Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Pengerjaan soal-soal HOTS menjadi tantangan bagi peserta didik maupun guru. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menganalisis masalah ketenagakerjaan dan menyajikan hasil sangatlah rendah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain peserta didik beranggapan bahwa menganalisis merupakan kompetensi yang susah dicapai. Dalam hal ini peserta didik harus dimotivasi dan dilatih untuk mengerjakan soal-soal HOTS, yang melatih anak untuk menganalisis materi pembelajaran, peserta didik masih merasa minder dan kurang percaya diri untuk menyajikan hasil analisis, masalah ketenagakerjaan hanya dipahami dalam konteks buku dan berita, sehingga peserta didik perlu diajak untuk mendengar langsung dari para pencari kerja maupun dari para instruktur dan pegawai pemerintah yang secara langsung ikut menangani masalah ketenagakerjaan.
Model pembelajaran PROLTAPE (Problem Based Learning dengan Bertamu dalam Penyajian Analisis) dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pendahuluan, guru mengadakan pengkondisian kelas dan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik mengenai pembelajaran masalah ketenagakerjaan.
Berdasarkan pengamatan peserta didik sudah memberikan respons yang bagus terhadap pertanyaan guru, namun, masih ada beberapa peserta didik yang asyik berbincang-bincang dengan teman lain. Namun, pada tahap selanjutnya, peserta didik sudah memberikan perhatian penuh kepada guru sehingga memudahkan guru dalam mengkondisikan kelas, namun pada tahap selanjutnya hampir semua peserta didik aktif bertanya jawab.
Analisis penulis, peserta didik lebih percaya diri karena mereka sudah dua kali bertamu ke BLK Semarang Satu, sehingga sudah lebih menguasai materi. Pada tahap mengorientasikan peserta didik terhadap masalah dengan memberikan masalah pada peserta didik yang dicermati dalam kelompok. Setelah peserta didik mencermati sajian masalah, guru mengajukan pertanyaan pengarah untuk mendorong peserta didik memprediksi. Guru mengorganisasi peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil.
Selanjutnya tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan Bertamu ke BLK Semarang Satu Dengan memanfaatkan kalender bekas, setiap tim menyajikan hasil analisisnya. Kelompok lain diberi waktu untuk menanggapi dan guru memberi umpan balik. Selanjutnya guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Guru memberikan penguatan terkait penguasaan materi upah dan pengangguran. Berdasarkan perbandingan hasil rata-rata nilai tes dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PROLTAPE dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menganalisis masalah ketenagakerjaan.
Suspeni, Guru SMAN 14 Semarang.
Komentar Pengunjung