Projek Membuat Sabun Cuci Tangan, pada Mapel IPA melatih Kewirausahaan

Pendidikan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah bidang studi yang memungkinkan Siswa untuk memahami dunia di sekitar mereka melalui eksplorasi ilmiah. Salah satu metode pembelajaran yang sangat efektif dalam pelajaran IPA adalah Project-Based Learning (PjBL), di mana Siswa belajar melalui projek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu projek menarik yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah membuat sabun cuci tangan sendiri.

Dengan membuat sabun cuci tangan, Siswa menerapkan hidup bersih mulai dari kebersihan tangan yang bebas dari bakteri atau virus setelah melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas yang lain, misal sebelum makan Siswa peduli akan kebersihan tangan setelah berolahraga, dan sebagainya.

Selain melatih Siswa hidup sehat, pembelajaran PjBl dengan membuat sabun cuci tangan melatih Siswa untuk memiliki jiwa wirausaha, yaitu memiliki sifat, karakteristik, dan sikap yang mendukung kemampuan untuk memulai, mengelola, dan mengembangkan usaha bisnis atau projek dengan gagasan kreatif dan orientasi pada keuntungan. Dengan berlatih membuat projek yang sederhana, maka Siswa akan memiliki karakter yang unggul seperti:

  1. Inisiatif, kemampuan Siswa untuk mengidentifikasi peluang bisnis atau tantangan, dan mereka tidak ragu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi atau memanfaatkannya.
  2. Kreativitas, mendorong Siswa untuk berpikir kreatif, menemukan solusi inovatif, dan menghadapi masalah dengan pendekatan yang berbeda.
  3. Ketekunan, melatih Siswa tidak mudah menyerah ketika menghadapi rintangan atau kegagalan. Mereka memiliki tingkat ketekunan yang tinggi dan tekad untuk terus mencoba dan belajar dari pengalaman.
  4. Kepemimpinan, kemampuan Siswa untuk memimpin, memotivasi tim, dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama adalah salah satu aspek penting dari memiliki jiwa wirausaha.
  5. Kemampuan Mengambil Risiko, kemampuan Siswa untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko. Wirausahawan terbiasa dengan risiko yang terkendali dan siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
  6. Orientasi pada Keuntungan, meskipun tidak semua harus berorientasi pada keuntungan finansial, sebagian besar wirausahawan memiliki tujuan untuk mencapai keberhasilan finansial dan memastikan usaha mereka dapat berkelanjutan.
  7. Inovasi, melibatkan Siswa untuk pengembangan produk atau layanan baru atau perubahan signifikan dalam cara bisnis dilakukan.
  8. Kemandirian, kemampuan Siswa untuk mengambil keputusan yang memengaruhi usaha mereka tanpa terlalu banyak ketergantungan pada orang lain.
  9. Adaptabilitas, kemampuan Siswa untuk beradaptasi dengan perubahan pasar, teknologi, dan lingkungan bisnis.

Memiliki jiwa wirausaha bukan hanya tentang memulai bisnis sendiri; ini juga dapat berarti memiliki mentalitas wirausaha dalam konteks organisasi atau dalam mengatasi masalah sehari-hari. Orang yang memiliki jiwa wirausaha cenderung mencari peluang, berpikir kreatif, dan bertindak dengan tekad untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan.

Dalam proses pembelajaran dengan model PjBL, Siswa melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

Langkah 1, Identifikasi Tujuan Pembelajaran. Sebelum memulai projek, Guru perlu mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam projek membuat sabun cuci tangan, beberapa tujuan pembelajaran yang dapat diidentifikasi termasuk pemahaman tentang kimia dasar, khususnya reaksi saponifikasi, pemahaman tentang pentingnya kebersihan tangan, serta kemampuan mengamati, mengukur, dan merekam data.

Langkah 2, Penjelasan Konsep Dasar. Guru harus memberikan penjelasan tentang konsep dasar yang relevan dengan projek ini. Ini termasuk penjelasan tentang apa itu sabun, bagaimana sabun bekerja untuk membersihkan tangan, dan reaksi kimia yang terlibat dalam pembuatan sabun (saponifikasi). Ini akan membantu Siswa memahami mengapa sabun cuci tangan diperlukan dan bagaimana mereka dapat membuatnya sendiri.

Langkah 3, Perencanaan Projek. Setelah Siswa memahami konsep dasar, mereka dapat mulai merencanakan projek. Ini termasuk merumuskan pertanyaan penelitian, mengidentifikasi bahan dan peralatan yang diperlukan, serta merancang percobaan. Siswa juga perlu merencanakan bagaimana mereka akan mengukur efektivitas sabun yang mereka buat dalam membersihkan tangan.

Langkah 4, Pelaksanaan Projek. Siswa kemudian akan melaksanakan projek, mengikuti rencana yang telah mereka buat. Mereka akan mencampur bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sabun, melakukan eksperimen, dan mengukur hasilnya. Selama proses ini, Siswa akan mengembangkan keterampilan laboratorium yang penting dalam pembelajaran IPA.

Langkah 5, Analisis Data. Setelah mengumpulkan data dari eksperimen mereka, Siswa akan menganalisis data untuk menentukan seberapa efektif sabun cuci tangan yang mereka buat dalam membersihkan tangan. Mereka dapat membandingkan hasilnya dengan sabun komersial dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sabun.

Langkah 6, Presentasi Hasil. Siswa dapat mempresentasikan hasil projek mereka kepada kelas atau kelompok mereka. Mereka dapat berbagi temuan mereka, menjelaskan proses yang mereka gunakan untuk membuat sabun, dan menggambarkan bagaimana projek ini membantu mereka memahami konsep IPA yang relevan.

Projek pembelajaran berbasis IPA ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada Siswa untuk memahami konsep-konsep ilmiah yang penting, tetapi juga mengajarkan mereka keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan sehari-hari. Dengan membuat sabun cuci tangan sendiri, Siswa tidak hanya belajar tentang kimia dasar, tetapi juga mengembangkan pemahaman tentang pentingnya kebersihan tangan. Projek seperti ini memungkinkan Siswa untuk belajar sambil bermain, meningkatkan motivasi belajar mereka, dan menghubungkan pembelajaran mereka dengan kehidupan nyata.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Drs. Mardiyanto, M.Kom., Guru Mapel IPA

Editor: Tim Humas