Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar yang dicapai siswa merupakan indikator untuk mengukur penguasaan materi yang diajarkan guru. Dalam setiap pembelajaran guru tentu mempunyai keinginan dan harapan agar siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar secara maksimum. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mencintai proses belajar mengajar matematika.
Namun masalah yang terjadi sekarang adalah pelaksanaan proses belajar mengajar matematika di sekolah hanya berorientasi pada guru semata dan kurang melibatkan siswa. Banyak guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan kurang mengakomodasikan kemampuan berpikir siswa sehingga mengakibatkan pembelajaran matematika didominasikan oleh guru semata dan bersifat konvensional. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika secara konvensional banyak didominasi oleh belajar menghafal, sehingga siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran (Yuwono,2001:6).
Dari hasil pengalaman pribadi yang merupakan guru matematika di SMK Negeri H. Moenadi Ungaran menunjukkan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran matematika, antara lain adalah hasil belajar matematika yang tidak mencapai ketuntasan klasikal karena penerapan metode pembelajaran masih kurang mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran cenderung hanya berlangsung dari satu arah (pihak guru). Selain itu bentuk penyajiannya hanya menuangkan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk ceramah, pemberian contoh, tanya jawab dan dilanjutkan dengan latihan soal.
Siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa kurang memahami materi yang disajikan dengan baik. Pembelajaran matematika yang disampaikan dengan cara seperti ini membuat siswa tidak aktif, tidak serius, mengantuk, suka mengganggu teman yang lain, jenuh mendengar penjelasan guru dan masih kurangnya minat belajar siswa. Hal tersebut di atas disebabkan guru belum menguasai teknik, pendekatan, serta metode pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru menyampaikan informasi berupa konsep, prinsip atau keterampilan matematika, sementara siswa tidak kreatif dan pasif menerima informasi tersebut. Akibatnya interaksi antara guru dan siswa kurang lancar. Maka oleh sebab itu guru dituntut untuk memilih model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, dari hasil wawancara didapatkan bahwa banyak siswa kurang memahami pokok bahasan matematika yang diajarkan khususnya pokok bahasan Statistika. Guru mengajarkan metode “Pengapitan” untuk mencari nilai dari Simpangan Baku. Metode ini tidak menggunakan alat hitung sama sekali, siswa diajarkan bagaimana mencari nilai akar kuadrat.
Berbagai cara mengajarkan siswa dalam hal matematika di mana agar matematika tidak menjadi momok pelajaran yang menakutkan atau kurang disukai oleh siswa adalah (1) memotivasi siswa agar ketika menjumpai soal-soal berupa hitungan, tidak lagi kesulitan, dan (2) mencari solusi agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang Statistika dengan cepat dan benar.
Ketika mengajar adanya faktor-faktor kendala diantaranya adalah kemampuan siswa yang sangat terbatas, karena mereka terbiasa menggunakan alat bantu yaitu kalkulator, sehingga ketika mereka tidak diperbolehkan menggunakan kalkulator, mereka kesulitan untuk mencari hasil perhitungan; rendahnya minat belajar pada siswa, menyebabkan mereka sering lupa karena tidak ada pengulangan belajar secara mandiri, sehingga guru harus selalu mengulang materi ketika pelajaran dimulai untuk sekedar mengingatkan dan mereview materi sebelumnya.
Sedangkan faktor-faktor pendukung diantaranya adalah sifat siswa yang dominan adalah penurut membuat guru tidak kesulitan dalam mengajarkan materi yang bagi mereka sangat sulit, sehingga kita dapat mudah mengajarkan pembelajaran; adanya siswa yang menonjol dan dengan ringan tangan mereka melakukan tutor sebaya, dengan cara membantu teman sebaya yang kesulitan dalam memahami materi, sehingga gurupun terbantu.
Manfaat yang dapat diambil dari metode pengapitan ini adalah (1) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan tanpa paksaan, (2) meningkatkan Disiplin belajar Kelas Matematika di SMK Negeri H. Moenadi Ungaran yang berimbas pada meningkatnya ketuntasan pembelajaran Matematika khususnya KD Statistika, dan siswa pun tidak perlu menggunakan alat bantu hitung, dan (3) memberikan inspirasi atau kemudahan menyelesaikan masalah tanpa menggunakan alat bantu hitung, serta mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Penulis : Wendy Puspitasari, S.Si, Guru SMKN H Moenadi Ungaran
Komentar Pengunjung