PRODUKTIFITAS GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN

Kunjungan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada hari Rabu, 8 Februari 2023, di SMA Negeri 11 Semarang dalam rangka pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) disambut langsung oleh Kepala Sekolah Ibu Rr. Tri Widiyastuti, S.Pd., di ruang kerjanya didampingi oleh Bapak Maftuhin, S.Pd.I., M.Pd. Dalam kunjungannya Bapak H. Muhammad Faozin, S.Pd., M.Pd., M.Ag. selaku pengawas GPAI menyatakan bahwa GPAI pada kurikulum merdeka memiliki peran yang sangat esensial menanamkan nilai spiritual dan nilai-nilai sosial yang lebih membudaya dalam kehidupan siswa. Hal ini seiring dengan perkembangan IPTEK melalui digitalisasi yang sangat deras menjadi tantangan besar dunia pendidikan. GPAI haruslah aktif, kreatif dan produktif dalam pembelajaran agar lebih menarik bakat minat siswa dalam pengembangan diri dan membangun sikap religius yang lebih membudaya. Pada umumnya siswa dalam menjalankan aktifitas ibadah contohnya sholat, masih sebatas mengikuti aturan saja, belum tumbuh kesadaran dalam menjalankan perintah agama. Begitu pula nilai sosial siswa yang cenderung negatif pada sikap, ucapan dan perbuatan sehari-hari sehingga seringkali siswa berbicara kotor kepada temannya.

Untuk itulah produktifitas GPAI memiliki peran yang sangat penting terutama pada proses pendidikan agama di sekolah umum. Menurut Muhammad Faozin sekolah negeri memiliki fasilitas sangat memadai dan langsung bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran yang produktif. Dalam penyampaian materi pembelajaran, seorang guru PAI juga diharapkan dapat memberikan pendidikan yang menyenangkan. “Peserta didik harus selalu dalam kondisi yang menyenangkan dan bahagia dalam pembelajaran. Artinya guru agama harus menerapkan nilai kebahagiaan, sehingga dengan demikian peserta didik akan merasakan nyaman dalam belajar,” ungkap Faozin. Selain itu Faozin juga menyampaikan tentang kurikulum merdeka. “Kurikulum merdeka lebih fleksibel. Fokus pada materi esensial, pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.” Pembelajaran pada kurikulum merdeka berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Selain itu fokus kepada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar antara lain literasi dan numerasi. Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik. “Jadi pada kurikulum merdeka diharapkan tidak hanya berubah di sisi hilirnya saja, tetapi harus berpijak pada esensinya/hulunya,” pungkas Faozin. Sementara itu, Tri Widiyastuti selaku Kepala SMAN 11 Semarang menyatakan bahwa guru PAI memiliki kesempatan yang sama dalam mendukung program sekolah adwiyata terutama pembelajaran PAI yang berbasis lingkungan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), mengingat SMAN 11 Semarang merupakan sekolah adiwiyata mandiri. Guru PAI harus mampu mengaktifkan KD untuk berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai dukung dalam pengembangan sekolah adiwiyata.

 

Penulis          : Maftuhin, S.Pd.I., M.Pd., Guru SMAN 11 Semarang

Editor            : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang