Pembelajaran Berdiferensiasi (PBdf) merupakan penyesuaian proses pembelajaran yang dilakukan guru, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14), guru dapat mengimplementasikan PBdf apabila konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Mengapa? Karena pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan melalui proses yang berkesinambungan, sehingga dibutuhkan konsistensi dari guru ketika menemui perubahan-perubahan, temuan-temuan baru, bahkan tantangan yang akan dihadapi guru.
Penulis merupakan Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11, Kota Semarang, yang telah mempelajari, memahami, dan secara bertahap mempraktikkan PBdf pada Mata Pelajaran Pilihan Teknik Kendaraan Ringan. Diawal mempelajari tentang PBdf ini, penulis merasa masih minim pengetahuan dan mengalami kesulitan untuk menerapkan pada mata pelajaran teknik. Namun, setelah memahami lebih dalam tentang tahapan PBdf dan memperhatikan CP atau materi pelajaran yang akan disampaikan, penulis dapat menemukan langkah awal melaksanakan PBdf.
“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” (Ki Hajar Dewantara)
Yang disampaikan oleh KHD, semakin menambah motivasi bagi penulis untuk melaksanakan PBdf dalam kelas karena memberikan banyak manfaat bagi guru serta murid. Adapun beberapa manfaat tersebut, antara lain: (1) guru bisa mengenali kebutuhan para murid yang berbeda-beda, (2) guru bisa merancang metode ajar yang paling efektif bagi murid, (3) membantu guru mengatasi kesenjangan belajar dan memberikan dukungan yang tepat kepada setiap murid, serta (4) mewujudkan inklusivitas, keterlibatan, dan peningkatan hasil belajar pada murid, sehingga tidak ada murid yang tertinggal.
Pemahaman dan pengalaman dari materi pembelajaran pada modul sebelumnya yaitu: filosofis pendidikan nasional KHD, nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif, telah memberikan penguatan dan sangat membantu penulis untuk melaksanakan PBdf dalam kelas. Sebab, dalam melaksanakan PBdf akan lebih terarah dan mendapatkan penguatan setelah penulis sebagai guru pengampu mampu mengimplementasikan dalam diri sendiri maupun pengelolaan kelas dan komunikasi yang baik bersama murid.
Bagaimana Tahapan Pembelajaran Berdiferensiasi Dilaksanakan?
Langkah-langkah untuk menerapkan PBdf meliputi:
Pertama, Mengenali Kebutuhan Murid. Guru perlu memahami latar belakang, minat, kekuatan, dan kelemahan murid. Ini bisa dilakukan melalui asesmen awal, observasi, dan dialog dengan murid.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu: (1) kesiapan belajar (readiness) murid, (2) minat murid, dan (3) profil belajar murid. Dalam proses pembelajaran MPP Otomotif TKR, dengan mengkategorikan kebutuhan belajar murid sangat penting dilakukan.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut.
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: (a) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; (b) mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; (c) menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka; dan (d) meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Profil Belajar mengacu pada bagaimana seorang individu dapat belajar dengan cara yang paling tepat sesuai karakteristiknya. Untuk mengetahui profil belajar murid, guru perlu melakukan identifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada murid dapat belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru cenderung memilih metode dan pendekatan mengajar yang sesuai dengan gaya belajar guru sendiri, padahal setiap murid memiliki profil belajar sendiri.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, dan sebagainya.
- Pengaruh Budaya: santai – terstruktur; pendiam – ekspresif; personal – impersonal.
- Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: (a) visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer); (b) auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik); (c) kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Kedua, Merancang Pembelajaran. Berdasarkan pemahaman tentang kebutuhan murid, guru merancang kegiatan dan tugas yang memungkinkan murid untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya dan tingkat kemampuan mereka.
Setiap murid memiliki gaya belajar dan tingkat kemampuan yang berbeda. Untuk merancang kegiatan yang efektif pada MPP Otomotif TKR, guru harus terlebih dahulu memahami kebutuhan individu murid melalui evaluasi awal dengan menggunakan tes diagnostik, observasi, dan umpan balik dari murid untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan preferensi belajar murid.
Penugasan yang diberikan guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid untuk memastikan tantangan yang sesuai dan memaksimalkan potensi mereka. Ini dapat dilakukan dengan: (1) Pembedaan tugas yang bervariasi dalam tingkat kesulitan tugas, misalnya, menyediakan beberapa tingkat kompleksitas dalam soal latihan atau proyek; (2) Tugas berbasis minat, dengan menghubungkan tugas dengan minat murid untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi, misalnya, membiarkan murid memilih topik proyek yang mereka minati; dan (3) Dukungan tambahan melalui penyediaan sumber daya tambahan, seperti panduan langkah demi langkah atau sesi bimbingan, bagi murid yang membutuhkan bantuan lebih banyak.
Dalam melaksanakan metode pengajaran pun, guru harus fleksibel untuk menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan murid, yaitu: (1) Secara rutin memberikan umpan balik kepada murid dan melakukan penyesuaian terhadap kegiatan dan tugas berdasarkan respons mereka; (2) Menggunakan penilaian formatif untuk mengevaluasi pemahaman murid selama proses belajar dan menyesuaikan instruksi berdasarkan hasil tersebut.
Dalam merencanakan kegiatan dan tugas, guru dapat mengajak murid untuk terlibat meningkatkan efektivitas pembelajaran, misalnya: (1) Berdiskusi dan berbicara dengan murid tentang cara belajar dan preferensi mereka dalam memilih metode atau tugas; (2) Memberikan murid beberapa opsi untuk menyelesaikan tugas, sehingga mereka dapat memilih metode yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.
Dengan menerapkan pendekatan ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif, yang mendukung perkembangan murid secara holistik sesuai dengan kebutuhan individu mereka.
Ketiga, Mengelola Kelas. Implementasi strategi berdiferensiasi memerlukan manajemen kelas yang efektif. Guru perlu mengatur kelompok kerja, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memastikan semua murid terlibat.
Implementasi strategi berdiferensiasi dalam pembelajaran MPP Otomotif TKR memang memerlukan manajemen kelas yang efektif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Berikut adalah aspek-aspek penting dari manajemen kelas yang mendukung strategi diferensiasi: (1) Pengaturan kelompok kerja berdasarkan kemampuan, yaitu tingkat kemampuan murid untuk tugas tertentu yang memungkinkan murid dengan tingkat kemampuan yang sama untuk bekerja bersama dan saling mendukung. Selain berdasarkan kemampuan, pembagian kelompok heterogen juga perlu dilakukan, yaitu dengan membentuk kelompok dengan berbagai tingkat kemampuan agar murid dapat belajar satu sama lain dan saling membantu. Misalnya, murid yang lebih mahir dapat membantu yang lain dalam memahami materi; (2) Rotasi kelompok, dengan menjadwal dan mengatur rotasi kelompok untuk memastikan murid bekerja dengan berbagai teman sekelas dan terpapar berbagai gaya belajar. Fleksibilitas dalam menyesuaikan kelompok kerja sesuai dengan tugas dan perkembangan murid juga perlu dilakukan, sehingga kelompok selalu relevan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam melaksanakan PBdf, guru sangat perlu memperhatikan dinamika kelas dengan beberapa pertimbangan, yaitu: (1) Pengaturan kelas. Menata ruang kelas untuk mendukung berbagai jenis aktivitas, seperti meja kelompok, area diskusi, dan ruang untuk aktivitas individu. Mengelola dan menyelesaikan konflik antar murid dengan cara yang konstruktif, untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif; (2) Motivasi dan dukungan. Dengan memberikan penghargaan dan pujian kepada murid untuk usaha dan pencapaian mereka, guru dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan murid. Selain itu, saat guru menyediakan dukungan emosional dan motivasi bagi murid yang mengalami kesulitan atau frustrasi, untuk membantu mereka tetap fokus dan termotivasi.
Keempat, Menggunakan Penilaian Formatif. Penilaian formatif membantu guru mengevaluasi pemahaman murid secara berkelanjutan dan menyesuaikan instruksi sesuai dengan kebutuhan yang muncul.
Penilaian formatif adalah proses evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran MPP Otomotif TKR untuk memantau kemajuan murid, memberikan umpan balik, dan menyesuaikan pengajaran. Berbeda dengan penilaian sumatif yang biasanya dilakukan di akhir periode pembelajaran untuk memberikan nilai akhir, penilaian formatif bersifat lebih dinamis dan berfokus pada perbaikan berkelanjutan.
Metode penilaian formatif dapat dilakukan dengan teknik: (1) Kuis dan tes singkat, yaitu dengan menyajikan kuis cepat atau tes singkat yang dapat memberikan gambaran tentang pemahaman murid terhadap materi; (2) Tanya jawab kelas, yaitu dengan melakukan sesi tanya jawab untuk mengevaluasi pemahaman murid secara langsung; (3) Diskusi kelompok, yaitu dengan engadakan diskusi kelompok kecil untuk memeriksa pemahaman dan mendapatkan umpan balik dari rekan-rekan murid; dan (4) Tugas kecil dan aktivitas yang dirancang untuk menilai aspek tertentu dari pembelajaran murid.
Untuk mengimplementasikan dan memanfaatkan penilaian formatif secara efektif, guru perlu: (1) Mengintegrasikan penilaian dengan menyertakan penilaian formatif dalam rencana pelajaran secara rutin, bukan hanya sebagai tambahan; (2) Menggunakan data dan menganalisis data dari penilaian formatif untuk membuat keputusan yang berbasis data mengenai pengajaran dan pembelajaran; dan (3) Melibatkan Murid dengan mengajak murid untuk terlibat dalam proses penilaian dengan meminta mereka merefleksikan kinerja mereka dan menetapkan tujuan perbaikan.
Kelima, Merefleksikan dan Menyesuaikan. Guru perlu secara teratur merefleksikan keefektifan pendekatan berdiferensiasi mereka dan melakukan penyesuaian berdasarkan hasil dan umpan balik dari murid.
Refleksi dan penyesuaian adalah aspek krusial dalam penerapan pendekatan berdiferensiasi di kelas pada MPP Otomotif TKR. Guru perlu secara teratur mengevaluasi efektivitas strategi diferensiasi mereka dan membuat perubahan berdasarkan hasil dan umpan balik dari murid. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana proses ini dapat dilakukan secara efektif:
Refleksi memungkinkan guru untuk menilai apakah strategi diferensiasi yang diterapkan benar-benar membantu murid dengan cara yang diinginkan, seperti memenuhi berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan. Selanjutnya, juga dapat membantu dalam mengidentifikasi area di mana pendekatan mungkin kurang efektif atau tidak sesuai dengan kebutuhan murid.
Proses refleksi yang teratur memungkinkan guru untuk melakukan perbaikan berkelanjutan pada metode pengajaran mereka, sehingga meningkatkan pengalaman belajar murid secara keseluruhan, dan membantu guru untuk tetap responsif terhadap perubahan dalam kebutuhan murid atau dinamika kelas.
Guru dapat melakukan refleksi yang efektif dengan beberapa cara, yaitu: (1) Mengumpulkan data melalui hasil penilaian formatif, tugas, dan kuis untuk melihat bagaimana murid merespons pendekatan yang diterapkan; (2) Observasi Kelas, dengan mengamati interaksi murid dengan materi dan dengan satu sama lain untuk memahami bagaimana pendekatan diferensiasi mempengaruhi keterlibatan dan pemahaman mereka; (3) Mengumpulkan umpan balik langsung dari murid tentang bagaimana mereka merasa tentang aktivitas dan tugas yang diberikan, serta apakah mereka merasa didukung dalam pembelajaran mereka; dan (4) Melakukan diskusi atau survei singkat untuk mendapatkan perspektif murid tentang efektivitas strategi yang diterapkan dan apa yang mungkin perlu diubah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi (PBdf), guru memerlukan kerjasama dan kolaborasi dengan seluruh warga sekolah, bahkan dukungan dari orangtua dan masyarakat. PBdf tidak serta merta dapat langsung terlaksana dengan baik, melainkan melalui proses dan tahapan yang terus berkesinambungan untuk diperoleh PBdf yang sesuai dengan karakteristik masing-masing kelas.
Penulis meyakini bahwa pembelajaran berdiferensiasi (PBdf) merupakan salah satu ikhtiar dan upaya yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran pada Mata Pelajaran Pilihan Otomotif Teknik Kendaraan Ringan yang berpihak pada murid berdasarkan profil pelajar Pancasila, dan menuntun murid pada kodratnya yang mulia.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Arimurti Asmoro, S.Pd., M.Pd., Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11
Editor: Tim Humas dan Literasi
Komentar Pengunjung