Tiada Garis Akhir Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Tulisan ini merupakan rangkuman pembinaan Kacabdin Wilayah 1, Budi Santoso, S.Pd., M.Pd., M.Si. di SMA Negeri 1 Susukan, tanggal 17 Maret 2021

Awal pandemi covid 19, bulan Maret 2020 menjadi titik awal perubahan pola hidup dan sistem kerja di berbagai instansi pemerintah, terutama di instansi pendidikan. Demi menjaga sterilisasi dari virus mematikan tersebut beliau selaku Kepala Sekolah di SMA  Negeri 2 Pati menerapkan kebijakan, semua bapak/ibu guru dan karyawan harus membawa gelas minum dari rumah dan membuat minuman sendiri. Sekolah hanya menyediakan bahan untuk membuat minuman. Tentu saja kebijakan beliau ini mengundang berbagai pendapat pro-kontra. Bahkan, ada yang menyeletuk “ Kepala Sekolah ora mutu”.

Mengapa muncul ungkapan ‘Kepala Sekolah ora mutu “ seperti tertulis di atas? Salah satu alasan yang paling kuat adalah karena adanya keinginan bapak/ibu guru dan karyawan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Adanya gap  antara harapan dan kenyataan. Adanya anggapan bahwa tugas guru bukanlah membuat minuman.Lantas,  mengapa ketidaksesuaian tersebut dikaitkan dengan “mutu”?

Masalah mutu suatu barang atau kinerja memang selalu berhubungan erat dengan keinginan/harapan.  Mutu/kualitas menjadi dasar baik/tidaknya suatu kondisi/keadaan(barang dan jasa). Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya semua orang menginginkan suatu barang yang bagus/bermutu/berkualitas.  Kualitas atau mutu tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan. Antara mutu dan kebutuhan sangat berhubungan erat. Apabila kebutuhan terpenuhi maka dianggap telah memenuhi mutu atau kualitas.

Bahasan mengenai mutu dan kebutuhan jika dikaitkan dengan dunia pendidikan /sekolah berarti sekolah yang sudah bisa memenuhi standar keinginan masyarakat adalah sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap sekolah adalah terpenuhi sarana dan prasarana sekolah untuk mewujudkan harapan/cita-cita /keinginan peserta didik. Yang menjadi pertanyaan sekaligus harus selalu diperjuangkan oleh sekolah adalah menciptakan sekolah yang selalu  bisa memenuhi keinginan masyarakat pada umumnya. Seperti apakah sekolah yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat itu?

Sekolah yang dapat memenuhi keinginan masyarakat adalah sekolah yang bermutu. Mutu sekolah sangat menentukan nilai jual sekolah di mata masyarakat. Honda, indomie , aqua dan paramek adalah contoh merek barang yang memiliki nilai jual tinggi di masyarakat. Merek-merek tersebut memiliki daya jual yang tinggi karena dianggap berkualitas dan memenuhi keinginan masyarakat. Merek-merek tersebut sudah menjadi barang-barang brand di kalangan masyarakat. Sekolah harus mampu menemukan brand-nya agar dikenal dan diminati masyarakat.

Untuk kelangsungan perjalanan panjang sekolah, sekolah harus memikirkan (think brand) apa yang memang layak digali dan dikenalkan pada masyarakat luas. Selanjutnya, untuk memasyarakatkan brand sekolah harus mempunyai tagline yang mencerminkan brand sekolah  . Tagline yang dijadikan slogan sekolah haruslah mudah diingat dan mencerminkan mutu dan karakter sekolah. Jika mengharapakan sekolah memiliki nilai jual yang tinggi maka sekolah itu harus memiliki brand yang layak jual.  Sekolah harus jeli memilih brand yang cocok sehingga diminati masyarakat. Brand yang dipilih harus memperhatikan  think gobally dan act locally.

Yang dimaksud dengan think gobally adalah memberikan peluang kepada seluruh peserta didik untuk berpikir global atau mendunia. Sekolah harus mampu mengajak peserta didik untuk berpikir luas/global sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dan  mengikuti perkembangan zaman. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam memberikan wawasan globalisasi adalah dengan menyelipkan cerita-cerita tentang keberhasilan tokoh dunia. Dengan cerita-cerita itu diharapkan peserta didik terinspirasi dan termotivasi untuk meraih impian. Peserta didik akan terlatih untuk menggali potensi yang ada pada diri dan lingkungannya untuk diperkenalkan pada dunia.  Guru dapat  meluangkan  waktu lima menit setiap akan memulai pembelajaran untuk memberi motivasi peserta didik akan pentingnya berpikir global. Yang perlu selalu diingat adalah jangan pernah mengecilkan peserta didik.

Act locally adalah bertindak sesuai budaya luhur di sekitar lingkungan peserta didik. Jangan pernah meninggalkan warisan leluhur yang bernilai tinggi. Ceritakan pada peserta didik budaya-budaya yang memang harus dipertahankan.  Jadi, peserta didik diajak untuk berpikir global dan tetap berakar budaya luhur yang ada di lingkungan sekitar peserta didik.

Brand sekolah yang bersumber dari pemikiran yang bersifat global dan berasal dari budaya lingkungan sekitar sekolah perlu diperkenalkan secara luas. Pengenalan brand sekolah bisa melalui media sosial atau dengan mengundang seluruh orang tua peserta didik, tokoh masyarakat dan pejabat setempat. Salah satu saran efektif memperkenalkan brand sekolah melalui website sekolah. Sekolah harus mengaktifkan website. Website sekolah harus memperkenalkan profil sekolah, alur penyelesaian permasalahan (berjenjang/ hierarki dan kebersihan sekolah lengkap dengan foto-foto kegiatan. Foto kegiatan resmi sekolah harus menyertakan ciri khas sekolah. Dengan demikian, sekolah dengan brand ciri khasnya akan  dikenal masyarakat luas.

Setiap sekolah mempunyai permasalahannya masing-masing. Apa pun permasalahan yang ada di sekolah jangan membuat sekolah berhenti. Tidak terkecuali SMA Negeri 1 Susukan. Sekolah kecil yang berada di lingkungan yang kurang strategis. SMA 1 Susukan harus menemukan brand-nya.Menjadi kewajiban setiap elemen sekolah  untuk menjadikan SMA Negeri 1 Susukan menjadi sekolah yang diminati masyarakat karena mutunya. Biarkan badai berlalu dengan semangat pantang menyerah. Sekolah harus terus berjalan. Masa depan masih ada dan terus ada karena tiada garis akhir untuk pendidikan.

Penulis : T. Artiningsih, SMA Negeri 1 Susukan, Kabupaten Semarang