work dan deep work. Shallow work adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pemikiran mendalam, bersifat administratif, dan bisa dilakukan sambil mengerjakan hal lain. Sedangkan deep work adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran mendalam dan konsentrasi penuh.
Untuk membedakan keduanya, tanyakan pada diri sendiri apakah pekerjaan ini membutuhkan perhatian penuh, keahlian khusus, atau pengetahuan khusus, serta apakah pekerjaan ini memberikan dampak besar dan sulit direka ulang. Contoh shallow work adalah membalas email, sedangkan deep work adalah membuat rencana proyek atau melakukan riset produk baru.
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa mulai menerapkan prinsip deep work dalam keseharian. Mengalokasikan waktu khusus tanpa gangguan untuk tugas-tugas yang memerlukan pemikiran mendalam akan meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil kerja kita. Buku Deep Work memberikan panduan praktis untuk melatih kemampuan ini, dari mengatur lingkungan kerja yang kondusif hingga menerapkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendukung fokus mendalam. Melalui penerapan prinsip-prinsip ini, saya berhasil meningkatkan fokus dan produktivitas, sehingga mampu menulis buku dengan lebih efektif dan efisien.
Empat aturan untuk Deep Work yang saya terapkan telah membantu saya meningkatkan fokus dan produktivitas dalam pekerjaan sehari-hari. Berikut adalah aturan-aturan tersebut: Pertama, fokus pada hal yang penting: Tentukan tujuan utama yang ingin dicapai selama deep work dan tuliskan tujuan besar tersebut agar tidak mudah terganggu. Misalnya, jika tujuan Anda adalah menyelesaikan sebuah proyek, pastikan Anda memiliki gambaran jelas tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya. Dengan demikian, Anda dapat menghindari gangguan dan tetap fokus pada tujuan utama.
Kedua, kerjakan yang bisa diukur: Ada dua indikator produktivitas, yaitu lag measure (hasil dari kegiatan) dan lead measure (proses yang bisa dikendalikan). Fokuslah pada lead measure, yang mencakup hal-hal yang dapat Anda kendalikan dan ukur, seperti berapa lama waktu yang dihabiskan untuk membuat video, bukan berapa banyak views yang didapat. Dengan berfokus pada proses, Anda dapat memastikan bahwa setiap langkah yang diambil mengarah pada pencapaian hasil yang diinginkan.
Ketiga, catat kemajuan: Tuliskan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk deep work setiap minggu agar semakin termotivasi. Dengan mencatat kemajuan, Anda dapat melihat seberapa konsisten Anda dalam mengalokasikan waktu untuk pekerjaan mendalam dan menilai efektivitasnya. Ini juga membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan membuat Anda lebih sadar akan kemajuan yang telah dicapai.
Keempat, buat diri bertanggung jawab: Komitmen pada rencana yang sudah dibuat, misalnya bekerja dalam keadaan deep work tiga kali seminggu. Dengan menetapkan jadwal dan target yang jelas, Anda menciptakan struktur yang mendukung konsistensi dan tanggung jawab. Berikan diri Anda penghargaan kecil setiap kali berhasil memenuhi komitmen ini untuk meningkatkan motivasi.
Dengan menerapkan empat aturan ini, saya telah berhasil meningkatkan produktivitas dan kualitas pekerjaan saya. Deep work memungkinkan saya untuk fokus pada tugas-tugas yang benar-benar penting dan memberikan dampak besar, sehingga hasil kerja menjadi lebih maksimal dan memuaskan.
Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk meningkatkan deep work. Cal Newport menawarkan empat strategi yang dapat diadaptasi sesuai kebutuhan dan gaya kerja masing-masing individu.
Pertama, Monastic Philosophy: Strategi ini menekankan fokus sepenuhnya pada deep work dalam jangka waktu yang lama, menghilangkan semua pekerjaan lain. Ini cocok bagi mereka yang bisa mengisolasi diri dari gangguan eksternal dan mencurahkan waktu sepenuhnya untuk pekerjaan mendalam. Misalnya, penulis atau peneliti yang membutuhkan konsentrasi tinggi untuk menyelesaikan karya mereka.
Kedua, Bimodal Philosophy: Strategi ini membagi waktu antara deep work dan shallow work. Contohnya, Anda bisa mengalokasikan satu hari penuh dalam seminggu untuk deep work, sementara hari-hari lainnya digunakan untuk tugas-tugas yang lebih ringan. Pendekatan ini memungkinkan fleksibilitas, tetapi tetap memastikan ada waktu yang signifikan untuk deep work.
Ketiga, Rhythmic Philosophy: Strategi ini membiasakan deep work dalam jadwal harian. Misalnya, Anda bisa fokus 4-6 jam setiap hari untuk deep work. Dengan menjadikannya bagian rutin dari hari Anda, deep work menjadi lebih mudah dicapai dan dipertahankan. Ini cocok bagi mereka yang memiliki jadwal tetap dan dapat merencanakan waktu khusus setiap hari untuk deep work.
Keempat, Journalistic Philosophy: Strategi ini fleksibel, memanfaatkan waktu kosong untuk deep work. Namun, ini tidak disarankan bagi pemula karena memerlukan kemampuan untuk beralih cepat antara shallow work dan deep work. Cocok bagi mereka yang memiliki jadwal tidak teratur namun bisa segera fokus saat ada waktu luang.
Selain strategi-strategi di atas, ada juga latihan yang disebut produktif meditation. Gunakan waktu ketika melakukan kegiatan fisik seperti lari, menyetir, atau mencuci baju untuk berpikir tentang hal yang kompleks. Ini membantu melatih kemampuan deep work dengan cara yang lebih santai dan alami.
Perlu diingat, deep work bukan berarti overwork. Kualitas deep work juga ditentukan oleh waktu istirahat yang cukup. Contohnya, penulis buku ini hanya bekerja pada hari kerja dari jam 9 pagi hingga 5 sore dan tidak bekerja saat akhir pekan. Waktu istirahat ini penting untuk memberikan kejelasan pikiran saat bekerja.
Dengan memilih dan menerapkan strategi deep work, buku yang saya tulis berjalan lancar dan produktivitas menulis meningkat secara signifikan. Melalui fokus mendalam, saya dapat menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan lebih efisien dan menghasilkan karya yang lebih berkualitas.
Deep work bukan hanya tentang bekerja lebih keras, tetapi tentang bekerja lebih cerdas dengan mengalokasikan waktu dan energi pada hal-hal yang benar-benar penting. Dengan disiplin, komitmen, dan strategi yang tepat, setiap orang bisa meraih produktivitas tinggi dan mencapai tujuan besar mereka. Melalui penerapan deep work, saya telah menemukan cara untuk tetap produktif di tengah distraksi era digital dan berhasil menyelesaikan buku yang saya tulis dengan lebih lancar dan efisien. Semoga pengalaman ini dapat menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk menemukan dan menerapkan strategi deep work dalam kehidupan mereka.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang
Komentar Pengunjung