Secara alami tubuh memiliki zat yang berfungsi sebagai alat pertahanan menghadapi ancaman bibit penyakit. Banyak cara tubuh melakukan pertahanan, dan semua cara itu disebut kekebalan atau imunitas. Kekebalan tubuh berkaitan dengan zat asing yang masuk dan zat anti yang melawannya. Kekebalan tubuh atau imunitas merupakan reaksi tubuh terhadap zat asing yang masuk. Semua zat yang direspon melalui imunitas disebut antigen atau imunogen. Apabila antigen masuk ke dalam jaringan tubuh, protein tubuh yang disebut antibodi atau imunoglobulin segera dikeluarkan, dan sel-sel khusus yang disebut sel T dibentuk. Mikroorganisme dan virus yang berhasil memasuki jaringan tubuh mengandung sejumlah antigen, kemudian terjadi respons imunisasi untuk mencegah dan mengendalikan munculnya penyakit.
Itulah sekelumit materi yang dipelajari para peserta didik kelas 11 Sekolah Menengah Atas (SMA) pada BAB Sistem Pertahanan Tubuh. Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik ketika mempelajari materi itu adalah mampu menganalisis peran sistem imun dan imunisasi terhadap proses fisiologi di dalam tubuh. Sebagai sekolah islam, SMA Islam Hidayatullah Semarang mengintegrasikan materi pembelajaran dengan pengetahuan yang terkandung dalam Al Quran dan Hadits.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya “ shalat tahajud itu dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit “. Sabda Rasulullah tersebut memberikan sebuah peluang untuk menelaah lebih jauh mengenai hubungan praktik ibadah mahdhah dengan alur logika dan pembuktian sains.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut dapat dihubungkan dengan fakta dalam sebuah penelitian yang membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan1. Sebaliknya, stress dapat menyebabkan seseorang sedemikian rentan terhadap infeksi, mempercepat perkembangan sel kanker, dan meningkatkan metastasis2. Dengan demikian, sesuai sabda Nabi tersebut, maka para pengamal shalat tahajud pasti terjamin kesehatannya, baik secara fisik maupun mental. Namun, telaah medis menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok para pengamal shalat tahajud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda. Ada kelompok yang individu sehat dan kelompok yang sakit3.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka Dr. Moh Sholeh melakukan penelitian disertasinya yang memadukan pengetahuan agama dengan pengetahuan sains. Menurutnya, bagi kelompok yang individu yang sakit setelah menjalankan shalat tahajud, mungkin berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas. Melaksanakan shalat tahajud secara terpaksa akan mengakibatkan kegagalan proses adaptasi terhadap irama sirkadian pelakunya. Kondisi psikis seseorang ketika mengerjakan sesuatu secara tidak ikhlas akan menyebabkan terjadinya gangguan adaptasi terhadap irama sirkadian4.
Secara fisiologis, sebenarnya pola kehidupan manusia mempunyai irama sirkadian diurnal. Jika siklus ini ditambah dengan beban melaksnakan shalat tahajud di malam hari, ia akan berubah menjadi nokturnal. Kondisi seperti itu akan menimbulkan gangguan adaptasi yang tercermin pada sekresi hormon kortisol yang tetap tinggi. Sekresi kortisol yang tinggi akan mendatangkan stress. Sementara itu, shalat tahajud yang dilakukan secara kontinyu, tepat, khusyu’, dan ikhlas akan muncul adaptasi terhadap pola perubahan irama sirkadian serta dapat menumbuhkan respons emosi positif. Emosional positif dapat menghindarkan reaksi stress.
Referensi :
- Mc. Cleland D.C., Motivation and Immune Function in Health and Disease, paper presented at The amal Meeting of the Society of Behavioral Medicine, New Orleans, 1985, h. 313.
- S.T. Putra, Biologi Molekul Kedokteran, Surabaya : Unair University Press, 1997, h. 43-46.
- Syaikhu, Manfaat dan Kendala Pengamal Shalat Tahajud, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. 1997
- Sholeh. Moh., Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Respons Ketahanan Tubuh, Jakarta, 2012.
Penulis : Muwahidin, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.
Editor : Annisa Erwindani, S.Pd. Guru SMA Islam Hidayatullah.
Komentar Pengunjung