Pendidik Hakikatnya Sama dengan Seorang Petani

Sebagai seorang Pendidik, kita kadang meremehkan kekuatan yg kita miliki  untuk memberi dampak dampak besar pada Peserta Didik kita. Meski hanya sekadar senyuman, sikap dukungan sederhana, pujian, dan uluran tangan kita memiliki potensi luar biasa untuk mengubah hidup mereka.

Apa yang harus Penulis lakukan ketika akan memulai jam pembelajaran Praktek kepada anak Peserta Didik? untuk mengingatkan kita semua, tentang pentingnya ‘Mengulurkan Tangan’ kapanpun kepada Peserta Didik kita untuk menciptakan nilai positif dalam episode kehidupan mereka untuk belajar pada masa sekarang.

Kehadiran kita bukan sekadar kehadiran fisik, perhatian, dan kepedulian kita sekecil apapun akan sangat berarti untuk mereka, memfasilitasi apa yg mereka butuhkan, dan memberikan dukungan, dapat mencerahkan hati dan harapan mereka.

Memberikan empati tanpa membeda bedakan Peserta Didik kita, akan berdampak terciptanya lingkungan belajar yang penuh kasih sayang, memperkuat kebaikan, dengan memberi penghargaan, menyebarkan berita dan inspirasi baik untuk Peserta Didik kita, semua pemikiran positif yang kita berikan akan memotivasi mereka pentingnya sebuah tindakan kebaikan.

Sebagai seorang Pendidik, membuat dunia kita menjadi lebih baik, dan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan positif bagi Peserta Didik kita, akan membuat sekolah adalah sebagai rumah kedua bagi Peserta Didik kita.

Rumah tempat mereka mendapat pengayoman dan rasa aman, tempat berkembangnya nilai nilai kabaikan dan menciptakan gelombang positif untuk kehidupannya dikelak nanti.

Pendidikan memerdekakan, dalam gagasan KHD sangat erat dgn pemahaman bahwa anak membawa kodratnya masing masing, tugas kita sebagai Pendidik pada hakikatnya sama dengan petani.

Petani menanam padi, ia hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki tanah, memelihara tanaman, memberi rabuk dan air, memusnakan hama-penyakit. Tapi, seorang Petani tidak dapat menjadikan Padi tumbuh menjadi Jagung. Demikian pula seorang anak, namun kita kadang masih memaksa yg kadang tak sesuai kodratnya.

Guru sering menganggap dirinya sebagai paling tahu dan memandang Peserta Didik sebagai tidak tahu. Guru memang tidak bisa disalahkan jika tidak mengenal pemikiran KHD ini, karena jarang diulas dan didiskusikan dalam bangku kuliah. Sebagai seorang Guru demi membimbing Peserta Didik kita meraih masa depan mereka, marilah kita SELALU LAKUKAN YANG TERBAIK, DEMI KEBAIKAN.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Joko Suwignyo, S.Pd., ST., Guru Produktif TSM

Editor: Tim Humas