Bulan suci Ramadlan Tahun 1444 H/2023 M, akan segera tiba, kaum muslimin dimanapun berada, khususnya di Pulau Jawa mempersiapkan diri dalam menyambut datangnya bulan suci ramadlan yang datangnya setahun sekali. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut tamu yang agung bagi umat islam.
Bagi sebagian masyarakat persiapan puasa ramadlan didahului dengan tradisi nyadran, apa sebenarnya tardisi nyadran dan bagaimana asal usulnya? Nyadran merupakan salah satu taradisi yang dilakukan oleh masyarakat jawa, secara turun temurun menjelang bulan suci ramadlan.
Dari tradisi akulturasi budaya jawa dan islam. Nyadran berasal dari kata “Sharadda” yang berarti keyakinan. Dalam kalender jawa, sebelum bulan Ramadlan didahului bulan syakban atau bulan Ruwah.sehingga acara Nyadran ini disebut juga acara ruwahan. Tradisi Nyadran biasanya dilaksanakan sebelum bulan suci ramadlan yaitu bulan Syakban atau bulan Ruwah, sekitar pertengahan bulan Ruwah sampai akhir ruwah mendekati bulan puasa. Tujuan nyadran adalah untuk kirim do’a sekaligus menghormati arwah leluhurnya masing-masing agar arwah para leluhur diampuni segala dosa-dosanya dan diterima segala amal ibadahnya dan mendapat kedamaian dan ketenangan di alam qubur.
Berdasarkan sejarahnya, nyadran merupakan hasil dari percampuran beberapa kepercayaan antara Hindu dan Islam di Jawa. Nyadran dilaksanakan masyarakat jawa sejak agama Hindu berkembang di Nusantara. Istilah nyadran disebut dengan shraddha, yang berarti iman. Shraddha adalah sebuah upacara penghormatan terhadap arwah para leluhur yang telah meninggal dunia. Inti dari upaca sharaddha menunjukkan rasa hormat kepada leluhur ( Nenek moyang ) dan mensyukuri atas nikmat dan karunia Tuhan.
Adapun beberapa hal yang dipersiapkan dalam upacara nyadran adalah:
- Bersih-bersih makam dan ziarah makam. Kegiatan bersih-bersih makam dan ziarah makam dilakukan dimakam terdekat, dengan kegiatan membersihkan makam leluhurnya masing-masing. Dengan membawa alat kebersihan seperti sapu, cangkul, arit dll. Dan sebagian warga membawa minuman dan makanan,rokok agar semangat dalam bersih-bersih makam.
- Do’a Bersama. Kegiatan do’a bersama pada umumnya dilakukan setelah acara bersih-bersih makam selesai, kegiatan do’a bersama dilakukan oleh lintas agama yaitu: Umat Islam dan Umat Nasrani. Do’a bersama dipimpin oleh para kyai dan pendeta, dengan saling bergantian. Momen do’a bersama inilah bentuk kerukunan umat beragama yang ada dalam kegiatan tradisi nyadran.
- Makan Bersama (Sedekahan). Makan bersama biasanya dilakukan setelah melakukan kegiatan do’a bersama, kegiatan ini merupan kegiatan yang dinanti oleh masyarakat dalam acara nyadran. Dan biasanya warga membawa sedekahan dalam bentuk nasi kotak dengan aneka macam masakan yang dibawa dari rumah masing-masing.
Demikian upacara nyadran yang dilaksanakan oleh masyarakat jawa, dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadlan, bulan yang yang penuh berkah dan ampunan.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Muslim Anwar S.Ag., Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung