Tantangan Kekurangan Guru Produktif Kemaritiman dan Solusi Mengatasinya

Pada Rapat Koordinasi Evaluasi Program Bidang KPTK di Bali pada tanggal 14 Desember 2023, Suprapto, Analis Direktorat Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas menjelaskan arah kebijakan pendidikan vokasi bidang kelautan, perikanan, dan TIK dengan menyoroti potensi ekonomi biru di Indonesia. Menurutnya, ekonomi kelautan di Indonesia memiliki dampak signifikan, dengan nilai mencapai lebih dari USD 280 miliar, menjadikan sektor kelautan sebagai salah satu pilar penting dalam perekonomian negara.

Tak hanya itu, pada tahun 2020, sekitar 28,91 juta hektar perairan Indonesia ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP), mencerminkan komitmen dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memastikan keberlanjutan ekosistem kelautan.

Pentingnya sektor kelautan juga tercermin dalam aspek ketenagakerjaan, di mana sektor ini mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada sekitar 7 juta orang. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan vokasi di bidang kelautan, perikanan, dan TIK dianggap krusial untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang terlibat dalam sektor ini memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan industri.

Industri kemaritiman di Indonesia memiliki potensi besar, membentang melalui beberapa sektor kunci yang berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Pertama, industri perikanan menjadi salah satu pilar utama dengan potensi sumber daya laut yang melimpah di sekitar perairan Indonesia. Selanjutnya, industri berbasis sumber daya lokal memberikan dampak positif pada perekonomian lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Industri perkapalan memiliki peran vital dalam mendukung konektivitas maritim dan perdagangan internasional. Sementara sektor pariwisata bahari menjadi daya tarik tersendiri dengan keindahan bawah laut, pantai eksotis, dan keanekaragaman hayati laut, yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.

Industri jasa transportasi dan perdagangan, sebagai tulang punggung perdagangan internasional, memainkan peran sentral dalam menghubungkan Indonesia dengan pasar global. Pengembangan infrastruktur dan efisiensi dalam layanan transportasi dan perdagangan dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

Terakhir, industri eksplorasi migas menjadi sektor strategis dalam memanfaatkan potensi sumber daya energi di perairan Indonesia. Melalui investasi dan teknologi yang tepat, eksplorasi migas dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional dan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Secara keseluruhan, potensi luas industri kemaritiman di Indonesia menciptakan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat.

Di tengah potensi besar yang dimiliki oleh industri kemaritiman, tantangan muncul dalam bentuk ketidakseimbangan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai. Jurusan kemaritiman, sebagai garda depan penyedia keahlian khusus di bidang ini, menghadapi kendala serius dalam hal penyediaan tenaga pengajar. Salah satu contohnya terlihat pada SMKN 10 Semarang, yang memiliki tiga jurusan kemaritiman, yaitu Nautika Kapal Niaga, Konstruksi Kapal Baja, dan Teknik Permesinan Kapal. Sayangnya, kekurangan guru pengajar produktif di bidang tersebut menjadi isu yang perlu segera diatasi.

Ketidakseimbangan antara potensi industri kemaritiman dan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai menciptakan tantangan yang signifikan. Dalam hal ini, ketidakcukupan guru pengajar di SMKN 10 Semarang menunjukkan dampak langsung dari kebutuhan yang tinggi namun pasokan yang kurang. Jurusan kemaritiman memiliki karakteristik khusus yang memerlukan pengetahuan mendalam dan pengalaman praktis, sehingga keberadaan tenaga pengajar yang berkualitas sangat penting untuk mencetak calon-calon ahli di bidang ini.

Tiga jurusan kemaritiman di SMKN 10 Semarang, yakni Nautika Kapal Niaga, Konstruksi Kapal Baja, dan Teknik Permesinan Kapal, menjadi tonggak penting dalam menyiapkan generasi penerus yang siap bersaing dalam industri maritim. Namun, kekurangan guru pengajar produktif di bidang ini dapat menghambat proses pendidikan dan pembentukan keterampilan yang diperlukan. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi masalah ini menjadi suatu keharusan agar jurusan kemaritiman dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap pengembangan sumber daya manusia berkualitas di sektor maritim.

Tantangan dalam merekrut guru berkompeten telah menjadi isu kritis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai tingkatan. Mencari dan mempertahankan guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai bukanlah tugas yang mudah, terutama dalam konteks kemaritiman.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam merekrut guru berkompeten adalah kurangnya minat atau peminat yang memadai dalam profesi pendidikan. Berkompetisi dengan sektor industri dan profesi lainnya, menjadi guru di bidang kemaritiman seringkali tidak menjadi pilihan utama bagi banyak individu yang memiliki keahlian di sektor tersebut. Akibatnya, penawaran tenaga pengajar yang berkompeten di bidang kemaritiman seringkali terbatas.

Selain itu, ketidakcocokan antara kondisi kerja dan harapan para calon guru dapat menjadi kendala dalam merekrut tenaga pengajar yang berkualitas. Faktor-faktor seperti kompensasi yang kurang memadai, kurangnya dukungan dan fasilitas pendukung, serta beban kerja yang tinggi, dapat menjadi penghalang bagi calon guru untuk terlibat dalam dunia pendidikan kemaritiman.

Dalam rapat koordinasi evaluasi program bidang KPTK, muncul permasalahan yang signifikan terkait kekurangan guru produktif di SMK Kemaritiman. Direktur SMK Kemendikbudristek, Dr. Wardani Sugiyanto, M.Pd, yang turut hadir sebagai narasumber, mengakui masalah tersebut. Dalam penjelasannya, beliau menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan guru di SMK Kemaritiman menjadi prioritas utama bagi direktorat SMK.

Dr. Wardani Sugiyanto menegaskan komitmen untuk mengatasi kekurangan guru produktif di bidang kemaritiman. Beliau menjelaskan bahwa kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas di sektor ini tidak dapat diabaikan, dan guru memegang peran kunci dalam mencetak calon-calon ahli di industri maritim.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Dr. Wardani Sugiyanto mengajak kolaborasi dengan Direktur Politeknik Kemaritiman. Beliau berpendapat bahwa mendorong mahasiswa politeknik untuk menjadi guru adalah langkah strategis. Dengan cara ini, tidak hanya pemenuhan kebutuhan guru di SMK Kemaritiman dapat terpenuhi, tetapi juga akan terbentuk generasi pengajar yang memiliki keterampilan dan pengetahuan aktual dari dunia industri maritim.

Dalam upaya menanggulangi kekurangan guru produktif di jurusan kemaritiman SMK, Direktur SMK telah memberikan alternatif yang inovatif. Beliau mengarahkan perhatian kepada mahasiswa program Kampus Mengajar sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan guru di bidang kemaritiman SMK.

Direktur SMK menyadari bahwa kolaborasi antar lembaga pendidikan adalah kunci dalam mengatasi permasalahan ini. Dengan mengarahkan mahasiswa program Kampus Mengajar untuk terlibat di dunia pendidikan SMK, diharapkan dapat menciptakan jalur baru untuk pemenuhan kebutuhan guru produktif, khususnya di jurusan kemaritiman.

Mahasiswa program Kampus Mengajar yang memiliki keahlian dan pemahaman mendalam dalam bidang kemaritiman diharapkan dapat memberikan kontribusi berharga sebagai pengajar. Langkah ini tidak hanya membantu mengatasi kekurangan tenaga pengajar, tetapi juga membuka peluang bagi mahasiswa untuk terlibat secara langsung dalam membentuk masa depan pendidikan vokasi di Indonesia.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan guru produktif di bidang kemaritiman, penulis juga mengusulkan solusi yaitu penerapan ikatan dinas bagi mahasiswa politeknik kemaritiman untuk menjadi guru produktif di sektor ini.

Usulan ini muncul sebagai respons terhadap tantangan kurangnya tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi di bidang kemaritiman. Dengan menerapkan ikatan dinas, mahasiswa politeknik kemaritiman yang tengah mengejar pendidikan mereka akan diarahkan untuk berkontribusi sebagai guru produktif di SMK atau institusi pendidikan vokasi setelah lulus.

Langkah ini tidak hanya memberikan solusi terhadap kekurangan guru, tetapi juga memberikan manfaat ganda. Pertama, mahasiswa yang terlibat dalam ikatan dinas akan memberikan kontribusi positif dalam pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar di lembaga-lembaga pendidikan kemaritiman. Kedua, mahasiswa tersebut akan mendapatkan pengalaman praktis dan penerapan langsung dari pengetahuan yang mereka peroleh selama studi mereka.

Dalam konteks ikatan dinas, pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, politeknik kemaritiman, dan lembaga pendidikan, perlu bekerja sama dalam menyusun peraturan dan insentif yang sesuai untuk mendukung implementasi usulan ini. Ini dapat melibatkan pembahasan mengenai durasi ikatan dinas, insentif yang diberikan kepada mahasiswa, dan dukungan yang diberikan oleh lembaga pendidikan dan industri maritim.

Ide pemenuhan guru produktif kemaritiman merupakan langkah yang sangat diharapkan untuk segera direalisasikan, dengan tujuan utama mengatasi permasalahan kekurangan guru yang saat ini dihadapi di sektor maritim. Keberhasilan dalam merealisasikan ide ini akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kualitas pendidikan vokasi di bidang kemaritiman.

Pemenuhan guru produktif kemaritiman tidak hanya bersifat mendesak sebagai respons terhadap kebutuhan saat ini, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing dan kualitas sumber daya manusia di industri maritim. Dengan memastikan adanya guru yang berkualifikasi dan berkompeten di bidang kemaritiman, generasi muda dapat menerima pendidikan yang lebih baik, mempersiapkan mereka untuk tantangan dan tuntutan dunia industri yang terus berkembang.

Realisasi ide ini memerlukan kerjasama erat antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri. Pemerintah dapat memainkan peran kunci dalam merancang kebijakan dan insentif yang mendukung pemenuhan guru produktif kemaritiman. Lembaga pendidikan, terutama politeknik kemaritiman, dapat mengintegrasikan program-program khusus yang mendukung penyiapan calon guru. Industri juga dapat terlibat dalam memberikan dukungan, baik dalam bentuk pengetahuan praktis maupun peluang kerja yang mendukung.

Dengan merealisasikan ide ini, diharapkan akan terbentuk ekosistem pendidikan vokasi yang lebih kokoh dan responsif terhadap kebutuhan industri kemaritiman. Hal ini tidak hanya akan mengatasi kekurangan guru saat ini, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan pendidikan vokasi di Indonesia, khususnya dalam mendukung pertumbuhan dan kemajuan sektor maritim.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Biasa Menjadi Luar Biasa.

Bagi yang ingin pesan buku Membangun Sekolah Biasa Menjadi Luar Biasa bisa kontak saya di nomer WA 081390220602