“Firman Tuhan dalam Matius 5:13-16 berkata bahwa kita sebagai anak Tuhan bisa menjadi garam dan juga terang bagi sekitar kita, dan bagi dunia ini. Kita menjadi garam berarti harus berdampak positif terhadap orang lain, baik melalui perkataan dan tingkah laku kita. Sebab jika garam tidaklah terasa asin, maka garam tersebut tidak bisa berdampak bagi yang lainnya. Itulah yang membedakan garam dari bumbu dapur lainnya”, sebuah prolog yang disampaikan oleh Rut Tirta Felicia, salah satu siswa kelas XII Multimedia 2 dalam kegiatan ujian praktik pendidikan agama Kristen dan Budi Pekerti di SMK Negeri 11 Semarang.
SMK Negeri 11 Semarang melaksanakan serangkaian ujian bagi kelas XII meliputi ujian Praktik Kejuruan, ujian sekolah (tertulis) dan ditutup dengan ujian Praktik Agama dan Budi Pekerti. Ujian Praktik Agama dan Budi Pekerti ini diuji oleh beberapa guru antara lain Pak Nur Fahmi Arifin, S.Pdi, Pak Eko Sunaryo, S.HI dan Pak Agustiawan, S.Kom (agama Islam) , Ibu Dra Neti Herawati (Agama Kristen), Ibu Diana Rini, A.Md (Agama Katolik) dan Pak Muchalim, A.Ma, Pd (Agama Buddha).
Ujian praktik ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa yang berkaitan dengan praktik-praktik dalam peribadatan dari agama yang dianutnya. Menurut Pak Nur Fami, ujian praktik pada pelajaran agama Islam dan Budi Pekerti yaitu mempraktikkan sholat Fardhu, Dzikir setelah sholat, Sholat Jenazah, membaca Al-Qur’an dan menghafal surat-surat pendek. Menurut Neti Herawati, pada ujian praktik agama Kristen, siswa diminta untuk menyampaikan renungan singkat dari pengantar, doa pembuakaan, renungan dan doa penutup yang diakhiri dengan doa Bapa kami. Untuk ujian praktik agama Katolik, menurut Diana Rini, siswa mempresentasikan hasil dari membuat renungan, menghafal doa dan mempraktikkan cara pengakuan dosa yang benar di hadapan Romo. Menurut Muchalim, ujian praktik agama Buddha adalah membaca parita suci.
Ujian praktik agama Islam dan budi pekerti yang dilakukan di Masjid Annida SMK Negeri 11 Semarang berjalan lancar dengan hasil yang baik dan sangat baik. Dalam kegiatan praktik ini ada sebuah moment bagi guru dan siswa untuk lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT, ungkap Nur Fahmi. Ia berharap untuk siswa-siswi dan kita semuanya untuk lebih meningkatkan dalam Beribadah kepada Alloh SWT, dan semoga dengan adanya kegiatan ini menjadikan lulusan SMK Negeri 11 bisa berkualitas dan menjadi siswa-siswi yang sholih Sholihah, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah dunia akhirat. Kegiatan ujian ini bukan sekedar ujian untuk menggugurkan kewajiban secara administratif, namun lebih dari itu sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Alloh SWT. Karakter positif dalam bentuk ucapan dan perbuatan merupakan softskill yang jauh lebih penting dan dibutuhkan untuk kehidupan bermasyarakat.
Menurut Bu Neti Herawati, memiliki kesan tersendiri dari kegiatan ujian praktik ini, karena dapat mengetahui bahwa anak-anak didinya dapat menyampaikan renungan dengan baik. Meskipun ada beberapa siswa yang hanya mampu menyampaikan sampai 3 menit, sampai ada yang kelihatan kurang percaya diri, keringat dingin, namun bagi Bu Neti itu adalah hal wajar. Ujian praktik ini memang bertujuan agar siswa mampu menyampaikan di depan teman-temannya dengan tujuan supaya ketika mereka ada di dunia kerja ataupun kuliah, memiliki kepercayaan diri. Dari respon siswa, menurut Bu Neti, setelah ujian praktek ternyata mereka merasa percaya diri dan bisa. Ia berpesan agar mereka tetap melakukan seperti yang mereka sampaikan di dalam kehidupan saat ini dan yang akan datang. Dari kegiatan ujian praktik ini, justru Bu Neti akan melakukan proses pembelajaran di kelas X dan XII yang lebih ke arah pada praktik-praktik baik dengan menerapkan perilaku-perilaku yang positif dan praktik dalam peribadatan.
Bu Diana Rini yang menguji siswa beragama Katolik merasa sedang dengan kegiatan ujian praktik tersebut. Ia merasa senang karena ternyata ternyata mampu memahami ajaran katolik dengan baik. Dari renungan yang dibuat anak-anak, ia dapat melihat sejauh mana siswa bisa menjalankan ajaran katolik di dalam kehidupan sehari secara riil. Proses pendekatan yang dilakukan Bu Diana Rini dalam proses pembelajaran lebih mengedepankan pada proses sharring dan diskusi. Social Emotional Learning selalu diterapkan sehingga siswa lebih terbiasa mampu menyampaikan pendapatnya, memiliki kepercayaan diri ketika berbicara di depan teman-temannya. Dampaknya ketika ujian praktik ini, siswa-siswanya tidak mengalami kendala. Tingkah laku anak didiknya menjadi prioritas untuk diamati, diperhatikan dan ditingkatkan. Melalui kegiatan refleksi yang dibalut dari proses Social Emotional Learning membuat siswa lebih dekat dengan Bu Diana Rini.
Untuk ujian praktik agama Buddha menurut Pak Mualim adalah membaca parita suci. Pembacaan parita suci merupakan bagian dari kegiatan puja bakti di dalam agama Buddha, sehingga siswa harus mampu membaca dengan baik. Dalam kegiatan ujian praktik ini, siswa membaca parita Namaskara, Vandana, Trisarana, Pacasila Budhis. Kegiatan ujian praktik ini bukan sekedar ujian, namun sebagai media untuk meningkatkan srada atau taat terhadap Buddha, Damma dan Sangha, sehingga dari hafalnya parita suci tersebut diharapkan siswa memiliki keyakinan yang kuat untuk berperilaku sesuai dengan Pancasila Budhis yaitu menghindari pembunuhan, pencurian, asusila, berbohong dan makan/minum yang menyebabkan lemahnya kesadaran.
SMK Negeri 11 Semarang sebagai sekolah model gerakan sekolah menyenangkan dan sekolah pusat keunggulan menjadikan ujian praktik agama dan budi pekerti bukan sekedar ujian secara administratif namun sebagai media untuk meningkatkan karakter positif dalam membentuk profil pelajar Pancasila.
Komentar Pengunjung