Penguatan Budi Pekerti pada Kurikulum Merdeka Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa

Kurikulum Merdeka, sebuah inovasi pendidikan yang mengedepankan pengembangan karakter peserta didik, telah membuka ruang bagi pembelajaran bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa. Lebih dari sekadar mata pelajaran, Bahasa Jawa dalam konteks ini berperan sebagai wahana untuk menumbuhkan budi pekerti, nilai-nilai moral, dan kepribadian positif pada siswa.

Filosofi yang mendasari Bahasa Jawa melampaui aspek linguistik semata. Nilai-nilai luhur seperti unggah-ungguh, ngajeni, dan gotong royong tertanam dalam setiap ungkapan dan tata bahasa. Dengan memahami filosofi ini, siswa tidak hanya belajar berbicara, tetapi juga menjiwai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Bahasa, dalam hal ini, menjadi cerminan karakter dan identitas budaya.

Pembelajaran Bahasa Jawa tidak sekadar menghafal kosakata dan tata bahasa. Lebih dari itu, bahasa ini menjadi alat untuk menanamkan nilai-nilai moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui cerita rakyat, pantun, dan pepatah Jawa, siswa diajak untuk merenung dan menghayati nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kerendahan hati.

Selain itu, Bahasa Jawa juga mengajarkan pentingnya etika dalam berkomunikasi. Norma-norma sopan santun yang melekat dalam bahasa ini menjadi pedoman bagi siswa dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai bahasa, tetapi juga memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dan santun.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, pembelajaran Bahasa Jawa juga berkontribusi dalam pengembangan empat pilar utama pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk menjadi. Dengan memahami Bahasa Jawa, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang budaya Jawa, tetapi juga mengembangkan keterampilan berbahasa, kemampuan bekerja sama, dan sikap saling menghormati.

Sebagai kesimpulan, Bahasa Jawa dalam Kurikulum Merdeka memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan karakter siswa. Melalui pembelajaran bahasa ini, siswa tidak hanya menguasai keterampilan berbahasa, tetapi juga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai luhur bangsa. Dengan demikian, Bahasa Jawa menjadi pilar penting dalam upaya mencetak generasi muda yang berkarakter, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Implementasi pembelajaran Bahasa Jawa di kelas dapat menjadi tantangan tersendiri bagi guru, terutama dalam menjaga minat dan semangat siswa. Namun, dengan kreativitas dan pendekatan yang tepat, pembelajaran Bahasa Jawa bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Berikut ini adalah beberapa contoh implementasi pembelajaran Bahasa Jawa yang dapat diterapkan di kelas untuk menghidupkan suasana belajar dan memperdalam pemahaman siswa terhadap budaya Jawa.

Salah satu metode yang efektif dalam mengajarkan Bahasa Jawa adalah pembelajaran berbasis proyek. Dalam pendekatan ini, siswa didorong untuk aktif dalam proses belajar melalui pembuatan proyek-proyek kreatif. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat kamus mini yang berisi kosakata Bahasa Jawa sehari-hari yang sering digunakan. Proyek ini tidak hanya membantu siswa mengenal dan memahami kosakata dalam Bahasa Jawa, tetapi juga melatih kemampuan mereka dalam mengorganisir informasi. Untuk memperkaya kamus mereka, siswa dapat menambahkan ilustrasi yang digambar sendiri atau mencari gambar dari internet. Kegiatan ini dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran dan memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam.

Selain itu, menulis cerita pendek dalam Bahasa Jawa bisa menjadi kegiatan yang menantang sekaligus menyenangkan. Siswa dapat diminta untuk menulis cerita pendek dengan tema bebas, yang bisa diangkat dari pengalaman pribadi, dongeng, atau cerita rakyat Jawa. Proses menulis cerita ini memungkinkan siswa untuk berlatih menggunakan Bahasa Jawa dalam konteks yang kreatif, serta mengeksplorasi kekayaan budaya dan tradisi Jawa. Dengan membebaskan siswa memilih tema, mereka akan merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk menghasilkan karya yang terbaik.

Tidak hanya terbatas pada tulisan, siswa juga bisa diajak untuk membuat video pendek yang menampilkan percakapan sehari-hari dalam Bahasa Jawa. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelompok, di mana setiap siswa memiliki peran yang berbeda, baik sebagai penulis naskah, pemeran, maupun pengedit video. Contoh percakapan yang bisa diangkat antara lain percakapan di pasar, di rumah, atau di sekolah. Melalui pembuatan video ini, siswa dapat belajar Bahasa Jawa secara interaktif dan kolaboratif, serta mengasah keterampilan teknologi mereka.

Untuk menarik minat siswa, penggunaan media pembelajaran yang menarik juga sangat penting. Salah satu media yang dapat digunakan adalah game edukasi berbasis Bahasa Jawa. Guru dapat memanfaatkan game edukasi yang tersedia secara online atau bahkan membuat sendiri. Game ini bisa berupa kuis, teka-teki, atau permainan kata yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa tentang Bahasa Jawa sambil tetap menyenangkan. Dengan pendekatan ini, siswa akan lebih antusias dalam belajar karena merasa seperti sedang bermain, bukan hanya belajar.

Lagu dan musik juga bisa menjadi alat bantu yang efektif dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Guru dapat memperdengarkan lagu-lagu Jawa kepada siswa atau bahkan mengajak mereka untuk menciptakan lagu sendiri dengan lirik dalam Bahasa Jawa. Musik tidak hanya membuat suasana kelas lebih hidup, tetapi juga membantu siswa menghafal kosakata dan ungkapan Bahasa Jawa dengan lebih mudah melalui melodi yang mereka sukai.

Selain itu, boneka dapat menjadi media yang menarik untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Guru bisa menggunakan boneka untuk berdialog dalam Bahasa Jawa, sehingga siswa merasa lebih terlibat dan antusias. Dengan adanya karakter boneka, siswa tidak akan merasa bosan dan lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Integrasi Bahasa Jawa dengan mata pelajaran lain juga bisa menjadi strategi yang efektif. Misalnya, dalam pelajaran Matematika, guru bisa membuat soal cerita dalam Bahasa Jawa yang sekaligus melatih kemampuan berhitung dan berbahasa siswa. Contoh lainnya adalah dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), di mana konsep-konsep seperti bagian-bagian tubuh, nama-nama hewan, atau tumbuhan bisa dijelaskan dalam Bahasa Jawa. Integrasi ini tidak hanya memperkaya pembelajaran Bahasa Jawa, tetapi juga membantu siswa memahami mata pelajaran lain dengan cara yang lebih kontekstual dan relevan.

Bahasa Jawa juga bisa diintegrasikan dengan pelajaran Seni Budaya. Misalnya, siswa bisa diajak membuat karya seni seperti batik, wayang, atau anyaman sambil belajar kosakata dan ungkapan yang berkaitan dengan seni tersebut. Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan siswa pada seni dan budaya Jawa, tetapi juga memperkuat penguasaan Bahasa Jawa mereka.

Untuk menambah keaslian dan kedalaman pembelajaran, pembelajaran berbasis budaya juga sangat dianjurkan. Salah satu caranya adalah dengan mengajak siswa mengunjungi tempat-tempat wisata budaya seperti museum, candi, atau desa wisata. Di sana, siswa dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat dan mempraktikkan Bahasa Jawa dalam situasi nyata. Pengalaman ini akan memberikan dampak yang lebih mendalam dibandingkan pembelajaran di dalam kelas saja.

Mengundang narasumber dari tokoh masyarakat atau seniman Jawa juga bisa menjadi pilihan yang menarik. Narasumber dapat berbagi cerita dan pengalaman tentang budaya Jawa, memberikan inspirasi dan wawasan baru kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat belajar Bahasa Jawa dari perspektif yang lebih luas dan mendapatkan pemahaman yang lebih kaya tentang kebudayaan Jawa.

Merayakan hari besar Jawa seperti Tahun Baru Jawa, Sekaten, atau Grebeg juga bisa menjadi kesempatan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Dalam perayaan ini, siswa bisa diajak untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan yang mengedepankan penggunaan Bahasa Jawa, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keterlibatan langsung dalam perayaan budaya ini akan memperkuat ikatan siswa dengan Bahasa Jawa dan budaya Jawa itu sendiri.

Akhirnya, penilaian yang menyenangkan adalah bagian penting dari proses pembelajaran. Salah satu bentuk penilaian yang dapat diterapkan adalah dengan menampilkan drama pendek berbahasa Jawa. Melalui drama, siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari dengan cara yang kreatif dan interaktif. Selain itu, guru juga bisa mengadakan lomba cerdas cermat dengan pertanyaan-pertanyaan seputar Bahasa Jawa dan budaya Jawa. Lomba ini tidak hanya menilai pengetahuan siswa, tetapi juga mendorong semangat kompetisi yang sehat di antara mereka.

Portofolio juga bisa menjadi alat penilaian yang efektif, di mana siswa mengumpulkan hasil karya mereka dalam bentuk portofolio untuk menunjukkan perkembangan kemampuan berbahasa Jawa mereka. Melalui portofolio, guru dapat melihat kemajuan siswa secara holistik dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk peningkatan lebih lanjut.

Dengan menerapkan berbagai contoh implementasi pembelajaran Bahasa Jawa di atas, guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih hidup, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Lebih dari sekadar pembelajaran bahasa, siswa juga diajak untuk mengenal, memahami, dan mencintai budaya Jawa dengan lebih mendalam.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Kholifah Martha Yunsyah, S. Pd., Guru Mapel Bahasa Jawa

Editor: Tim Humas dan Literasi