Membatik Upaya Cinta Budaya Bangsa dan Inovasi Dalam Pembelajaran PKK di SMKN 2 Semarang

Sesuai spectrum kurikulum yang berlaku pada mata pelajaran PKK (Produk Kreatif dan Kewirausahaan) dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan saja kepada peserta didik, melainkan juga harus memberikan bekal keterampilan yang mempunyai nilai jual, sebagai bekal berwirausaha setelah siswa tamat atau lulus dari SMK. Mapel PKK dalam satu minggu ada 8JP akan sangat membosankan bagi peserta didik ataupun bagi guru jika hanya pembelajaran teori atau pengetahuan saja. Pada pembelajaran PKK setelah pembelajaran pengetahuan saya lanjutkan dengan mengenalkan batik tulis dan batik cap kepada peserta didik kelas XII AKL dengan maksud menanamkan cinta budaya bangsa juga keterampilan untuk para peserta didik. Mengapa saya memilih mengenalkan keterampilan membatik kepada peserta didik? Pertama, menanamkan rasa cinta budaya bangsa kepada peserta didik. Kedua, menanamkan pribadi yang ulet dan rasa pervaya diri yang kuat, karena proses membatik harus dilakukan dengan hati-hati penuh perasaan dan sabar. Terakhir, memberikan keterampilan sebagai bekal setelah lulus.

Dalam pembelajaran ini  saya menerapkan model pembelajaran project based learning. Menurut Wahyuni (2019) project based learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pesrta didik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek, kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem), sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan menganalisa permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran project based learning ini saya terapkan pada pembelajaran mapel PKK kelas XII AKL SMKN 2 Semarang. Pada pelaksanaan pembelajaraan saya membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 (empat) anak memperoleh bahan praktik yaitu kain, pewarna dan malam. Proses membuat batik tulis dimulai dengan pertama, nyungging yaitu proses membuat gambar pola di atas kertas. Kedua, njiplak yaitu proses pemindahan pola dari kertas ke kain. Ketiga, nglowong yaitu tahapan melekatkan malam/lilin sesuai dengan pola yang telah dibuat. Keempat, ngiseni yaitu memberikan isen-isen (isian) pada ornamen-ornamen seperti gambar bunga atau hewan. Selanjutnya, nyolet yaitu proses memberikan warna pada bagian-bagian tertentu dengan kuas. Lalu, mopok yaitu proses menutup bagian yang telah dicolet dengan mallam. Setelah itu, nembok yaitu proses menutup bagian latar belakang pola yang tidak perlu diwarnai. Kemudian, ngelir yaitu proses pewarnaan kain secara menyeluruh dengan memasukannya ke dalam pewarna alqam atau kimia. Lalu, nglorot yaitu proses meluruhkan untuk pertama kali dengan merendamnya didalam air mendidih. Kemudian, ngrentesi yaitu proses memberikan titik/cecek pada klowongan menggunakan canting dengan jarum yang tipis. Selanjutnya, nyrumi yaitu  menutup bagian tertentu dengan malam. Terakhir, nglorod yaitu proses meluruhkan dan melarutkan malam pada kain dengan memasukan pada air mendidih kemudian diangin-anginkan sampe kering (wirawanbatik.com)

Proses penilaian yang saya lakukan mulai dari proses nyunging sampai produk jadi, dikemas, penjualan dan laporan penjualan lengkap dengan laporan keuangan. Peserta didik merasa sangat senang dengan model pembelajaran yang saya terapkan selain mendapat pengetahuan peserta didk juga mendapat keterampilan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah lulus. Di samping itu siswa juga belajar untuk mengenal dan mencintai budaya bangsa.

 

Penulis           : Juminem, S.Pd., Guru SMKN 2 Semarang

Editor             : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang