Pembelajaran Mendiaknosis Kerusakan Otomotif Lebih Efektif Dengan Diagram Tulang Ikan

Dalam dunia pendidikan dituntut Tenaga Pendidik yang kreatif dan inovatif dalam  menjalankan tugasnya. Bagaimana kreatifitas Guru mengunakan metode pembelajaran yang cocok dan mudah dipahami  Siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Guru merupakan perencana pelaksanaan pembelajaran yang menentukan keberhasilan Siswa. Menurut Endang Mulyatiningsih (2010 : 45)  bahwa metode pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Dengan perencanaan dan proses pembelajaran berkualitas diharapkan  tujuan pembelajaran akan tercapai, walau pada kenyataannya banyak faktor mempengaruhi  hasil pembelajaran.

Dari pengalaman sebagai pendidik mempelajari otomotif kenyataanya Siswa mengalami kesulitan,  terutama kompetensi dasar Mendiaknosis Kerusakan, pada akhirnya  berdampak Siswa mengalami kesulitan dalam kompetensi prakteknya  memperbaiki kerusakan.  Siswa kesulitan mulai dari mana mendiagnosa kerusakan yang terjadi,  apalagi sampae memulai perbaikan yang dilakukan.

Sebagai mekanik  lama berkecimpung dibidang otomotif tidak memiliki kesulitan, karena mereka sudah memiliki pengalaman dan menjumpai banyak permasalah selama bekerja. Berbeda dengan Siswa, masih belum punya pengalam bekerja, mereka hanya mengandalkan kajian  teori dan praktek terbatas. Walau demikian Siswa bisa diajak untuk berfikir dan berkreatif dalam mendiaknosa kerusakan, Siswa diajak belajar  memiliki pola pikir sama dengan mekanik profesional, dengan memanfaatkan Fishbone diagram, Siswa diajak berfikir secara runtut dan terencana.

Apa itu fishbone diagram? Analisis Fishbone (Diagram Tulang Ikan – karena bentuknya seperti tulang ikan) adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada (Gaspers, 2002.)

Dalam hal ini permasalahan yang kita bicarakan berhubungan dengan  bidang otomotif, memang fishbone diagram biasanya digunkan untuk menganalisa tentang suatu usaha atau bisnis yang tidak bisa berkembang atau mengalami kebangkrutan.

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau  masalah, dan menganalisis masalah tersebut. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, misal mencakup engine, kelistrikan atau sasis, yang tentunya tergantung dari letak masalah yang terjadi.  Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan detail dan runtut. Pada kesempatan inilah setiap individu Siswa diajak berfikir runtut dan menyeluruh terhadap kemungkinan penyelesaian masalah, Siswa yang  memiliki pengetahuan dan kemampua tinggi mampu secara runtut mengungkap dan menyampaekan gagasan dan pendapat guna menemukan perbaikan.

Langkah yang ditempuh dalam pembuatan fishbone diagram menurut Dr. Kaoru Ishikawa profesor teknik dari Jepang yaitu: 1) Mengidentifikasi masalah. Tahap pertama dari diagram fishbone adalah menentukan atau merumuskan masalah atau kerusakan yang terjadi. Masalah  utama atau Trobel shoteng digambarkan dalam bentuk kepala dari diagram fishbone; 2) Mengumpulkan ide untuk mencari faktor utama penyebab. Mengkategorikan atau mengelompokkan penyebab dari masalah yang terjadi. Termasuk faktor yang mungkin menjadi bagian masalah akan menjadi penyusun tulang utama; 3) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah. Dari faktor utama yang telah ditemukan dari pangkal masalah, kita harus mencari kemungkinan penyebabnya. Berbagai kemungkinan penyebab yang kita temukan dari setiap faktor, akan  digambarkan sebagai “tulang” kecil dari “ tulang” utama. Kita harus mencari tahu akar penyebab dari setiap kemungkinan terjadi. Kemungkinan penyebab bisa kita temukan dengan melakukan brainstorming atau kajian literasi atau juga analisis keadaan  dengan observasi; 4) Menganalisis diagram yang sudah dibuat. Merupakan kegiatan tahap akhir dimana sudah kita miliki semua kemungkinan penyebab dari masalah. Kita bisa melakukan analisis lebih lanjut mengenai akar penyebab dengan menginvestigasi atau survai. Dengan begitu kita bisa melihat penyebab potensial yang berkontribusi dalam kerusakan terjadi dan menemukan solusi penyelesainnya.

Penulis mengajar Kls XII Mata Pelajaran Kelistrikan Kendaraan Ringan di SMK N 10 Semarang dengan  Kompetensi Dasar (3.17) Mendiagnosis Kerusakan Sistem Penerangan dan  Panel Instrumen.  Sebagai Contoh  pada KD 3.17 terdapat  masalah  yaitu  lampu besar tidak nyala sebagai suatu permasalahan digambarkan sebagai kepala ikan, Siswa secara runtut memulai menganalisa faktor penyebab utama yang merupakan penyusun “tulang” utama meliputi pengecekan Lampu, Switch dan Relay serta Sirkuit, berikutnya dianalisa secara rinci dianggap sebagai tulang kecil, misal berhubungan dengan  lampu kemungkinan  terjadi head lampu putus,  berikutnya berhubungan  switch dan relay kemungkinan terjadi  head light relay rusak atau combinasi switch rusak begitu selanjutnya dengan sirkuit dilakukan pengecekan fuse head 15 A putus, conektor ada yang lepas, hubungan pada fuse bok ada yang lepas, rangkaean ada yang putus.

Dengan dasar analisa di atas Siswa  akan mudah  melakukan perbaikan sebagai pencapaian KD 4.17. Dengan penulis mengajar mengunakan  metode tersebut menunjukkan Siswa lebih kreatifitas dan inisiatif, serta berani mencoba melakukan perbaika berbagai masalah yang terjadi. Sependapat dengan Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki Siswa setelah menerima pengalaman belajar. Wahidmuri, dkk. (2010:18) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan dapat telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, ketrampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Dengan menggunakan metode sama, semua Guru bisa melakukan pembelajaran dengan efektif pada mendiaknosa kerusakan dan memperbaiki kerusakan sistem lain dengan kompetensi dasar yang berbeda. Jika masalah rumit dan waktunya masih memungkinkan, bisa meningkatkan fishbone diagram dibawa ke diskusi kelas yang bisa dianalisa semua Siswa. Siswa bisa ikut terlibat menyampaekan pendapat terhadap permasalahan atau trouble yang ada sampae terselesaikan, dengan kata lain tujuan pembelajaran tercapai.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Soedjatmiko, S.Pd., Guru Mapel Produktif TKRO

Editor: Tim Humas