Pantik Konsistensi Siswa Animasi SMKN 11 Semarang Membangun GRIT

Salah satu ciri keberhasilan pembelajaran sebenarnya bukan terletak pada tingginya nilai yang diperoleh siswa. Ketika nilai menjadi satu-satunya tolok ukur, maka sebenarnya kita sebagai guru sedang bermain dengan cara-cara finite game, di satu sisi pendidikan itu sendiri merupakan infinite game. Ketika arah pembelajaran hanya untuk memperoleh nilai-nilai yang tinggi sebagai tolok ukur keberhasilannya, maka kita sedang membuat batasan-batasan pada siswa, padahal ketika tidak diberi batasan ada kemungkinan besar siswa akan mencapai hasil di luar ekspektasi kita. Dikarenakan ada angka-angka tersebut siswa yang sebenarnya bisa mencapai di atas ekspektasi, justru menjadi berhenti dan puas sampai di situ. Akhirnya mereka seakan-akan seperti lilin yang menyala pada ruangan tertutup. Ia nampak paling bagus nyala terangnya karena mampu menerangi ruangan yang gelap dan sempit tersebut, namun setelah jendela dibuka ternyata terangnya kalah dengan cahaya matahari di luar ruangan.

Hal yang mampu memantik mereka untuk mencapai keberhasilan di luar ekspektasi adalah feedback yang bersifat kualitatif bukan angka-angka kuantitatif. Budaya dialektika yang dibangun antara guru dan siswa secara individual itulah yang mampu menjadi bahan bakar mereka untuk terus berlari. Feedback merupakan respon positif dan bukan sekedar penghargaan yang diberikan, namun justru berisi pertanyaan-pertanyaan pemantik sehingga siswa terus berkarya dan akhirnya menjadi kebiasaan untuk menjaga konsistensi. Seseorang yang sudah mampu terus menjaga api konsistensi pada dirinya, maka ia sudah berada pada rel menuju GRIT, karena di dalamnya ada daya juang sebagai effort yang mendukung berkembangnya passion dan talentanya.

Dari proses memberikan feedback secara kontinyu tersebut saya dapat melihat hasil dari daya juang tersebut pada diri siswa. Salah satu siswa yang sampai saat ini mampu menjaga konsistensi tersebut adalah Naufal, siswa kelas X Animasi. Sejak saya kenalkan sebuah market place Threadless.com, Naufal sampai sekarang terus mengirim karya ke market place internasional tersebut. Meskipun ia belum mendapatkan royalty dari karyanya, namun ia berkeyakinan bahwa suatu saat akan mendapatkan dari daya juangnya tersebut. Gambar di atas beberapa contoh karya yang ia buat dan bisa untuk mengisi konten-konten desain kaos dan sejenisnya untuk konsumsi pelanggan internasional. Dari saya kenalkan market place di bulan Februari 2023, ia sudah membuat desain sebanyak 29 karya yang diposting di Threadless.com.

Bahagia ketika melihat Naufal terus konsisten berkarya. Meskipun saat ini belum mendapatkan hasil royalty namun ia punya keyakinan bahwa suatu saat akan memetik hasilnya. Berkaca dari pengalaman mas Dina Prasetyawan yang pernah memberikan motivasi di SMK Negeri 11 Semarang, beliau bercerita bahwa royalty pertamanya ketika sudah mengirim karya di threadless yang ke 43 kalinya. Inilah yang sering saya jadikan acuan untuk memotivasi siswa untuk menjaga konsistensi berkarya. Selamat untuk Naufal, jaga terus api konsistensi ini menuju pada GRIT yang terus menanjak.

 

Penulis       : Diyarko, Guru SMKN 11 Semarang

Editor         : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang