Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar Siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan. Berdasarkan pasal 1 ayat (11), (12, (13) UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan di Indonesia mempunyai 3 jalur utama yaitu formal, nonformal dan informal. Sekolah adalah salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan formal dimana di dalamnya terdapat kurikulum yang terdiri dari kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yang nantinya mengisi lapangan pekerjaan.
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan Siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan Siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan banyak program keahlian yang disesuaikan dengan dilihat dari hasil belajar Siswanya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa belum maksimalnya hasil belajar Siswa pada mata pelajaran tertentu dapat disebabkan karena tidak berkembangnya satu atau dua faktor yang berpengaruh pada proses pembelajaran di dalam kelas.
Di SMKN 10 Semarang, Siswa dinyatakan kompeten pada mata pelajaran teknologi dasar otomotif apabila Siswa dapat mencapai nilai minimal 75, dan yang belum mencapai nilai tersebut maka Siswa harus melakukan remidi dan mengerjakan penugasan sesuai dengan KD yang nilainya kurang. Berdasarkan data hasil ulangan mata pelajaran teknologi dasar otomotif pada KD memahami klasifikasi engine, saat ini belum semua Siswa dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),Dari hasil evaluasi pada pembelajaran Teknologi Dasar Oromotif di bengkel Kerja Bangku baik secara praktik pengelasan, mengikir, memotong, maka dari itu Guru mengambil cara belajar mengunakan tutor sebaya.
Metode Tutor Sebaya adalah cara yang digunakan oleh Guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana sumber belajar dalam metode ini ialah teman sebaya yang lebih pandai, yang pemanfaatannya diharapkan dapat memberikan bantuan belajar kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar Siswa dapat meningkat. Teman sebaya ini dipilih oleh Guru atas dasar berbagai pertimbangan, seperti Siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor ditugaskan membantu Siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Guru.
Melalui tutor sebaya, Siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu Siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian, Siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih memahaminya dan Siswa lain yang bukan tutor juga akan lebih memahami materi karena tidak ada rasa malu atau takut dalam diri Siswa untuk bertanya kepada tutor yang tidak lain adalah teman sebayanya.
SMK Negeri 10 Semarang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang membuka program keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang di dalamnya terdapat mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif. Pelajaran teknologi dasar otomotif merupakan salah satu mata pelajaran dasar keahlian yang diajarkan pada Siswa kelas X. kelebihan metode tutor sebaya yaitu dalam penerapannya, Siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, Siswa yang dianggap pandai bisa mengajari atau menjadi tutor bagi temannya yang kurang pandai atau ketinggalan materi pelajaran. Bagi tutor sendiri, kesempatan itu merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.
Kelebihan lain dari metode tutor sebaya adalah dapat mengatasi masalah klasikal dalam kelas. Masalah klasikal adalah masalah yang terjadi karena kondisi dimana Siswa dalam satu kelas terlalu banyak, tetapi Guru hanya satu. Kondisi pembelajaran seperti itu dapat memunculkan masalah, yaitu: terjadi perbedaan tingkat pemahaman Siswa tentang materi yang disampaikan oleh Guru karena Guru tidak dapat memberikan bantuan secara individual pada setiap Siswa. Siswa yang kurang paham dan tidak mendapatkan kesempatan dibimbing menjadi ketinggalan materi sedangkan Guru sudah melanjutkan pada materi selanjutnya, sehingga Siswa yang seperti ini merasa malas untuk mengikuti lagi.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Andi Tri Cahyono, S.Pd., Guru Produktif TKR
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung