Super Card for Super Gen Z Untuk Pembelajaran Berdifferensiasi Berbasis Teknologi

Saat ini kita sedang berada di era digital, yaitu zaman di mana teknologi mempermudah berbagai kegiatan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam dunia pendidikan khususnya. Perkembangan zaman saat ini yang serba teknologi memunculkan banyak tantangan baru bagi masyarakat dunia khususnya Indonesia. Menurut data BPS dari hasil pendataan Survei Susenas 2022, 66,48% penduduk Indonesia telah mengakses internet di tahun 2022 dan 62,10% di tahun 2021. Tingginya penggunaan internet ini mencerminkan iklim keterbukaan informasi dan penerimaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi. Kini semua tengah membuat formula dalam rangka mempersiapkan generasi yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Formula dipersiapkan dari berbagai elemen termasuk dalam dunia pendidikan. Saat ini sebagai guru kita dihadapkan dengan anak-anak generasi Z yang sudah terbiasa dengan berbagai teknologi yang memberikan kemudahan pada setiap aktivitas mereka sejak mereka lahir. Hal ini membuat gen Z cenderung lebih suka dengan hal-hal yang instan dan tampak mudah. Ditambah lagi ketertarikan pada gawainya sangat tinggi, namun motivasi untuk belajar justru rendah. Beberapa fakta di atas jelas berdampak pada prestasi siswa secara akademik. Sehingga dalam pola pendidikan dan pengajaranpun harus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memaksimalkan potensi para gen Z yang saat ini tengah duduk di bangku sekolah.

Pembelajaran berdifferensiasi berbasis teknologi merupakan salah satu pola pembelajaran yang dapat digunakan dalam memaksimalkan potensi setiap anak. Pembelajaran ini berpusat pada keunikan masing-masing anak mulai dari kesiapan dalam menerima materi, pemahaman materi, maupun gaya belajar. Salah satu karya inovasi yang saya ciptakan sebagai langkah awal dalam menjawab tantangan zaman dengan memanfaatkan teknologi yakni pembuatan ‘Super Card.’ Pembelajaran berdifferensiasi berbasis teknologi dengan ‘Super Card’ telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menyerap, mengolah dan menganalisis materi dengan baik, serta membuat kesimpulan baru dari materi yang telah didapatkan. Ini membuat nilai akademik siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) mengalami peningkatan secara signifikan. Itulah mengapa penulis memilih untuk mengimbaskan praktik baik dengan ‘Super Card’ kepada rekan sejawat dan dunia pendidikan secara umum.

SMKN 1 Pringapus sebagai salah satu SMK di Kabupaten Semarang memiliki hampir 1.300 siswa yang terbagi menjadi 3 jurusan yaitu Busana, Teknik Otomotif dan Desain Komunikasi Visual. Saya mengajar PAI sejak tahun 2022. Setelah beberapa kali tatap muka saya menemukan banyak masalah di antaranya, siswa sulit dikondisikan dari awal pelajaran hingga akhir, mereka lebih cenderung asik dengan gawai masing-masing, kesiapan belajar dan motivasi belajar yang sangat rendah, siswa sering lupa membawa buku cetak, rasa ingin tahu dan inisiatif untuk memahami materi juga kurang sehingga sangat mempengaruhi prestasi akademik mereka. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil asesmen sumatif yang sangat rendah. Saya sebagai guru sangat prihatin dengan situasi dan kondisi siswa. Di sisi lain hal ini membuat saya tertantang untuk membuat sebuah formula baru yang bertujuan untuk membantu siswa menyerap materi yang diajarkan. Menggunakan pola pembelajaran berdifferensiasi dengan memenuhi semua gaya belajar siswa, meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar menggunakan teknologi. Memudahkan siswa dalam mengakses materi ajar sesuai gaya belajar masing-masing dengan menggunakan gawai yang mereka miliki di manapun dan kapanpun. Dengan memanfaatkan teknologi dan menerapkan pembelajaran berdifferensiasi akhirnya saya menciptakan produk inovasi pembelajaran yang diberi nama ‘Super Card.

Pada awal semester, sebagai perencanaan saya telah memberikan tes gaya belajar untuk seluruh siswa yang saya ampu dengan memanfaatkan aplikasi ‘Aku Pintar.’ Dari hasil tes gaya belajar saya mengelompokan siswa menjadi 3 kategori gaya belajar yakni gaya belajar visual, audio visual dan kinestetik. Setelah itu, saya merumuskan kembali satu per satu masalah yang saya hadapi dalam proses pembelajaran di kelas. Dari beberapa masalah yang telah saya sebutkan di atas kemudian saya merancang sebuah kartu di mana dalam sebuah kartu siswa sudah bisa mengakses super materi ajar (SUPRI) dan super projek (SUPJEK) sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Melakukan absen kehadiran dengan fitur lapor diri (POLRI), memantau nilai dengan mengakses fitur pantau nilai (PANTAI), membuka fitur games dengan mengakses super happy (SUPPY), mengumpulkan hasil projek dengan mengakses fitur galeri karya (GAYA), mengajukan pertanyaan dan sharing seputar apapun juga bisa dilakukan dengan mengakses fitur sharing bareng (SHABAR). Semua fitur ini saya sediakan dalam sebuah kartu yang diberi nama ‘Super Card.’ Sebagai penanda, saya membuat super card menjadi 3 warna. Warna merah untuk gaya belajar visual, warna kuning untuk gaya belajar kinestetik dan warna hijau untuk gaya belajar audio visual.

Super Card merupakan produk inovasi yang tepat untuk pembelajaran yang lebih menyenangkan, lebih efektif, sesuai dengan perkembangan teknologi, memudahkan dalam proses belajar siswa, serta memenuhi gaya belajar semua siswa. Hal ini terbukti pada kenaikan nilai akademik siswa yang berangsur-angsur membaik dari waktu ke waktu setelah saya menerapkan pembelajaran berdifferensiasi berbasis teknologi menggunakan super card. Selain nilai akademik naik, para siswa juga mengaku lebih mudah memahami materi pelajaran, lebih merasa antusias dalam belajar, merasa dimudahkan dengan menggunakan super card serta hanya dengan membawa kartu dan gawai mereka sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Hal ini dibuktikan dengan survey kepuasan pada seluruh siswa yang saya ampu di kelas X. Praktik baik ini juga sudah saya desiminasikan pada rekan sejawat pada instansi pendidikan tempat saya ditugaskan. Dengan artikel ini saya berharap dapat mengimbaskan produk inovatif saya pada dunia pendidikan yang lebih luas dan dapat berdampak  pada lebih banyak siswa di Indonesia.

 

Penulis : Ajeng Virga Sawitri Maro, S.Pd., M.Pd., SMKN 1 Pringapus

Editor  : Nurul Rahmawati, S.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang