P5 merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar peserta didik. P5 menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang berbeda dengan pembelajaran di kelas pada umumnya. Ada enam ciri yang menjadi dimensi atau kompetensi profil pelajar Pancasila, yaitu (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) berkebhinekaan global; (3) bergotong royong; (4) mandiri; (5) bernalar kritis; dan (6) kreatif. Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut dilakukan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.
Projek adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu dengan cara menelaah suatu tema menantang. Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk dan/atau aksi. Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Begitu juga dengan SMA Negeri 16 yang baru saja selesai melaksanakan P5, berlangsung dari tanggal 18 Agustus sampai dengan 31 Agustus 2023. Kegiatan P5 dengan mengambil tema Gaya Hidup Berkelanjutan dengan subtema Konservasi Lingkungan Sekolah merupakan kolaborasi dengan program Adi Wiyata. Dalam kegiatan tersebut ada karya yang dibuat oleh siswa antara lain kolase, ecoprint, ecoenzym dan penanaman aloevera.
Sedangkan bahan yang dipakai untuk pembuatan produk merupakan bahan bekas dan bisa didapat dari lingkungan peserta didik tinggal, sebagai contoh dalam pembuatan kolase. Kolase adalah karya seni rupa dengan dua dimensi yang dibuat menggunakan berbagai macam paduan bahan dan dalam pembuatan kolase dengan menggunakan daun dan bunga kering, contoh menggunakan daun bambu, daun nangka, daun pisang dan pelepah pisang. Bahkan untuk membuat pigura, peserta didik menggunakan ranting pohon yang ditata dengan rapi. Produk yang dihasilkan siswa sangat bervariatif, sesuai dengan tema yang ditentukan misalnya gambar pemanasan global, pemandangan alam, biota laut dan yang lainnya. Sedangkan produk yang kedua adalah ecoprint. Ecoprint adalah teknik memberi pola pada bahan atau kain dengan menggunakan bahan alami seperti daun dan bunga. Untuk pembuatan ecoprint, peseta didik menggunakan daun liar yang ada di lingkungan SMAN 16 Semarang dan juga daun yang diambil di sepanjang jalan menuju sekolah. Dalam pembuatan ecoprint, peserta didik menggunakan kain berdasar putih sedangkan hasilnya menjadi kaos, kerudung, taplak meja, dompet, tas dan kain motif sari.
Produk selanjutnya adalah pembuatan ecoenzym, yaitu salah satu cara managemen sampah yang memanfaatkan sisa sisa dapur untuk sesuatu yang bermanfaat. Peserta didik membawa sampah dari rumah berupa kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang lain adalah gula are, molase dan air. Air bisa menggunakan air PDAM, air sumur, air hujan, sedangkan komposisi pembuatan eco enzyme adalah 3 : 1 : 10, di mana komposisi sampah adalah 3, molase atau gula aren 1 dan air 10. Setelah semua bahan tercampur, bahan dituang di toples. Diusahakan toples yang bemulut lebar dan ditempatkan di tempat yang dingin dan berventilasi cukup. 1 bulan pertama akan mengalami fermentasi. Kita bisa menggunakannya atau panen eco enzyme 3 bulan kemudian.
Untuk produk terakhir adalah penanaman aloevera, tanaman aloevera dipilih karena tanaman yang mudah ditanam dan banyak mengandung air. Aloevera juga sangat banyak fungsinya. Antara lain sebagai obat luka dan untuk membuat minuman. Di akhir gelar karya peserta didik juga menampilkan drama musikal dan tarian, sebagian besar dari tema drama dan tari tersebut adalah pemanasan global yang bisa menyebabkan menyusutnya udara yang bersih. Dr. Sri Wahyuni, M.Pd. dalam sambutannya mengatakan dengan menanam aloevera dan melatih peserta didik memanfaatkan bahan bahan bekas untuk membuat produk adalah mendidik peserta didik untuk reuse, reduce dan recycle mendukung kegiatan Adi Wiyata.
Penulis: Sri Sumiyati, S.Pd. Guru SMAN 16 Semarang
Editor: Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Bawen
Komentar Pengunjung