“Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan Anda dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku Anda. Dan perilaku sukar diajarkan, bahkan kepada orang-orang yang sangat cerdas”. Itulah quote luar biasa dari Morgan Housel dalam buku yang sedang saya baca The Psychology of Money.
Sabtu kemarin karena permintaan si kecil, saya mengunjungi sebuah toko buku di Jalan Pemuda Semarang. Si kecil berpesan untuk dibelikan buku OSN Ekonomi. Setelah dibantu SPG Toko, kebiasaan saya adalah mengamati deretan judul buku di rak yang tertata rapi. Dari satu rak bergerak ke rak lain menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya.
Toko buku sekarang memang pelit ilmu. Buku sudah dipasang plastik sehingga tidak bisa melihat dulu isi dalamnya. Ini mungkin bagian dari strategi toko buku agar calon pembeli penasaran dengan isi di dalamnya. Maka jadinya saya hanya membaca judul dan ulasan sedikit di halaman belakang.
Judulnya seperti yang saya sebut di atas dengan deskripsi menantang tertulis pelajaran abadi mengenai kekayaan, ketamakan dan kebahagiaan. Maka saya putuskan untuk mengganti harga buku yang tertera dengan uang seratus ribu rupiah.
Dan pagi ini saya menikmati segelas empon-empon sambil menyelami tulisan luar biasa dari isi buku ini. Dampak membaca buku tidak hanya terasa sebagai reaksi sesaat. Para peneliti mengatakan terhanyut dalam setiap kata yang tertuang dalam buku dapat memicu perubahan pada otak yang bisa bertahan selama lima hari setelah membaca.
Sebuah riset baru yang dilakukan di Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa membaca buku dengan kualitas isi yang baik dapat meningkatkan konektivitas pada perubahan otak dan saraf yang terus menerus berlangsung.
Perubahan tersebut terjadi pada korteks temporal sebelah kiri yang merupakan sebuah area yang terkait dengan penerimaan otak terhadap bahasa. Bagian ini juga merupakan area sensor motorik yang terdapat pada otak.
Saat membaca, pada area tersebut terjadi fenomena yang disebut grounded cognition yang bekerja untuk mengelabui pikiran agar memikirkan tentang hal yang sedang dibaca, sehingga pikiran pun percaya bahwa kita melakukannya, padahal tidak sama sekali.
Seperti dilansir dari independent.co.uk, penelitian ini melibatkan 21 murid. Mereka diminta untuk membaca buku yang sama, yaitu Pompeii. Buku karya Robert Harris diterbitkan pada tahun 2003 dan ber-genre thriller.
“Ceritanya, pemeran utama dalam novel ini sedang berada di luar kota Pompeii dan menyadari bahwa ada uap air dan keanehan yang muncul dari sebuah gunung api,” ucap Berns.
“Ini merupakan penggambaran kejadian yang sebenarnya melalui dengan kemasan fiksi dan lebih dramatis. Hal yang penting buat kami adalah buku ini punya narasi yang kuat,” imbuhnya.
Dalam waktu 19 hari mereka membaca buku ketika malam hari, paginya mereka diminta untuk melakukan MRI scan. Hasilnya memang ada perubahan saraf seperti yang dijelaskan di atas.
Ketika bukunya selesai dibaca, lima hari kemudian otak mereka pun di-scan. Pada otak mereka ditemukan ada perubahan pada saraf yang masih terjadi walaupun sudah menginjak hari ke lima setelah selesai membaca buku. Hal ini membuktikan bahwa dampak membaca buku tidak hanya terasa sebagai reaksi sesaat, tapi mempunyai pengaruh yang lebih lama.
Sebagai penutup dalam tulisan ini, mengistirahatkan otak di hari libur Sabtu dan Minggu dari rutinitas pekerjaan dapat dilakukan dengan membaca buku. Sebuah aktifitas yang menyenangkan sekaligus memberi nutrisi tambahan pada otak kita.
Bumi Pucanggading, 20 Pebruari 2022.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang.
Komentar Pengunjung