Pentingnya Pembelajaran Numerasi dalam Pendidikan Kewirausahaan

Dari berita yang dibaca di surat kabar, Tokopedia resmi melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 450 karyawannya. Perusahaan yang kini di bawah kendali induk usaha TikTok, Bytedance, telah memberikan penjelasan terkait keputusan ini. Menurut Direktur Corporate Affairs Tokopedia dan ShopTokopedia, Nuraini Razak, PHK dilakukan untuk memperkuat dan mengembangkan perusahaan. Penggabungan antara Tokopedia dan TikTok Shop memicu perubahan dalam struktur organisasi, dan penyesuaian ini merupakan bagian dari strategi perusahaan agar dapat terus tumbuh.

Di sisi lain, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa pada periode Januari-Februari 2024, ada 7.694 buruh dalam negeri yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di seluruh Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa PHK tidak hanya terjadi di sektor teknologi, tetapi juga merambah sektor-sektor lainnya. Berikut rincian lebih lanjut mengenai jumlah PHK di beberapa provinsi. Pemecatan paling banyak terjadi di DKI Jakarta, dengan jumlah 3.651 orang atau 47,45% dari total buruh yang ter-PHK secara nasional. Diikuti oleh Jawa Tengah, dengan 2.886 orang yang mengalami PHK. Jawa Barat juga memiliki jumlah pemecatan yang signifikan, yaitu 654 orang.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Tokopedia dan industri garmen tidak hanya mempengaruhi karyawan yang langsung terdampak, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas pada masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kasus-kasus ini menimbulkan ketidakstabilan bagi karyawan yang tersisa. Ketidakpastian mengenai masa depan pekerjaan mereka dapat memicu stres dan kecemasan yang berkelanjutan. Perasaan was-was ini mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mental para pekerja, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Selain itu, PHK mengurangi kesempatan kerja secara signifikan. Karyawan yang kehilangan pekerjaan di perusahaan besar seperti Tokopedia mungkin menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan baru yang setara. Hal ini diperparah oleh kondisi pasar kerja yang semakin kompetitif, di mana banyak pekerja yang mencari posisi yang terbatas. Dampaknya, mereka harus bersaing lebih keras, yang dapat memperpanjang masa pengangguran dan menambah tekanan finansial.

Dampak ekonomi dari PHK juga tidak bisa diabaikan. Kehilangan pekerjaan berarti kehilangan sumber penghasilan, yang mempengaruhi kemampuan karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memenuhi kewajiban finansial seperti membayar cicilan, sewa, dan biaya pendidikan. Penurunan daya beli ini pada gilirannya dapat mempengaruhi perekonomian lokal dan nasional, karena konsumsi rumah tangga merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan persaingan di pasar tenaga kerja menjadi tantangan berikutnya. Karyawan yang di-PHK harus bersaing dengan banyak pekerja lain yang juga mencari pekerjaan baru. Ini menambah tekanan bagi mereka yang mencari pekerjaan dan dapat membuat proses pencarian menjadi lebih sulit dan memakan waktu. Bagi industri garmen dan sektor lainnya yang mengalami PHK massal, kondisi ini menciptakan lingkaran setan di mana penurunan daya beli karyawan yang di-PHK dapat berdampak negatif pada permintaan produk, yang kemudian dapat menyebabkan lebih banyak PHK.

Dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk situasi seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Salah satu langkah strategis yang dapat diambil adalah memperkuat program pendidikan kewirausahaan. Melalui program ini, siswa dapat belajar bagaimana memulai dan mengelola bisnis mereka sendiri. Dengan memiliki keterampilan kewirausahaan, mereka akan memiliki alternatif karier yang dapat diandalkan jika menghadapi PHK di masa depan.

Dalam pendidikan kewirausahaan, peserta didik diajarkan tentang berbagai aspek yang terkait dengan memulai, mengembangkan, dan menjalankan bisnis. Materi seperti perencanaan bisnis memberikan siswa pemahaman tentang bagaimana merancang strategi bisnis yang efektif. Manajemen keuangan mengajarkan cara mengelola keuangan bisnis dengan baik, sedangkan pemasaran membantu siswa memahami cara mempromosikan produk atau jasa mereka. Selain itu, manajemen operasional memberikan wawasan tentang cara mengelola proses bisnis sehari-hari, dan pengembangan produk menekankan pentingnya inovasi dan kualitas dalam menciptakan produk yang kompetitif di pasar.

Pendidikan kewirausahaan juga menekankan pengembangan sikap kewirausahaan yang esensial untuk sukses. Siswa diajarkan untuk menjadi kreatif dan inovatif, mampu menghasilkan ide-ide baru yang dapat diimplementasikan dalam bisnis mereka. Ketekunan adalah kualitas penting lainnya, membantu siswa untuk tetap gigih dan tidak mudah menyerah meskipun menghadapi tantangan. Kemampuan mengambil risiko juga diajarkan, mengingat bahwa setiap bisnis pasti menghadapi ketidakpastian, dan keberanian untuk mengambil risiko yang terukur seringkali menjadi kunci keberhasilan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), indikator didefinisikan sebagai variabel kendali yang bisa dipakai mengukur perubahan yang terjadi pada suatu kejadian maupun kegiatan. Untuk menilai efektivitas pendidikan kewirausahaan, beberapa indikator dapat digunakan sebagai pengukur variabel tersebut. Menurut Bukirom dkk (2014), terdapat beberapa indikator utama yang dapat digunakan untuk mengukur pendidikan kewirausahaan.

Pertama, metode yang digunakan dalam pendidikan kewirausahaan merupakan indikator penting. Metode ini mencakup berbagai pendekatan pengajaran seperti ceramah, diskusi, studi kasus, simulasi bisnis, dan proyek kewirausahaan. Metode yang beragam dan inovatif dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memberikan pengalaman praktis yang lebih mendalam. Metode yang efektif mampu menginspirasi siswa dan memberikan mereka keterampilan yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang sukses.

Kedua, materi kewirausahaan yang diberikan dalam pendidikan kewirausahaan juga menjadi indikator yang krusial. Materi ini mencakup topik-topik seperti perencanaan bisnis, manajemen keuangan, pemasaran, manajemen operasional, dan pengembangan produk. Materi yang komprehensif dan relevan membantu siswa memahami seluruh aspek dalam memulai dan menjalankan bisnis. Selain itu, materi yang terus diperbarui sesuai dengan tren pasar dan kebutuhan industri dapat memastikan bahwa siswa mendapatkan pengetahuan yang up-to-date dan aplikatif.

Ketiga, tujuan dari pengajaran pendidikan kewirausahaan dalam menumbuhkan niat wirausaha adalah indikator lain yang signifikan. Pendidikan kewirausahaan harus dirancang untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk menjadi wirausaha. Tujuan ini dapat dicapai melalui pengajaran yang inspiratif, pemberian contoh-contoh nyata dari pengusaha sukses, dan penciptaan lingkungan belajar yang mendukung inovasi dan kreativitas. Ketika siswa memiliki niat yang kuat untuk berwirausaha, mereka lebih mungkin untuk mengejar dan mencapai tujuan bisnis mereka.

Terakhir, pendidikan kewirausahaan yang efektif juga harus mampu menumbuhkan kesadaran siswa tentang adanya peluang bisnis. Siswa harus diajarkan untuk melihat peluang di sekitar mereka dan mengidentifikasi kebutuhan pasar yang belum terpenuhi. Kesadaran ini dapat dibangun melalui analisis pasar, penelitian lapangan, dan diskusi tentang tren bisnis terbaru. Dengan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap peluang bisnis, siswa dapat lebih proaktif dalam mengejar ide-ide bisnis mereka dan meraih kesuksesan.

Salah satu variabel penting dalam keberhasilan pendidikan kewirausahaan adalah penguatan pembelajaran numerasi bagi siswa. Numerasi, atau kemampuan menggunakan matematika dan berpikir kuantitatif dalam kehidupan sehari-hari, memiliki peran vital dalam dunia bisnis dan kewirausahaan. Penguatan numerasi memberikan fondasi yang kuat bagi siswa untuk memahami berbagai aspek bisnis, mulai dari pengelolaan keuangan hingga analisis pasar.

Pembelajaran numerasi yang kuat membantu siswa dalam merancang perencanaan bisnis yang matang. Mereka mampu membuat proyeksi keuangan yang realistis, mengelola anggaran, dan menghitung biaya serta pendapatan dengan akurat. Kemampuan ini sangat penting untuk memastikan bahwa bisnis yang dirintis dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tanpa keterampilan numerasi yang memadai, pengusaha pemula mungkin menghadapi kesulitan dalam menjaga kesehatan keuangan bisnis mereka.

Selain itu, penguatan numerasi juga berperan dalam pengambilan keputusan yang berbasis data. Dalam dunia bisnis, keputusan seringkali harus dibuat berdasarkan analisis data kuantitatif. Dengan keterampilan numerasi yang baik, siswa dapat menganalisis data penjualan, memahami tren pasar, dan membuat keputusan yang didasarkan pada bukti-bukti konkret. Ini membantu mereka mengurangi risiko dan meningkatkan peluang keberhasilan bisnis.

Kemampuan numerasi juga mendukung siswa dalam memahami dan mengelola risiko. Dalam berwirausaha, memahami konsep probabilitas dan statistik adalah hal yang esensial. Dengan pengetahuan ini, siswa dapat menilai risiko yang terkait dengan berbagai pilihan bisnis dan membuat strategi mitigasi yang tepat. Mereka juga dapat mengukur kinerja bisnis mereka melalui indikator kuantitatif dan menyesuaikan strategi mereka berdasarkan analisis tersebut.

Selain aspek-aspek teknis, penguatan numerasi juga membantu dalam pengembangan sikap kewirausahaan yang positif. Kemampuan untuk berpikir secara logis dan kritis yang ditumbuhkan melalui pembelajaran numerasi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi tantangan bisnis. Mereka menjadi lebih mandiri dan mampu menemukan solusi kreatif untuk berbagai masalah yang muncul dalam perjalanan bisnis mereka.

Oleh karena itu, pengelola pendidikan kewirausahaan harus memastikan bahwa pembelajaran numerasi menjadi bagian integral dari kurikulum mereka. Dengan memperkuat kemampuan numerasi, siswa akan memiliki alat yang diperlukan untuk sukses dalam dunia bisnis. Mereka akan lebih siap untuk menghadapi tantangan, membuat keputusan yang tepat, dan mengelola bisnis mereka dengan efektif.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang

Baca juga artikel berikut :

Kepala SMKN 10 Semarang Berbagi Penguatan Numerasi di SMKN 1 Kaligondang

Tingkatkan Literasi Dan Numerasi, SMAN 1 Rowokele Gandeng SMKN 10 Semarang

SMKN 10 Semarang Menjadi Rujukan Penguatan Literasi Guru Di SMK Teuku Umar

Workshop Peningkatan Kapabilitas GTK di SMKN 9 Surakarta